Pelukan antara ola dan queen di sudahi karna pintu rumah sakit yang terbuka menampakan seorang pria paruh baya yang membawa sekeranjang buah buahan
Ola tersenyum ke arah pria paruh baya itu begitu juga dengan queen
"Papa"sapa queen dengan lambaian tangannya ,devin berjalan mendekati putrinya
"Mau buah?"tanya devin ,queen menggeleng kecil sebagai respon,ia memang sedang tidak ingin makan buah sekarang
Queen mengambil salah satu surat dari puisi yang di tujukan untuk papanya,kemudian menyodorkan surat itu
"Surat?"
Queen mengangguk
"Dari siapa?"tanya devin
"Baca aja pa"devin mengambil surat dari tangan queen,Ola hanya diam
"Yasudah"devin menyimpan surat itu di saku kemejanya
"Papa gabaca dulu"devin menggeleng "sudah sekarang kamu istirahat ya"pinta devin dan di jawab anggukan dari queen
"Tapi itu surat dari puisi pa"sebelum menutup matanya ,queen sempat memberitahukan devin,devin memandang sakunya yang berisi surat dari puisi dengan tidak suka,Ola yang melihat itu hanya bisa berpikir dalam hati ,sebenci itukah mantan suaminya dengan putrinya puisi
"Iya pasti papa nanti baca,sekarang kamu istirahat ,tidak ada penolakan "queen menurut,perlahan tapi pasti ia menutup matanya mencoba untuk tidur
Devin memandang Ola sebentar,tak lama devin melangkah hendak pergi keluar namun tangannya di cekal Ola
"Sebegitu bencinya kamu sama puisi?"tanya ola ,matanya sudah memerah menahan air mata yang mungkim dengan 1 kedipan akan luruh begitu saja
"Iya"nada yang devin keluarkan sungguh tak bersehabat,mendengar nama puisi saja rahang nya akan mengeras
"Tapi kenapa?"mereka tak sadar bahwa sedari tadi ada yang menguping pembicaraan mereka,ia belum tidur,hanya menutup matanya saja
"Dia yang membuat ibuku meninggal"
"Bukan puisi yang menyebabkan itu semua,semua itu murni kecelakaan devin"air mata Ola sudah tak dapat di tahan,ola mengeluarkan seluruh air mata yang tadinya ia simpan di pelupuk matanya
"Jika saja anak itu tidak banyak maunya,ibuku masih ada sampai sekarang ola"nada suara devin meninggi lebih seperti membentak ola
"Kamu akan sadar ,jika puisi bukan penyebab kematian ibu,jangan menyesal nanti"Ola berucap lantang di depan wajah devin dengan telunjuknya yang mulai menunjuk nunjuk ke arah devin
"Dia itu anak pembawa sial ola,kamu yang akan menyesal nanti karna sudah merawatnya "
"Puisi itu anak kamu juga,dia darah daging kamu,dia juga punya hak yang sama seperti lisan"
"Puisi bukan anak pembawa sial,puisi itu pembawa keberuntungan,kamu yang tidak sadar"setelah mengucap kan kalimat itu ,ola pergi meninggalkan devin ,ola membanting pintu kamar rawat queen dengan keras ,emosinya memuncak
Devin berdecih,sementara Queen yang mendengarkan perdebatan antara papa dan mamanya hanya diam,ia ingin menangis tapi tak bisa ia keluarkan
Devin keluar dari kamar rawat dengan dada bergemuruh,mata memerah,tangan terkepal kuat menahan amarah
Berjalan secepat mungkin itu yang devin lakukan ,sampai di tempat parkir ia menghidupkan mesin mobilnya,melesat pergi menjauh dari rumah sakit dengan keadaan marah
Devin memukul mukuk stir mabilnya sendiri sebagai pelampiasan atas kemarahannya ,bukan hanya itu saja devin menginjak pedal gas nya seperti orang kesetanan
'Brakkk
Sampai akhirnya mobil devin menabrak sebuah warung kecil di pinggir jalan ,daerah matanya mengeluarkan darah segar
~Rumah Sakit~
Devin memegang kepalanya,bau obat obatan khas rumah sakit tercium oleh hidungnya
Namun gelap,devin mencoba membuka matanya namun seperti ada yang menghalangi matanya untuk terbuka
"GELAP"
"KENAPA GELAP?"
"SAYA DI MANA?"
"INI DI MANA?"
devin berteriak sekencang kencangnya,sampai seorang dokter masuk ke dalam ruangan dominan putih itu
"Ini di rumah sakit pak"
"Rumah sakit?,kenapa dok?"
"Bapak kecelakaan"
"Tapi kenapa gelap?"
"Maaf pak,mata bapak..."dokter itu ragu melanjutkan jawabannya
"Mata saya kenapa dok?"lirih devin
"Mata anda buta,kecelakaan itu membuat penglihatan anda rusak"
"APA?!BUTA SAYA GAK MAU BUTA"devin mengusap wajahnya dengan kedua tangannya
"Saya gak mau buta"
"Kembalikan penglihatan saya bagaimanapun caranya"devin berujar pelan namun ada penekanan di setiap katanya
"KELUAR!"perintah devin kepada dokter yang merawatnya
Dokter itu keluar dari ruangan devin dengan langkah cepat tak tahan dengan pasiennya yang satu itu
Sementara ola yang mendapat kabar dari rumah sakit bahwa devin kecelakaan langsung buru buru menuju ruangan rawat,kebetulan rumah sakit nya sama dengan rumah sakit lisan
Sampai di ruangan di mana devin di rawat,ola langsung masuk jujur ia merasa bersalah pasti devin kecelakaan karna dirinya ,karna pertengkarannya mengenai puisi
"Devin"lirih ola ketika melihat kondisi devin di mana kedua matanya di perban
"Ola..tolong saya gak mau buta ola ,saya masih harus melihat lisan"
Ola diam ,ola hanya sedang berpikir apakah devin tak ingin melihat puisi,puisi juga putrinya,bahkan surat dari puisi pun belum bisa ia baca
"Ola kamu dengar saya"lirih devin
Ola masih diam membeku,hatinya masih sakit jika melihat devin membeda bedakan antara puisi dan queen
"OLA!"jeritan devin membuat susana kamar rawat berbau obat itu menjadi tegang,bukan apa apa jeritan devin itu lebih kepada membentak dari pada memanggil
Dan entah apa yang devin rasakan,ia lelah dan memilih untuk membaringkan badannya ,ia lelah karna pertanyaan nya tak kunjung di jawab ola
Ola keluar dari kamar devin dengan perasaan sulit di artikan
$#$#$#$#$#$#$#$#$#$#$#$
Lohaa!!!
Kabar gembira tuk kita semua,
Kabarnya adalah
Aku gajadi namatin puisi sastra secepatnya
Karna apa
Karna aku lagi pengen aja
Hehehe
Tapi yang jelas
Aku tau part ini gaje
Alay
Tapi makasih buat yang udah setia baca puisi sastra sampai part ini
Jujur
Sebenernya
Aku itu
Adalah
Manusia
Hehe
Dah ah capek
Bye
-mayadianti_
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Sastra(END)
Teen FictionCover by "rikakurnia11" Ini bukan sebuah puisi,hanya kisah tentang seorang gadis bernama puisi dan pemuda bernama sastra Jika kamu datang hanya untuk membuatku nyaman setelah itu pergi,jangan datang ~puisi karina karisma~ Ma'af ~sastra putra wijaya~