Maryam pov
"Sejak saat itu saya tidak pernah kesana lagi, saya telah mengecewakan semua orang. Saya pantas dihukum, dan saya benar-benar merasa bersalah pada abi".
Kulihat matanya memerah, tanpa sadar airmataku pun terus mengalir mendengar cerita pedih ustadz rizwan. Aku tak menyangka akan secepat itu zahra dan kiai usman meninggalkan dunia ini.
"Ustadz tidak sepenuhnya bersalah. saya rasa, apa yang dilakukan ustadz adalah tindakan yang bijak. Mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama jika berada dalam posisi seperti itu". Dia tersenyum menyeka air matanya.
"Maafkan saya, saya jadi curhat seperti ini".
"Tidak apa-apa ustadz".
"Jangan panggil saya ustadz, Saya juga masih belajar, sangat belum pantas dipanggil seperti itu". Ucapnya merendah.
"Terimakasih sudah bersedia mendengar cerita saya. Saya malu saja, berjenggot setebal ini, tapi sangat mudah menangis. Saya memang mudah menangis orangnya". Dia tertawa kecil, tapi aku masih dapat menangkap raut kesedihan dimatanya.
'Jakarta.. jakarta.. jakarta..'
"Oh sudah sampai". Ucapku bergegas.
"Alhamdulillah, tidak terasa ya", sahut rizwan. Aku menangguk, kami berjalan bersama.
"Mm.. kalau boleh tau, ada apa ustadz ke pesantren?", Tanyaku memulai perbincangan.
"Umi sedang sakit, kak zaskia menelpon saya, katanya umi demam tinggi dan terus mengigau memanggil nama saya. Saya sangat khawatir. dan sekali lagi, panggil saja saya rizwan, saya tidak mau disebut ustadz". Jawabnya sungkan,
"Ah, ustadz terlalu merendah". Sahutku,
"Saya juga merasa bersalah, karena tidak menghadiri acara khitbah faisal dua minggu lalu". Lanjutnya,
"Oya?".
"Ukhti tidak tau? Bukankah faisal mengkhitbah fatimah?". Tanyanya lebih pada dirinya sendiri.
Aku berhenti melangkah, menatap rizwan dengan tatapan tak percaya, "fatima? Benarkah?"
Dia mengangguk, "iya, dan insyaallah dua minggu lagi akan mengadakan walimatul ursy. Jadi selama itu juga saya akan tinggal disini. Supaya tidak bolak balik bogor-jakarta".
Dua minggu lagi? Kejutan apalagi ini? Aku benar-benar tidak menyangka fatima akan menikah, dengan faisal? Aku jadi teringat ketika kutawari fatima untuk berkenalan dengan faisal, tapi dia menolaknya mentah-mentah setelah tau faisal 'dudu', aku jadi cengengesan sendiri mengingatnya.
"Ukhti baik-baik saja?". Tanya rizwan, uh! Aku hampir lupa ada dia, jadi malu untuk yang kesekian kalinya.
"Eh, iya. Saya hanya tidak menyangka saja". Dia mengangguk,
"Eh.. tunggu!" Aku berhenti melangkah, begitupun rizwan
"Kenapa?", tanyanya heran.
"Kok ustad jalan kesini? Bukannya ustadz mau kepesantren?" Tanyaku baru sadar.
Dia tersenyum, "iya, bis-nya kejauhan, jadi saya mau bersilaturahmi dulu pada kang salman, setelah itu kepesantren. Tidak apa-apa kan?".
"Oh, tidak. Tidak masalah". Jawabku.
Belum sampai dirumah tapi aku sudah mendengarkan banyak berita dari ustadz rizwan. Aku benar-benar tidak menyangka dunia sesempit dan seindah ini. Hari yang menyanangkan bersama pria menye.. hey! Apa maksudmu mar? Aku tersenyum sembari mendorong koperku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memburu Cinta Santri
Ficção AdolescenteAssalamua'laikum warahmatullah.. ♡ Santri..santri..santri.. Apa yang terlintas jika ada yang bertanya tentang "santri"? Syakir daulay? Alwi assegaf? Alvin faiz? Yups! Lelaki idaman dengan segala macam keistimewaannya. soleh, pintar mengaji, bisa m...