Bab 14

890 21 0
                                    


"Cukup Arini. Aku tidak ingin membahas masalah itu! ucap Alfian yang wajahnya mulai memerah

"Tapi mas! "

Dengan sedikit kasar Alfian menarik dagu Arini sampai ia berhadapan dengannya.

Sorot matanya yang begitu tajam, seolah-olah ia sedang mencari sesuatu dalam diriku.
Entahlah tapi hal itu bisa membiatku diam membeku. Rasanya tak tega melihatnya khawatir dengan keadaaku.

"Arini istriku tidak akan meninggalkanku sendirian. Dia pasti akan sembuh". Ujar  Alfian dengan menekan pada setiap katanya

Jangan buat aku lebih jatuh cinta lagi denganmu mas. Sudah cukup dengan semua ini. Sikapmu itu membuat hatiku luluh lagi padamu! Batin Arini

"Ayo kita jemput Zahra dan Alfa dulu" pintaku tanpa menoleh sedikitpun padanya.

Mas Alfian menjalankan mobilnya perlahan namun pasti. Tatapannya fokus ke arah jalan yang kami lalui.
Setelah perdebatan kecil tadi, kami pun terdiam dan tidak ada yang membuka pembicaraan sampai akhirnya kami sampai di rumah Umiku

"Assalamu'alaikum.. " ucapku dan Mas Alfian bersamaan
Namun tidak ada yang menjawab salam kami.

Karena rasa penasaranku, kubuka pintu kamarku. Dan ternyata Zahra tengah melaksanakan kewajiban pada Nya. Dan kulihat Alfa terngah bermain sendiri disebelah zahra yang tengah sholat

Assalamualaikum warohmatulloh... terdengar salam dari zahra yang berarti ia telah menyelesaikan sholatnya

"Eh.. ada mbak Arini, sudah lama mbak?" Tanya zahra sambil merapikan mukenanya

"Baru saja, umi di mana Ra?" Tanya Arini sambil menggendong Alfa

"Umi ke masjid ukh.." jawab zahra

Setelah berkemas,  Zahra langsung keluar dengan membawa tas besar keperluan Alfa tadi. Hatinya mulai teriris lagi melihat kemesraan mereka.

"Mas kata umi, hari ini umi dan abi tidak pulang. Katanya masih ada urusan yang harus diselesaikan."

"Lalu bagaimana dengan rumah ini?"

"Zahra pegang duplikatnya mas" yang diangguki oleh zahra

Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal. Kami memutuskan pulang karena hari mulai malam.

"Ra kamu duduk di depan temani mas Alfian yah. Mbak cape pengin tidur sama Alfa" ucap Arini yang dibalas lirikan tajam dari Alfian

Tanpa pikir panjang Arini langsung masuk di kursi belakang dan langsung memposisikan dirinya untuk tidur.

Terpaksa Zahra harus duduk di depan bersama Alfian. Ia sangat gugup tetapi ia juga merasa senang. Suasana sangat canggung. Terlebih setelah arini tertidur

Tiba-tiba Alfian terbatuk, dan ia mencoba untuk mengambil air mineral. Namun usahanya gagal.
Melihat hal itu Zahra mencoba membantu suaminya. Dan betapa senangnya ia melihat Alfian menerima bantuan kecilnya

Zahra membatin "Mungkin ini biasa saja untukmu mas, tapi bagiku ini sungguh kemajuan yang luar biasa."

***

Di lain tempat, terdapat banyak orang yang tengah berbondong-bondong mendatangi sebuah rumah yang mulai ramai. Sepertinya ada acara besar di dalam rumah itu

Mobil hitam tengah terparkir dengan apik di depan rumah tersebut.
Doni lah yang telah keluar dari mobil tersebut. Ia terlihat sangat formal. Dan ia terlihat tambah dewasa dengan penampilannya sekarang. Mungkin kini ia telah pulang dari kantornya

Di dalam rumah sana. Ira tengah bercengkrama dengan teman dan beberapa ibu-ibu tetangganya. Ternyata ini adalah acara lamarannya ira dengan seorang ikhwan dari pesantren terkenal. Dan ikhwan itu masih termasuk seorang gus dalam pesantrennya itu.

"Ii sory gua lupa bawa bingkisan buat lo. Tunggu bentar yah, gua mau cariin hadiah lamaran yang bakal lo inget terus" doni datang dengan terengah-engah

"Ya Allah mas, Ii cuma butuh doa dari mas Doni aja kok.. "sargah Ira. Tapi Doni tetap bersikeras untuk membelikannya hadiah. Jadi apalah dayanya yang melarang Doni.

Di sebuah toko yang warnanya sangat mencolok. Dengan semua cat sampai pernak pernik nya pun berwana khas perempuan. PINK yah itu memang ciri khas perempuan.

Saat Doni tengah berkeliling memilih barang yang ia ingin berikan pada sepupunya, tak sengaja ia menabrak seseorang hingga barang belanjaannya terjatuh berserakan.

"Afwan, saya tidak sengaja" ucapnya sambil memungi belanjaannya yang terjatuh

"Maaf, saya kurang berhati-hati" ucap doni yang membantu membenahi belanjaannya.

Saat melihat siapa orang yang menabraknya, mukanya terlihat pucat pasi. Seolah ia tengah berjumpa orang jahat yang selama ini mengejarnya...

★♡★♡★♡★♡★♡★♡

A/N

Vote dan commentnya ditunggu..

Sukron jiddan, jazakillah

JANGAN LUPA LIMA WAKTU:)

Salam kenal dari penulis amatir...
Restu Wendiarti :)

Love Stories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang