(Bagian Sepuluh)

1.7K 86 6
                                    

Maria POV

Uekk-uekk-uekk

Hampir 20 menit aku muntah-muntah, mungkin aku terkena masuk angin dadakan. Tapi nafsu makanku juga hilang, padahal semalam perutku hanya terisi dengan semangkuk bubur, itupun mas Alif yang menghabiskan.

Pusing, mual, lemes, itu yang aku rasakan. Perutku rasanya ingin memuntahkan semua isinya.
Mas Alif sudah pergi kerja pagi-pagi sekali dikarenakan ada meeting dadakan. Dan aku malas keluar untuk sekedar menyapa tetangga sekalian belanja untuk keperluan dapur.

Tok tok tok tok tok

Cepat-cepat kukenakan khimar dan cadarku seadanya dan segera menuju ke ruang tamu.

"Assalamualaikum. permisi, apa benar ini rumahnya mas Alif?"

"Waalaikumussalam, ah iya ini rumahnya mas Alif, mbak mau mencari siapa yah?"

"Saya ingin bertemu dengan mas Alif untuk menceritakan yang sebenarnya tentang apa yang selama ini saya rahasiakan selama empat tahun"

"Baiklah, silakan mbak masuk."

"Ah ya terimakasih sebelumnya. Ngomong-ngomong mbak siapanya mas Alif yah?"

"A-aku a-di-dik adiknya mas Alif"

"Kok mas alif dulu ga pernah cerita yah kalo punya adik"

"Dulu? Emangnya mbak ada hubungan apa sama mas alif? Kebetulan saya ini lulusan pesantren, jadi saya jarang ada di rumah" bohong Maria.

"Oh pantesan, perkenalkan namaku Syifa, aku dulu hampir menikah dengan mas Alif, tapi karena ada suatu masalah kami jadi tidak bisa menikah"

"Lalu apakah ini putrimu?"

"Iya, ini putriku dan mas Alif."

JEDAARRRR

Bagai petir di siang bolong, aku mendengarkan kenyataan pahit yang menimpaku.

"Bagaimana bisa mas Alif mempunyai seorang putri yang pada saat itu mas Alif sendiri belum menikah denganmu?" Maria hampir tidak percaya dengan setiap perkataan perempuan yang ada di depannya itu.

"Ceritanya panjang, aku datang kesini hanya meminta pertanggung jawaban dari mas Alif, aku yang pada saat itu mengetahui kalau aku hamil, aku memutuskan untuk keluar kota agar keluargaku tidak mengetahuinya. Aku membesarkan Aisyah tanpa seorang suami yang mendampingiku. Dan puncaknya saat Aisyah berusia tiga tahun, ia selalu menanyakan keberadaan ayahnya."

"Lalu apa rencanamu sekarang?" Maria memancing syifa agar dia bercerita banyak tentang alif.

"Aku hanya ingin mas alif mau mengakui Aisyah sebagai putrinya, aku tak masalah jika mas Alif harus membawa Aisyah tinggal bersamanya. Bagiku, kebahagiaan Aisyah yang terpenting."

"Kau boleh tinggal di sini bersama putrimu mbak, pastinya jika kau pergi, putrimu tak akan mau tinggal di sini."

"Apa mas Alif mengijinkan?"

"Insya Allah, nanti akan aku coba jelaskan kepada mas Alif, mari aku antarkan kau ke kamarmu!"

Jujur dalam hati Maria merasa hancur, tapi maria mencoba mengikhlaskan semuanya. Toh rencana Allah yang terindah bukan. Lalu tentang mas Alif, akan aku coba beri pengertian agar mas alif mau menerima mbak syifa dan aisyah dikeluarga kami. Semoga saja.

.
.

.

Yey kembali lagi dengan cerita yang semakin ngawur :"

Updatenya kok dikit amat?
Soalnya lagi gak mood nulis aja akunya(curcol)

Next rencananya aku mau buat project baru.

Terus menggapai surga bersamamu gimana? Diterusin apa enggak?

Insya allah pasti aku terusin ceritanya sampek tamat.

Kalian yang baru baca cerita aku yang ini jangan kaget kalo ceritanya kagak nyambung.

Vote dan komentnya selalu aku tunggu :)

Salam RA

Menggapai Surga Bersamamu (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang