Bab 20 Flashback one

2.1K 46 6
                                    

Assalamualaikum wr wb Readers Love stories..

Author ketceh dateng lagi nich, hehehehe

Mulai part 20 ini author mau ajak kalian flashback ke masa lalunya zahra yah

So stay tune, happy reading guys;)

Hargailah karya orang lain! Vote dan coment kalian sangat membantu dalam menangani mood boster..

Jazakumulloh khoeron katsir

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Entah sudah berapa lama Ara menangis sesenggukan di pojokan. Tapi yang pasti Ara sudah merasa hina.. dirinya tak sesuci dulu lagi. Kesuciannya telah direnggut oleh orang yang bahkan belum dikenalnya

Saat tersadar sebentar lagi matahari akan terbit, Ara mencoba bangkit. Ara segera berlari, berlari dan berlari terus menjauh. Entah kemana yang akan ditujunya. Ara hanya mengikuti langkah kakinya, ia akan berhenti jika merasa lelah

Hah.. hah..hah..hah...

Deru nafasnya sudah tak beraturan lagi. Langkah kakinya terhenti kembali diatas sebuah jembatan
Sang mentari mulai menampakan dirinya di ufuk timur. Perlahan cahayanya mulai menerangi luasnya langit

Ara kembali menangisi nasibnya. Entah kenapa stok air matanya begitu banyak, sudah tak terhitung lagi berapa banyak yang sudah dikeluarkan Ara

"Ya Allah.... mengapa gue di uji seberat ini" air mata kembali mengucur dengan derasnya
"Kau sudah mengambil kedua orang tuaku.. hiks hiks, dan kini disaat gue mencoba bertahan. Mengapa Engkau renggut pula harga diriku"

Ara memukul mukul dadanya. Berharap dengan itu bisa mengurangi rasa sesak sakit yang kini selalu menghampirinya.

Saat Ara mencoba berdiri lagi, kepalanya terasa berat. Kepalanya terus berdenyut, membuat ia berpegangan pada batas jempatan. Tapi tanpa disadari, tanah yang ia pijak sekarang terasa licin. Ara kehilangan keseimbangannya sehingga ia tercebur ke dalan sungai

Derasnya air sungai membawanya hanyut mengikuti arus. Ara mencoba untuk dapat bernafas walupun ia dalam keadaan yang sulit. Tapi untuk kesekian kalinya, keberuntungan tak berpihak kepadanya

Ara merasakna tubuhnya terasa ringan. Sakit yang menjalar di tubuhnya sudah tak terasa lagi. Dan sakit yang bersarang di hatinya masih tetap setia berada di tempatnya. Perlahan kegelapan mulai menguasainya..

****

  Ar rahmaan..
     (Allah) Yang Maha Pengasih,

'Allamal quraan..
Yang telah mengajarkan Al-Quran

Kholaqol insaan
Dia menciptakan manusia

'Allamahulbayaan
Mengajarnya pandai berbicara

Assyamsu walqomaru bihusbaan
Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan

Wannajmu wassyajaru yasjudaan
Dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya)

Wassamaaaa arofa'ahaa wawadho'al miizdaan
Dan langit tengah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan

Allaatath ghoufiil miizdaan
Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu

Wa aqiimul wadzna bilqisthi walaatuhsirul miidzan
Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu

Wal ardho wadho'ahaa lilanaan
Dan bumi telah di Bentangkan-Nya untuk makhluk(Nya)

Samar-samar Ara mendengarkan suara yang indah. Ara merasa familier dengan suara itu.

Ya.. benar itu lantunan surah Ar Rahman yang akhir-akhir ini kerapkali ia dengarkan.

Belum penuh kesadarannya yang terkumpul, Ara mencoba bangun. Kepalanya masih terasa berat, namun Ara memaksakan untuk menelusuri dimana suara tersebut berasal.

"Ini dimana yah" Ara merasa asing dengan sekelilingnya.

"Kenapa gue pake baju beginian?" Ara baru tersadar jika sekarang dia mengenakan gamis navy yang menjuntai ke lantai. Dan jangan lupakan jilbab instan ukuran jumbo yang senada dengan gamis yang dipakainya,  sekarang telah membungkus kepalanya.

Tak mempermasalahkan pakaian yang dikenakannya, Ara kembali menghampiri pintu. Dibukanya pintu yang terbuat dari kayu jati di depannya.

Sepi, yah rumah ini terlihat tak ada penghuninya. Sayup-sayup suara itu terdengar lagi. Ara menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar yang berjarak dua ruangan dengan kamar yang dipakainya tadi

Perlahan tangan mungil itu membuka gagang pintu, sehingga tak menimbulkan suara.

Sang empu kamar tak sadar, jika ada seseorang yang tengah memperhatikannya sejak tadi.

"Uhuk  uhuuukkk"

Tersadar ada orang lain di ruangannya, pemuda itu langsung mengakhiri tilawahnya

"Astaghfirulloh... ukhti kenapa?"

"Kepala gue pusing banget"

"Berbaring dulu di kamar ana" tuturnya dingin pergi meninggalkan Ara sendirian dikamar itu.

Dilihat dari gelagatnya pemuda ini tidak mau bersentuhan dengan yang bukan mahromnya. Hal ini membuat ara jadi teringat dengan Ira sahabatnya.

Kayaknya gue pernah liat dia deh. Tapi di mana yah? Tau ah kepala gue sakit banget. Batin Ara

Selang beberapa menit, masuklah seseorang yang cara berpakaiannya sama dengan yang Ara kenakan sekarang

"Alhamdulillah, ukhti sudah sadar" senyum tulus terukir diwajahnya. Senyum yang membuat Ara terhanyut dalam memori yang membuatnya teringat kembali pada Ira.

"Kenapa ukhti bisa berada di sini. Bukannya tadi ada di kamar sebelah yah?"tanyanya heran saat melihatku telah berpindah kamar

"Pas gue bangun, gue denger orang yang lagi ngaji gituh. Karnena penasaran aku jadi mencari sumber suara itu"

Senyum kembali tercetak jelas di wajahnya "oh, ternyata anti terbangun karena mendengar suara Gus yang sedang tilawah yah"

"Gus.." Ara membeo

"Iya. Orang yang tilawah tadi itu Gus...

Tbc

Alhamdulillah, akhirnya bisa Up lagi..

Jazakillah khoir bagi readers yang setia nungguin LS Up.

Nih, author kasih LS buat nemenin malem minggunya kalian Muehehe

Jangan lupa sholat lima waktu

Love Stories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang