(Bagian Delapan Belas)

1.6K 70 11
                                    

Halo semua, ada yang nunggu cerita gaje ini nggak? Tekan bintang yah biar aku pada tau kalo cerita ini masih ada yang mau baca :*

Yuk silakan di baca

----------

Ketika langkah mencari bayangan sang pemilik, maka bayangan itu akan semakin menjauh

🍃🍃🍃🍃🍃

Sudah lima putaran Bihan menyusuri kota yang padat penduduk ini. Bihan terus saja mencoba menghubungi Jack yang tiba-tiba menghilang.

Terkadang perjuangan memang haruslah ekstra bersabar dalam menghadapinya. Seperti halnya dengan yang Bihan lakukan. Ia rela menghabiskan tenaganya demi mencari tau tentang kematian orang yang dulu sempat mengisi hatinya yang sekarang menjadi suami sahabatnya. Baginya, ini memang menyakitkan. Namun sekuat tenaga Bihan menghalau rasa yang tak seharusnya tak pernah ada.

Saat di tengah perjalanan, seseorang menegur Bihan dengan suara lemah lembutnya.

"Hey, kamu Bihan kan?" Tanya perempuan itu sedikit meyakinkan.

"Hm, iya. Kok kamu bisa kenal dengan nama aku?"

"Maria sudah banyak cerita tentang kamu."

"Maria? Maria siapa?"

"Siti Maria, istrinya Alif. Astaga! kamu sama sahabat sendiri aja lupa."

Bihan yang sudah ngeh, langsung terkejut bukan main.

"Masyaallah, kamu Namira kan?"

"Iya aku Namira bi, apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, kamu sendiri?"

"Well, seperti yang kamu lihat. Alhamdulillah aku baik-baik saja."

"Masih jadi dokter seperti dulu?"

"Masih dong, ini aku baru pulang dari palestine. Oh iya, gimana kabar Maria dan keluarganya?"

"Maria kurang baik keadaannya. Semenjak Abangnya meninggal, Maria menjadi sosok perempuan yang pendiam, nggak seperti yang dulu lagi. Ditambah lagi sekarang pak Alif, suaminya dikabarkan mengalami kecelakaan pesawat."

"Innalillahi wainnailaihi roji'un, aku baru tau."

"Yah begitulah mir, aku sekarang datang kesini buat mastiin apa benar kalau pak Alif itu ikut menjadi korban kecelakaan pesawat itu."

"Terus kamu udah nemu buktinya?"

"Belum, ini aja aku masih nyasar. Bingung lah aku dengan kota segede ini."

"Gini aja, gimana kalo kamu sementara waktu tinggal bersama kakakku, kebetulan dia tinggal di Malang."

"Kakak kamu laki atau perempuan?"

"Laki-laki sih, tapi tenang aja, kakakku tinggal bertiga kok sama pembantunya."

"Bukannya aku mau nolak sih, tapi aku gak enak aja sama kakak kamu mir, apalagi dia laki-laki."

"Tenang aja, nanti biar aku yang ngomong."

"Yasudah, aku nurut aja kalau gitu."

"Nah gitu dong! Ayok sekarang naik ke mobilku."

Keduanya lantas menaiki mobil yang dikendarai oleh Namira.

Saat ditengah-tengah perjalanan, tiba-tiba ponsel Bihan berbunyi menandakan ada sebuah panggilan masuk.

"Siapa bi?" Tanya Namira penasaran.

"Bang jack nih!"

"Angkat aja, siapa tau penting kan!"

"Oh oke!"

Saat Bihan menekan tombol tanda menerima panggilan, suara jack teriak-teriak menggema di seluruh mobil dan memekakkan telinga. Untung saja mobil yang di kendarai Namira melaju dengan kecepatan yang sedang. Bisa dibayangkan kalau kita berkendara dengan laju mobil yang cepat, terus tiba-tiba ada seseorang yang menelfon dengan intonasi ekstra, seperti yang sepupunya lakukan, dapat dipastikan rumah sakit adalah salah satu tempat alternatif berkunjung selanjutnya.
Jika saja jack berada di hadapannya, tamatlah riwatnya! Batin Bihan geram.

" (....)"

"Jack lo gila yah teriak-teriak segala," bihan beristighfar dalam hati. Sejanak ia lupa kalau dirinya seorang santri.

"(...)"

"APAA? Terus sekarang pak Alif ada dimana?"

"(...)"

"Kamu udah ketemu sama pak Alif, aku bingung nih, Maria terus nanyain pak Alif."

"(....)"

"Yaudah, nanti kabarin aku kalau udah ada perkembangan. Sekarang kamu gak perlu khawatir, aku udah sama Namira, sementara waktu aku tinggal sama kakaknya."

"(....)"

"Kamu juga hati-hati jack, waalaikumsalam."

Bihan menarik napas dengan berat. rasanya ini memang seperti ujian. Yang hanya membedakan cuma situasi dan keadaan.

"Gimana bi, ada perkembangan apa? Terus jack bilang apa aja?"

"Bang Jack bilang kalo Alif ikut menjadi korban kecelakaan itu. Tim penyelamat masih mencoba mencari keberadaan Alif, kemungkinan yang terjadi Alif selamat dari kecelakaan itu dan sekarang sedang di rawat oleh penduduk desa yang bermukim di sekitar kejadian."

"Syukurlah, tapi itu masih kemungkinan kan?"

"Iya itu permasalahannya, berita ini tuh belum pasti."

"Kita doain yang terbaik buat Maria dan Alif."

Keduanya lantas melanjutkan perjalanan menuju rumah yang tempati oleh kakak Namira.

Bihan sebernya masih sungkan jika harus menginap dirumah seseorang yang belum ia kenal, terlebih ia seorang laki-laki. Perlu diketahui, kalau Bihan sebenarnya sedikit anti dengan yang namanya laki-laki. Pengecualian dengan Alif, karena ia merupakan laki-laki yang dulunya sempat mengisi hati Bihan sampai dia di jodohkan oleh orang tuanya.

.
.
.











To be continue .....


Menggapai Surga Bersamamu (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang