Siapa namanya?!

3.9K 133 2
                                    

"Beneran ada bazar buku, Fat?"

"Iya mar! Katanya banyak banget novel Asma Nadia disana. Aku kan penggemar beratnya." Fatima terlihat tak sabar menuju bazar, ia mempercepat langkahnya.

"Novel kang Abik ada juga kan?" Tanyaku mengikuti langkahnya.

"Ada donk! Makanya aku ngajak kamu, biar sama-sama untung.
Ehh itu bis-nya mar!" Fatima menyetop bis.

Kami berlari menaiki bis. Ternyata bis sangat penuh! Aku dan Fatima berpencar dan alhamdulillah.. beruntung Masih ada kursi kosong yang baru ditempati satu orang, yaa namanya juga bis umum, tanpa pikir panjang aku duduk disana tanpa peduli siapa yang berada disampingku.

Wait.. siapa ini? Dari penampilan dan ransel yang dia bawa, sepertinya dia seorang santri spontan saja aku merasa kaget dan bahagia sampai tak tau Fatima duduk di mana.

Dia terus menatap ke jendela, menopang dagu tanpa menyadari ada aku disampingnya hey! Memangnya kamu siapa mar.. aku penasaran apakah dia santri atau bukan, tapi kenapa dia tidak menoleh. Tetap pada posisinya..

"Ongkosnya neng!" Pinta knek bis, dan aku sangat berterima kasih karena abang knek telah membuat lelaki di sampingku menoleh.

Dia memberikan ongkosnya pada knek, sekilas melihatku lalu tersenyum tipis. Gustiii... sungguh tampan bukan main, hidung mancung, alis tebal, brewok tipis.
Eh astagfirullah..

"Maaf mas.. kalau boleh tau, mas mau kemana ya, sepertinya mas bukan orang sini?" Tanyaku penasaran.

Tidak apa-apa kan bertanya duluan, mungkin kita tak akan bertemu lagi..

"Saya tinggal di Bogor, mondok di Jakarta. Ini mau berangkat " jawabnya ramah.

"Oh.." aku mengangguk, tersenyum karena tebakanku benar dia santriiiii..

"Mba orang sini?" Tanyanya tanpa menatapku, Tapi senyum masih melengkung diwajahnya. Entah kenapa senyuman itu membuat hatiku merasa tenang.

"Mm iya mau ke toko buku" jawabku tak kalah ramah. Ia pun mengangguk lalu kembali menatap jalanan ibu kota, entah apa yang sedang ia pikirkan.

"Berhenti pak!" Santri itu berdiri lalu meraih ranselnya.

"Permisi Mba, saya duluan. Assalamua'laikum" dia berpamitan, aku mengikuti langkahnya dengan mataku sampai bis kembali melaju.

"wa'alaikumussalam" jawabku pelan.

Aku tersenyum menatap jendela "eh, pondoknya yang mana yaa!"

                                                     ♡

10.45

Bazar yang terletak di Jakarta Timur ini memang selalu ramai oleh pengunjung, apalagi hanya di adakan setiap sebulan sekali. Kami segera berlari menyerbu novel yang dicari 1,2,3,4,5,6,7, Aku harap si Abang menyembunyikan novel yang aku cari, kenapa tidak ada!

"Novel Habiburrahman masih ada kan Bang?" Tanyaku pada Abang yang sedang sibuk menghitung uang.

"Habis neng dari tadi.. yang ada ajalah, ini juga bagus 'cinta segitiga' " tawarnya.

"Mar! Maryam.. Sini!" Fatimah berteriak memanggilku, sepertinya dia sudah menemukan novel yang dia cari.

"Kenapa fat?" Tanyaku tak bersemangat.

"Ini! Novel terbaru Asma Nadia "Assalamualaikum Beijing"  kamu sudah dapat belum?""

Aku menggeleng lemas, "Novel kang Abik udah habis."

"Yaudah jangan sedih. kita cari yang lain aja yaa, bagus-bagus kok! Mm gimana kalau ini nih 'Surga yang tak di rindukan?' Ceritanya bagus banget mar, belum pernah baca kan?" Fatima mencoba menghiburku.

"Yakin bagus?" Ulangku ragu.

"Yakin! Udah ambil aja.. aku yang bayar!" Fatima menarikku ke tempat pembayaran.
disaat yang sama seorang pria mengulurkan novel yang akan ia bayar, 'Aku Kamu Dan Surga'  judulnya sangat menarik perhatianku.

"Mar.. ada santri" bisik fatima.

"Mana?" Tanyaku tak lepas menatap novel di atas kaca itu.

"Sebelah kamu".

Aku baru menyadari pemilik novel itu adalah seorang santri manis dengan peci hitam putih dan jas hitam yang membuatnya tampak bersahaja, di belakang jasnya tertulis "sun3 salafi al mukarom".

"Al mukarom? Dimana ya?"

Fatima mengangkat bahunya, "kayanya gak jauh dari sini deh, soalnya ini kan hari jum'at, sedangkan sebentar lagi waktu juma'tan, gak mungkin kan dia pergi jauh-jauh ke bazar ini?"

"Iya juga sih, tapi.."

"Mba, ini novelnya" kasir memberikan bungkusan novel yang kami beli, Fatima memberikan uang 100000-an.
"Terima kasih".

"Aku masih penasaran sama santri yang tadi di bazar" ujar Fatima.

"Ah kamu mah emang selalu penasaran sama setiap santri yang kamu lihat juga" sahutku.

"Yey! Tapi yang ini beda.."

"Eh tadi di bis aku juga ketemu sama santri. Mirip Dude Herlino, Tapi gak tau mondoknya dimana"

"siapa namanya?" Tanya Fatima antusias.

"Ya, itu.. dia keburu turun, jadi gak sempat nanya. Gak tau kenapa ya fat, perasaanku aneh saat dekat dengannya tadi"

"Ho? Apa itu yang dinamakan cinta pada pandangan pertama, Mar?" Fatima membenarkan letak kacamatanya, Menatapku penuh curiga.

"Entahlah aku belum pernah merasa seperti itu."

Aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Benarkah?!

"Mm.. tapi aku yakin Mar. seganteng apapun Dude Herlino, tetap gantengan kak Salman. Udah ganteng, pinter, ramah, Ustad lagi. Perfect! Kak Aiha memang beruntung yaa" Celotehnya.

Aku hanya tersenyum mendengar Fatima yang terus memuji kak Salman. sedangkan aku masih memikirkan pria itu, pria yang hanya dengan melihatnya tersenyum saja mampu membuat hatiku merasa tenang..

siapa dia, siapa namanya?

Baru bagian dua, Maaf yaa masih berantakan..

Memburu Cinta Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang