''Aku mau bilang kalau Nyokap udah dipanggil Tuhan tadi pagi.'' Samuel berkata dengan sangat cepat dan itu jelas sekali di telinga Morsa.
Maksud kamu apa sih Sam? Mau ngerjain aku? Please deh, ini bukan April Mop!'' Morsa mencoba menyangkal fakta yang diberikan Sanuel.
''Buat apa aku bohong sama kamu Sa? Ini beneran. Papa kamu nyuruh aku buat ngabarin ini ke kamu.''Morsa terduduk lemas. Ia mengacak rambutnya frustasi.
''Kamu tahu? Padahal baru 2 hari yang lalu, aku telponan sama Mama. Dari suaranya aja Mama kelihatan sehat. Dia nanyain kesehatan aku. Dia bilang harus jaga diri baik-baik. Apa itu udah tanda? Aku? Aku nggak tau.'' Morsa menceritaklan kejadian tersebut dengan wajah sendu.
''Papa udah beliin tiket buat kita. Nanti sore kita berangkat kesana. Kita lihat mama buat yang terakhir kalinya.'' Samuel menepuk bahu Morsa lembut.
*A*
Setelah dari kontrakan Samuel, Morsa kembali ke kosnya untuk mengepak baju yang akan dibawanya. Ia mengambil ransel dan memasukkan beberapa potong baju kedalamnya. Toh, dirumahnya masih ada baju-baju Morsa juga.
Aldo yang kamarnya tepat didepan Morsa merasa ingin tahu kenapa Morsa mendadak tergesa-gesa.
''Mau kemana Sa?'' Aldo melongokkan kepala saat melihat Morsa sudah mengepak bajunya.
''Eh Bang Aldo. Aku mau balik sebentar Bng. Soalnya baru dapat kabar kalau Mama meninggal.''
'' Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Turut berduka cita ya Sa. Sorry nggak bisa nemenin pergi, yang sabar ya.''
''Nggak apa Bang. Aku pergi bareng kakak sepupuku kok .Bentar lagi juga mau langsung berangkat.''
''Hati-hati dijalan Sa. Salam buat keluarga.'' Aldo tersenyum tulus.
''Thanks ya Bang.'' Morsa mengambil ransel dan helmnya kemudian mulai mengunci pintu kamarnya. Belum selesai ia mengunci, suara langkah kaki mendekati mereka.
''Woyy!!!! Lama nggak jumpa Sa.'' sambut Revi yang datang ke kosan.
''Hey Mas Revi.'' Morsa tersenyum singkat menyapa Revi.
''Mau kemana sih? Bawaaan kamu gede amat?'' Revi memperhatikan tas ransel yang di punggungnya.
''Nyokap Morsa udah berpulang Rev. Jadi dia mau balik kerumahnya.'' Jelas Aldo.
''Turut berduka cita ya Sa.''
''Makasih Mas. Kalau gitu aku duluan ya.'' Morsa menyalami Revi dan Aldo. Tetapi baru beberapa langkah berjalan, ia berbalik lagi.
''Ada yang ketinggalan?'' tanya Revi. Morsa mengangguk.
''Titip salam buat Tata ya Mas.'' sesudah mengatakannya, Morsa berjalan menjauh.
''YOI!'' teriak Revi.
''Ternyata dia beneran naksir adek kamu Rev.'' ujar Aldo setelah Morsa pergi.
''Iya Do. Aku mau ngabarin Tata ntar kalau Revi pergi.''
''Aku restuin deh mereka berdua.''
''Hhahaha ya jelas. Tapi awas aja kalau sampe Morsa bikin adekku nangis, tak gorok wonge.''
''Ya udah masuk yuk.'' Aldo mengajak Revi masuk kekamarnya.
*A*
Bendera kuning terpampang jelas di sudut rumah itu. Orang-orang berpakaian hitam berlalu lalang masuk keluar. Didalam sana tampak seorang lelaki dengan mata memerah berdiri didekat peti berwarna putih yang senada dengan pakaiannya. Kesediahn tak dapat terbendung lagi. Ia menangis dalam diam.
Lelaki paruh baya disebelahnya hanya mampu memberikan sebuah pelukan. Untuk saat ini tak ada kalimat maupun katakata yang terucap. Semua membisu.
Prosesi pemakaman ibunda Morsa berjalan dengan lancar dan khusyuk. Morsa tetap berada di pemakaman. Hatinya tidak rela melihat ibunya sudah menjadi satu dengan tanah di liang kubur.
Morsa menaburkan bunga diatas makam ibunya. Kacamata hitam yang bertengger seakan mampu menutupi kesedihan Morsa. Para pelayat pun sudah meninggalkan makam sejak tadi. Hanya tersisa Morsa, Ayah Morsa dan Samuel.
''Sa, kita balik yuk Udah mendung nih. Bentar lagi mungkin hujan. '' Samuel mengajak Morsa untuk meninggalkan makam.
''Papa sama Muel duluan aja. Aku masih ingin disini. Papa sama Muel Mau ngobrol sama Mama.''
''Ya udah kalau kamu masih ingin disini. Papa sama Muel pulang dulu.Kamu hati-hati yan bawa mobilnya.'' Pesan Papa sebelum pergi.
Morsa memandangi nisan yang bertuliskan nama ibunya. Htinya sakit sekali seperti diremas-remas.
Harusnya Morsa yang pergi, bukan Mama, karena Morsa penyakitan. Begitu pikir Morsa. Tapi Tuhan justru memberi kejutan lain. Kejutan yang tak disangka-sangka.
''Ma, kenapa Mama harus pergi duluan? Kenapa mama nggak pamit dulu sama Morsa? Apa aku jadi beban buat mama sampai Mama harus ninggalin aku sendirian? Siapa yang bakal nemenin Papa, Ma? Siapa yang jadi tempat curhat aku ketika aku nggak sanggup menghadapi setiap masaalah yang datang? Mama kan kuat. Mama super woman, tetapi kenapa mama memilih pergi? Aku sayang Mama....''
Morsa mengadu didepan nisan ibunya, layaknya anak kecil yang menangis karena tidak diberi permen. Keadaan Morsa benar-benar kacau. Pikirannya masih terbang kemana-mana.ini adalah pukulan yang berat untuknya. Perlahan kaki Morsa melangkah menjauh dan meninggalkan tempat itu.
''aku akan sering kesini buat ngunjungi Mama. Aku janji Ma...''
*A*
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadirmu Ubah Hidupku
Teen FictionPertemuan Tata dengan Morsa membuat keduanya semakin dekat. Apalagi Morsa adalah teman Revi kakak Tata. Dibalik sikap Tata yang ceria setiap harinya, ia menyimpan luka yang dalam. Akankah kehadiran Morsa mengubah Hidup Tata?