[ BAGIAN II ]
Sooyeon pov.
Kepala sekolah mengantarkanku untuk masuk ke dalam kelas yang nantinya akan aku huni selama satu semester. Suasana canggung menyelimuti tubuhku saat selangkah demi selangkah aku ambil mendekat ke arah pintu yang terlihat tak asing di mataku. Papan kayu berbentuk persegi panjang itu melintang di atas pintu bergoreskan pahatan 2-3. Hingga kini, tubuhku tepat berada di depan para murid yang juga merupakan orang-orang yang mendiami kelas 2-3.
Aku merasakan tubuhku amat dingin, sehingga tanpa sadar mengabaikan ucapan yang ditujukan pada diriku. Dan aku pun mendengat kembali perintahnya namun sekarang dengan tambahan reaksi dari kepalaku yang mengangguk.
"Annyeonghaseyo, namaku Kim Soo Yeon. Aku minta bantuan kalian semua untuk dapat belajar di sini. Aku harap, kita dapat berteman baik nantinya."
Kekhawatiranku mengudara begitu saja ketika kurasakan respon yang cukup baik diberikan oleh murid-murid di depanku. Mereka bertepuk tangan, tersenyum, dan ada pula yang mengangguk atas ajakan berteman yang telah lebih dahulu aku utarakan.
"Nah, Kim Soo Yeon. Kau bisa duduk di kursi yang masih kosong di sebelah Luhan."
Alisku terangkat mendengar ucapan sang guru yang menyebut sebuah nama. Hingga akhirnya kedua mataku bereaksi lebih cepat dan memahaminya. Kursi kosong itu berada di tengah-tengah dua orang murid laki-laki, dan hanya itu yang aku ketahui. Aku tidak bisa bertahan lebih lama untuk mengangkat wajahku entah karena apa. Oh tidak, aku tidak tahu harus senang atau sedih dengan kenyataan itu. Kenyataan harus belajar di tengah-tengah dua murid laki-laki.
Dengan langkah perlahan, aku berjalan menuju kursi kosong yang akan aku tempati. Tangan kananku menarik punggung kursi dan dengan satu gerakan beban tubuhku sudah sepenuhnya di atas kursi dengan ransel hitam berada dalam dekapanku. Tidak ada yang berbeda dengan kebiasaanku saat pertama masuk sekolah baru. Namun, satu hal dapat aku rasakan untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku menjadi murid pindahan. Sebuah tepukan pelan yang merangsang bahuku, berasal dari sebelah kanan.
"Annyeong ! Kau gadis yang tadi, bukan ? Ah, ternyata kita sekelas. Oh ya, perkenalkan, namaku Lu Han, namamu ? Ah, iya. Kim Sooyeon ?"
Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini. Yang bisa aku lakukan hanyalah menatap seseorang di sampingku yang tengah memasang senyuman lebar. Dia, seseorang yang sama yang telah kutabrak di aula sekolah. Dan kini, aku duduk dan belajar di sampingnya. Oh tidak.
"Annyeonghaseyo," jawabku dengan menundukkan kepala.
"Selamat datang. Semoga kita bisa menjadi teman nantinya," Luhan, laki-laki itu mengulurkan telapak tangan kanannya dihadapanku dengan senyuman sebagai pemanis. Jangankan berteman, untuk menjadi kekasih hatinya pun aku tidak akan enggan.
Aku pun ikut mengulurkan tangan kananku, meraih tangan Luhan yang telah lebih dulu ia ulurkan. Ya Tuhan, bahkab tangannya terasa sangat lembut di genggaman. Bagaimana dengan hatinya, ya ?
Luhan tersenyum membuatku sadar dan dengan segera melepas tangannya. Namun, ia masih terus tersenyum memandangiku. Hal itu membuatku meninggikan sebelah alisku.
"Kau juga harus berkenalan dengannya !"
Pelan-pelan aku menoleh ke sebelah kiriku, ke arah pandang Luhan yang sebenarnya. Dan aku menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan jantungku hingga hampir saja tubuhku terjungkal.
Laki-laki sombong yang telah menabrakku di depan gerbang sekolah.
Jadi, kami bertiga, satu kelas ?
BERSAMBUNG
Lu Han as Luhan