(Bagian Lima Belas)

1.2K 62 5
                                    

Allah adalah tempat pengharapan satu-satunya yang tak pernah memberi hadiah kecewa setelahnya

~Maria~

***************

Sudah dua bulan, semenjak perginya Maria yang tak pernah diketahui keberadaannya, Alif memutuskan pergi ke daerah Malang, Jawa Timur untuk mengikuti seminar kedokteran. Seminar yang diikutinya itu hanya dilaksanakan selama lima hari. Tapi, Alif enggan pulang karena kepulangannya tak akan ada Maria yang menyambutnya.

Alif juga tidak pernah mengabari abi dan umminya, karena handphone miliknya terjatuh saat ia menaiki bus menuju tempat seminar yang ia hadiri.

Kepergian Alif bukan tanpa alasan, selain untuk mencoba mencari keberadaan istrinya, ia juga sedang menata hatinya yang sudah dihancurkan oleh wanita licik seperti Syifa.

Yah, Syifa adalah orang yang dulu pernah Alif tolong saat dirinya tak sengaja menabraknya. Saat itu syifa meminta nomor telepon beserta alamat rumahnya dengan alasan ingin berkunjung guna sebagai ucapan terimakasih. Tapi pada kenyataannya, Syifalah wanita penghancur rumah tangga antara Alif dengan maria.

Apa yang dialami oleh alif jika dijadikan peribahasa mungkin akam seperti ini "diberi susu dibalas air tuba". Peribahasa yang sangat pas sekali.

Selama di Malang, Alif tinggal bersama sahabatnya. Beruntung sahabatnya itu masih berstatus single sampai sah, sehingga memudahkan bagi dirinya untuk keluar masuk rumah tanpa menanggung beban Ghodul Bashor.

"Lif, elo udah denger berita belum?" Tanya jack dengan nada serius.

"Apa? Bbm naik lagi?" Balas alif malas.

"Sialan! Ini lebih gawat lagi dari kenaikan Bbm man!"

"Terus?"

"Elah tuh muka loh kenapa lempeng-lempeng aja sih, aku jamin setelah lo denger berita dari gue, lo bakalan struck"

"Naudzubillah, kamu nyumpahin aku jack? Ane mana tau kalo berita ini penting, orang situ saja belum cerita."

"Eh hehehe, iya yah! Kok gue baru nyadar."

"Ma syaa allah, buruan! Ada berita apa?"

"Lo tau Fahad? Kakaknya istri loh yang hilang itu?"

"Iya emang ada apa dengan bang Fahad?"

"Tadi sepupu gue bihan bilang, kalo Fahad udah meninggal."

"Innalillahi, kamu jangan asal bicara jack!"

"Eh busyet nih cowok, cakep-cakep tapi otak blo-on. Emang lo liat muka gue ada raut kebohongan apa? Ye kali gue lagi main ftv pinter  yang actingnya gaada bagus-bagusnya."

"Terus bihan bilang apalagi?"

"Bihan bilang, istri lo udah pulang. Dia shock banget pas melihat jenazah kakaknya. Terus bihan cerita kalo Maria sekarang sedang mengandung anak loh, tapi saat ini kondisi Maria sangat lemah."

"Aku emang laki-laki bodoh! Pukul aku jack, pukul aku!"

Alif terisak pelan setelah mengetahui kabar yang jack katakan barusan. Dunianya hancur. Bagaimana bisa ia membiarkan istrinya sendiri merasakan sakit akibat hatinya terluka melihat kepergian kakaknya yang begitu amat berarti baginya.

"Saran gue sih, sebaiknya lo jangan temuin istri lo dulu, dia mungkin masih depresi. Belum lagi dengan kondisinya yang belum stabil. Biarin dulu istri lo berdamai dengan hatinya, setelah itu lo boleh menemuinya."

"Aku harus berdiam diri disini, dan membiarkan Maria merasakan lukanya sendirian?"

"Yah itu terserah elo, gue jamin Maria belum sepenuhnya menerima kenyataan yang tengah menimpanya. Setelah suaminya berusaha direbut oleh perempuan lain, cobaan datang lagi dengan merenggut nyawa abang satu-satunya."

"Kamu benar jack, mungkin maria butuh sendirian sekarang."

Setelah itu alif pergi ke salah satu kajian forum bulanan yang diadakan di masjid dekat alun-alun malang. Sudah menjadi rutinitas harian Alif mengikuti kajian selama dirinya berada di Malang.

Bagi Alif mencari ilmu itu tak akan ada putusnya. Tak kenal usia, dan jabatan. Sebisa mungkin alif tetap mencari ilmu dimana pun dirinya berada. Karena tak ada satupun harta yang ia bawa kecuali ilmu yang bermanfaat.

Alif duduk di salah satu barisan paling depan bersama jama'ah kajian yang lain. Hati Alif sangat bimbang dan gundah. Ia sangat mengkhawatirkan istrinya dan calon buah hatinya. Ia merasa tidak becus dalam menjaga Maria.

                    **********

Maria tengah terbaring lemah dengan infus  yang menempel di tangannya. Wajah ayu yang yang biasanya tertutupi cadar terlihat begitu pucat. Dirinya sekarang tengah tidak sadarkan diri.

"Dokter Anna, bagaimana dengan kondisi putri saya?"

"Ibu jangan khawatir, putri ibu hanya kekurangan cairan dan terkena Anemia ringan. Beruntung kondisi janin Maria sangat kuat. Saya akan menuliskan resep obat dan vitamin, nanti ibu bisa tebus di Apotik."

"Alhamdulillah 'ala kulli hal, jazikillah dokter."

"Sama-sama bu, kalo begitu saya permisi dulu."

"Iya dok, mari saya antar!"

Maria mengerjapkan matanya beberapa kali. Dirinya masih merasakan pusing dan tubuhnya pun masih terasa lemas. Maria berusaha mengingat kejadian yang baru saja ia alami. Namun hasilnya nihil. Semakin ia mencoba mengingat, kepalanya semakin terasa pusing.

"Loh, kamu sudah sadar toh? Gimana? Apa masih ada yang sakit?"

"Eng, kepala Maria sakit um." Maria meringis pelan.

"Kamu istirahat dulu yah, kata dokter kamu jangan banyak mikir yang berat-berat."

"Bang Fahad mana um? Maria kangen."

"Eh, abangmu sedang keluar kota nak,"

Uminya terpaksa berbohong  agara maria tidak shock kembali mengingat kondisinya yang masih belum stabil.

"Yah, bang Fahad gitu, jahat sama adek sendiri."

"Sudah-sudah sekarang kamu istirahat, umi buatin kamu bubur dulu."

"Iya um,"

Setelah itu Maria mencoba terlelap dengan mimpinya. Berdamai dengan hati dan pikirannya tidaklah mudah. Butuh tenaga yang ekstra agar tetep bertahan dengan cobaan yang terus saja menghujaninya.

Entah kejutan apa yang saat ini tengah Allah siapkan untuk dirinya. Jika bukan hari ini, mungkin esok atau lusa. Entahlah, Maria sama sekali tidak ingin menebaknya. Karena bagi Maria Allah adalah tempat pengharapan satu-satunya yang tak pernah memberi hadiah kecewa setelahnya. Yah, dia yakin dengan takdir Allah yang telah dipilih untuknya. Janji Allah itu pasti. Dan Allah tak akan pernah mengingkari.

To be continue

Menggapai Surga Bersamamu (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang