(Bagian Lima)

2K 99 2
                                    

Pagi ini, Maria bersiap-bersiap untuk acara ta'aruf dengan kak Alif putra dari kyainya. Rencana ini sudah terlebih dahulu di ketahui oleh orang tua Maria. Maria tidak punya pilihan lagi selain menurutinya, walaupun berat rasanya untuk menerima perjodohan ini. Pasalnya Maria belum genap berumur delapan belas tahun.

Maria membongkar loker tempat ia menyimpan gamis-gamisnya. Ia bingung sendiri harus memilih gamis yang mana, sampai akhirnya Maria mejatuhkan pilihannya pada gamis berwarna peach dipadukan dengan warna khimar yang senada. Untuk masalah rias, Maria hanya memoleskan sedikit bedak bayi pada wajahnya.

Setelah bersiap-bersiap, ia bergegas ke ndalem karena semua sudah berkumpul di sana kecuali dirinya.

"Assalamualaikum." Maria mengucapkan salam dengan sedikit ragu.

Keluarga dari pihak Maria dan Alif yang tadinya tengah asyik berbincang menoleh ke arah Maria.

"Eh Maria, kamu sudah datang toh nduk." Umi Maria kelihatan bahagia melihat putrinya.

Maria hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Maria sini nak," uminya mengisyaratkan kepada Maria agar maria duduk di antara kedua orang tuanya.

Maria buru-buru mengambil posisi dan segera menduduki tempat diantara abi dan uminya.

"Assalamualaikum wr.wb, saya disini berniat untuk mekhitbah Siti Mariam putri Abi dan ummi."

"Kami serahkan semua kepada Maria. Bagaimana nak, apa jawabanmu?"

"Bismillah, jika abi dan umi ridho, maka Maria ikhlas menerima khitbah dari kak alif."

Semua yang ada di ruangan itu serempak mengucapkan syukur dengan jawaban Maria.

"Baiklah, abi dan umi akan memberi waktu untuk kalian mengenal satu sama lain."

Para orang tua pergi meninggalkan keduanya.

"Maria aku ingin bertanya kepadamu, apa kamu terpaksa menerima perjodohan ini?"

"Lalu apakah kak Alif juga terpaksa menerima perjodohan ini."

"Awalnya aku menolak perjodohan ini, tapi setelah melihat kecantikanmu yang kau jaga dibalik cadarmu itu, aku merasa bersyukur."

"Aku pun begitu, Allah sudah menjodohkanku dengan kak Alif,jadi tidak ada salahnya aku menerima perjodohan ini."

                    ********

Setelah acara ta'aruf itu, Maria merasa Bihan menjauhinya. Setiap kali Maria ingin bercerita kepada Bihan, Bihan selalu beralasan sibuk. Padahal Maria yakin Bihan tidak sibuk-sibuk amat. Entah apa kesalahannya sehingga Bihan sampai tidak mau berbicara dengannya.

Langit semakin mendung, Maria tengah asyik dengan bacaan di tangannya. Bacaan ini menjadi obat bagi Maria kala ia merasa risau. Oleh karena itu bacaan ini juga sering di sebut Asy-Syifa yang artinya penawar atau obat. Saat ayat demi ayat ia latunkan, dirinya merasa damai.

Masalahnya dengan Bihan belum juga selesai. Sudah satu minggu Bihan menjahuinya. Otaknya berpikir dengan keras, sebenarnya letak kesalahannya ada dimana. Bihan sebenarnya baik dan sangat tertutup dengan Maria. Hampir semua masalahnya ia selesaikan sendiri.
Berbeda dengan Maria, jika dirinya merasa tidak sanggup menghadapi masalahnya, maka ia akan meminta bantuan orang lain.

"Assalamualaikum Siti Mariam," seseorang mengucapkan salam dan mampu menggetarkan hatinya.

"Wa wa waalaikumsalam kak."

"Kamu di panggil umi, katanya ada yang ingin beliau bicarakan denganmu."

"Iya kak, Maria permisi dulu. Assalamualaikum."

"Tunggu Maria!!! Tasbih kamu ketinggalan."

"Eh, jadi lupa Maria."

Setelah itu Maria pergi meninggalkan Alif yang tersenyum melihat keanggunan seorang Siti Mariam, calon istrinya.

Sesampainya di rumah Alif, Maria di sambut hangat oleh keluarga Alif yang sebentar lagi juga akan menjadi keluarganya.

"Maria sini nak, duduk di sebelah umi. Umi ingin berbicara denganmu."

"Ada apa um?"

"Begini, Acara pernikahan kalian akan di laksanakan minggu depan. Jadi, umi harap kamu mempersiapkan diri yah nak."

"Insya Allah um, Maria akan mempersiapkan dengan semaksimal mungkin."

"Alhamdulillah kalau begitu. Sebelumnya kamu sudah tau belum pekerjaan calon suami kamu?"

Maria hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban bahwa dirinya tidak tau.

"Alif adalah seorang dokter dan dosen. Akan ada operasi mendadak, pasien mendadak dan kamu harus sabar menghadapi itu semua. Umi yakin kamu bisa nak."

"Alhamdulillah, itu pekerjaan yang sangat mulia um, insya Allah maria ikhlas dengan semua itu."

"Umi yakin kamu wanita pilihan yang Allah kirimkan untuk Alif. Sebesar apapun masalah di masa depan, mintalah petunjuk kepada-Nya, jangan mengandalkan emosi."

"Iya um, terima kasih nasihatnya."
"Sama-sama nak."

"Kalo begitu Maria pamit dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kemudian Maria bergeges kembali ke Asrama putri karena sebentar lagi suara adzan magrib dari masjid asrama akan segera terdengar.

Tanpa maria sadari, seorang wanita terlihat sedang duduk dengan pandangan tak terbaca. Nampak sekali dari raut wajahnya yang menyiratkan rasa kecewa yang sekarang tengah mendominasi hatinya.

To be continue

Menggapai Surga Bersamamu (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang