(Bagian Dua Belas)

1.7K 83 16
                                    

-Maria Pov-

*****

Setelah mas Alif berjalan pergi ke kamar, aku memutuskan ikut berjalan menghampirinya. Dalam hati aku sesekali bersholawat guna menenangkan hati, tak lupa aku merapalkan doa agar tidak terjadi apa-apa dengan rumah tangga yang baru saja kubangun dengan mas Alif.

Masih dengan kemeja yang sama, mas Alif tidur tanpa membersihkan dirinya, kulihat dirinya enggan menoleh saat aku duduk di sebelah ranjang tempatnya membaringkan badan. Aku tau mas Alif sekarang tengah merajuk. Tapi apa yang tengah membuatnya seperti ini. Bukankah ini bukan sepenuhnya kesalahannya.

Aku menghela napas, mungkin ini akan berat. Tapi akan aku coba jelaskan apa yang terjadi. Aku tidak ingin rumah tangga ini berakhir dengan kesalahpahaman.

"Assalamualaiku Ya Zaujy"

Satu menit

Tidak ada jawaban sama sekali dari mas Alif.

"Mas aku tau kamu belum tidur, tapi apa salahku sehingga kamu mendiamkan aku seperti ini. Dia itu Syifa mas, dia ngaku telah kamu hamili, dan sekarang dia mempunyai anak dari kamu namanya Aisyah."

Kulihat mas Alif sidikit membuka mata karena merasa kaget dengan ucapanku barusan.

"Syi-syifa kamu bilang?"

"Iya dia syifa mas dan juga ada putri kecilnya, Aisyah."

Tanpa mengucapkan apapun, Mas alif segera turun meninggalkanku yang sekarang tengah heran dengan perubahan sikapnya.

Aku menangis setelah kepergian mas Alif. Aku kecewa dengan semuanya. Syifa dan mas Alif, mereka benar-benar memiliki hubungan.

Membayangkan saja rasanya aku tidak sanggup. Syifa wanita yang cantik. Kulihat dia merupakan tipe perempuan yang penyayang.

Mungkin aku harus ikhlas. Tapi aku bukanlah siti khadijah yang rela harus di madu. Mungkin dirinya harus mengalah.

Sayup-sayup aku mendengar mas Alif tertawa. Tawa mas Alif kali ini sangat menyakitkan bagiku. Bagaimana tidak menyakitkan, karena bukan akulah alasan dia tertawa, melainkan perempuan lain.

Keputusanku, aku akan pergi meninggalkan mas Alif. Mungkin dia akan lebih bahagia dengan syifa.

Kumasukkan semua pakaianku ke dalam koper berukuran sedang. Aku butuh waktu untuk menerima semuanya. Antara mas alif dan syifa sulit untuk kupercaya.

Perlahan-lahan aku keluar dari kamar melewati jendela, aku akan pergi untuk kebahagiaannya.

Maafkan aku mas, aku pergi karena aku tak sanggup jika luka ini terus bersarang. Batinku sambil terisak.

******************************

In palestine 05.45

Author Pov

Saat ini maria tengah berada di negara yang jauh dari rumahnya. Ia akan menjadi suka relawan di negara palestina. Keputusannya menjadai suka relawan sepenuhnya didukung oleh temannya, Namira.

Maria tidak memberi tahu siapapun tentang kepergiannya kecuali kepada sahabatnya itu.

Namira adalah salah satu dokter yang bertugas di palestina. Persahabatan mereka berawal dari awal kepergian Maria. Saat itu maria bingung akan pergi kemana, hingga suatu kejadian terjadi dimana Maria harus disrempet mobil. Dan kebetulan Namira pada saat itu tengah berjalan bersama para rekannya setelah selesai mencari makan.

"Mira, are you okay? Kamu dari tadi melamun terus, ada apa hemm cerita sama aku?"

"Eh enggak, aku cuma bingung aja. Kamu kenapa pergi ninggalin suami kamu sih maria? Emang kamu rela gitu kalo dia sama cewek lain?"

"Siapa sih yang rela suaminya bahagia sama perempuan lain, aku pun juga mir. Tapi aku sadar kalo kebahagian itu tidak ada paksaan di dalamnya. Biarin suamiku bahagia, bagiku itu sudah lebih dari cukup"

"Masyaa Allah maria, hatimu mulia sekali. Namamu sesuai dengan akhlaqmu. Kamu yang sabar yah, aku akan selalu mendoakan untuk kebahagiaan kalian berdua"

"Maksudmu apa mir, Berdua?" Maria bertanya dengan bingung.

"Iya kalian berdua, kamu dan calon anak kamu. Kamu saat ini tengah mengandung,"

Detik berikutnya maria menangis haru atas pernyataan yang barusan ia dengar. Sebentar lagi ia akan menjadi ibu dari anaknya Alif.

"Mira, terima kasih yah atas semua bantuanmu. Oh ya sebentar lagi aku ikut kamu ke gaza yah?"

"Kamu banyakin istirahat saja mar, lagian di sana itu bahaya buat kamu, kamu tau kan kalo kaum israel benci sekali sama perempuan muslim palestina yang bercadar, nah kamu kan bercadar. Jangan bahayain diri kamu sendiri mar, kasian calon bayi kamu"

"Aku selalu berada dipengawasan Allah mira, kamu tenang saja. Aku sangat ingin membantu saudara-saudaraku sekarang, tolong yah mir pliss"

"Kamu selalu saja seperti ini maria, baiklah come on. Sebentar lagi aku rekan-rekan akan berangkat, kamu siap-siap aku tunggu di luar"

"Baik bu dokter!!"

Namira geleng-geleng melihat tingkah calon ibu muda yang kadang masih seperti anak ABG. Mungkin hormon kehamilan mempengarui sifat labil maria.

Maria dan Namira tiba di Gaza. Tempat ini sangat memprihatinkan. Banyak anak kecil menangis kelaparan dan mencari orang tuanya. Maria tanpa sadar ikut menitikkan air mata melihatnya.

Saat ia berjalan mengikuti Namira, tiba-tiba ada seorang anak perempuan cantik yang menarik gamis Maria.

"Excuse me" suara anak perempuan itu dengan khas cadelnya.

"Yah, ada yang bisa tante bantu?"
Maria mencoba menjawab menggunakan bahasa indonesia.

"Tante bisa bahasa indo?"

Dugaan maria benar, anak perempuan ini mengerti apa yang maria ucapkan.

"Yes!!! Tante from indonesia"

"Seriously, ammah bilang kalo indonesia itu negara yang sangat perduli sama palestina, aku bisa kok bahasa indonesia karena dulu di cekolah di ajalin sama bu gulu."

"Wohh, sungguh. Terus di mana sekarang ammah kamu?"

"Ammah ku udah meninggal di bunuh sama penjahat tan, Aku cendilian cekalang"

Maria lantas langsung memeluk anak itu. Ternyata masih banyak anak kecil di sini yang kehilangan masa kecilnya.

"Sekarang kamu gausah nangis yah, ada tente sekarang. Nama kamu siapa?"

"Aku khanza tante, khanza khumailah siddiq"

"Nama yang cantik"

"Tante juga cantik, dulu ammahnya khanza pakai cadar kayak tante loh"

Maria tersenyum mendengarnya.

"Khanza udah makan belum? ini tante ada roti, khanza mau?"

"Mau tante, khanza mau banget!"

Dari kejauhan, Namira tengah melihat maria yang sangat baik kepada anak-anak di sini. Ia sangat bersyukur karena dengan sedikit bantuan Maria, anak-anak di Gaza tidak terguncang jiwanya karena kehilangan orang tua mereka.


To be continue


Menggapai Surga Bersamamu (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang