[ BAGIAN IV ]
Sooyeon pov.
OH SEHUN ?Aku masih memandang tanda nama yang tertulis indah dengan hangul berwarna hitam. Sebelum sempat kepalaku mendongak, laki-laki itu telah lebih dulu meletakkan buku Fisika itu di atas kepalaku dan berlalu begitu saja meninggalkanku, yang masih memasang wajah bodoh. Buku di kepalaku hampir jatuh, seakan menginterupsiku agar segera menghilangkan lamunan tidak penting.
Kedua mataku masih saja mengikuti punggung yang semakin menjauh dari tempatku berdiri. Padahal, aku mempunyai banyak pertanyaan tentang dirinya. Namun sepertinya, Sehun sangat berbeda dengan kakak tirinya.
Aku sangat lancang memang, karena sudah mendekati dua laki-laki yang bersaudara. Aku juga penasaran, tentang Sehun yang tidak bisa menerima kedatangan Luhan. Padahal, Luhan adalah laki-laki yang baik dan mereka bisa menjadi saudara yang rukun.
Mungkin benar katanya, bahwa Sehun belum bisa menggantikan posisi Ibunya untuk Luhan juga Ibunya.
Setelah semua selesai, aku membawa tiga belas buah buku itu sendiri menuju kelas untuk disimpan di loker. Jika kau bertanya mengenai kesulitannya, aku harap, kau tak usah bertanya. Karena berat dan susahnya sudah tidak diragukan lagi. Aku sampai hampir menjatuhkan semua buku-buku itu kalau diriku sendiri yang tak hati-hati. Namun, julukan gadis ceroboh mungkin memang pantas disandang olehku. Meski aku berusaha hati-hati, tetap saja kejadian buku jatuh tetap ada dalam skenario hidupku. Apesnya kau, Lee Sooyeon.
Aku berjongkok dan mulai menjangkau buku-buku yang jatuh berserakan di atas lantai yang mulai dingin. Segalanya normal, hingga saat tanganku menyentuh sesuatu yang seperti daging manusia, aku berteriak.
"Jika tak mampu, kau harus meminta bantuan orang lain. Dasar payah,"
Keterjutanku hilang kala kedua telinga ini menangkap suara sinis yang suhu dinginnya mencapai ke seluruh tulang-tulangku. Kegelapan yang mulai menyerang koridor sekolah membuatku tidak berhasil menemukan wajah dari pemilik suara itu. Aku hanya bisa menatap saat siluet tubuh jangkung itu berdiri setelah berhasil membawa semua bukuku dan berjalan pelan meninggalkanku yang masih berjongkok.
Aku berusaha mengumpulkan seluruh kesadaranku dan setelah itu aku langsung bangkit dan berlari menuju kelas.
Di sana, aku melihat seorang murid laki-laki yang tengah memasukkan buku-buku ke dalam loker milikku. Setelah selesai, dia berbalik dan membawa keterkejutan sendiri bagiku.
Dia adalah Oh Sehun.
"Ghamsahamnida," ucapku pelan saat tubuhnya berjalan melewatiku. Namun, tidak ada tanggapan darinya dan laki-laki itu terus berjalan tanpa berhenti lagi.
Dasar laki-laki aneh. Dia baru saja melakukan suatu kebaikan, tapi aku malah merasa takut dengan pertolongannya itu.
Dering ponsel membuat atensiku beralih dari punggung laki-laki bertubuh jangkung yang semakin menjauh. Tanganku segera memporak-porandakan isi ransel guna menemukan benda berbentuk persegi panjang itu.
"Yoboseyo ?"
"..."
"Appa ? Iya, aku baru saja akan pulang. Aku akan segera keluar."