[BAGIAN III]
Sooyeon pov.
Aku masih memandanginya, pria sombong yang menabrakku di depan gerbang sekolah dan pergi begitu saja tanpa ucapan maaf. Ia juga balas menatapku, namun dengan sigap wajahnya ia gerakkan ke arah jendela, menghindari untuk bertatapan denganku. Aku masih memandanginya yang terus membuang wajahnya.
"Dasar pria sombong," makiku dalam hati sambil membenarkan letak dudukku.
"Ada apa ?" Aku menoleh ke arah Luhan dengan wajah cemberut.
"Aku rasa tidak perlu untuk berkenalan dengan orang itu," Mataku melirik sekali lagi ke arah laki-laki sebelah kiriku, "pria sombong dengan wajah arogan."
Mungkin dia mendengar perkataanku, atau juga tidak. Sebab laki-laki sombong itu bangkit dari kursinya setelah aku menyelesaikan kalimatku. Dia juga berjalan ke arah pintu kelas lalu menghilang secara sekejap. Mataku masih memandangi pintu kelas yang telah tertutup rapat. Memang benar-benar menyebalkan orang itu.
"Sooyeon-ah," Untuk ke sekian kalinya aku menoleh ke arah Luhan. Kali ini aku terkejut, karena dia sudah memanggilku dengan sapaan akrab.
"Waeyo ?"
"Apa kau bersedia mendengar tentang dia ?" Tanpa Luhan sebutkan nama, aku yakin maksud dari 'dia' yang dikatakan Luhan adalah laki-laki sombong itu.
"Aku tidak penasaran, sebenarnya. Tapi aku akan mendengarkan apa yang kamu katakan."
Luhan tersenyum tipis. Itu juga yang membuat jantungku berdegup kencang, untuk ke sekian kalinya. Kurasa tidak baik untuk menatapnya terlalu lama.
"Namanya Oh Sehun, dia adalah adikku."
Aku terdiam dengan mata yang masih tertuju pada Luhan. Entah mengapa, perkataan laki-laki di sampingku tadi terdengar seperti lelucon di telingaku. Aku tidak tahu kenyataannya, namun jika memang benar, aku masih belum mau untuk mempercayainya.
"Nam-dongsaeng ? Mengapa kalian bisa satu kelas ?
"Sehun adik tiriku. Kami berdua, bukan saudara kandung."
💓
Bel tanda istirahat bergema di seluruh ruangan membuat semua siswa berlarian demi mendapat antrian pertama untuk keluar kelas. Aku hanya memandangi satu per satu murid yang berusaha untuk keluar dengan desakan murid lain di belakangnya. Bibirku membentuk lengkungan tipis ke atas.
"Kim Sooyeon ?" Aku mendongak melihat tiga orang gadis yang berdiri di depan mejaku dengan senyum ramah mereka. Aku mengangguk menjawab panggilan mereka.
"Boleh kita memanggilmu Soyeeon-ah ?" Dua orang itu menarik kursi lain untuk duduk di dekatku. Aku tersenyum.
"Tentu. Aku sangat senang jika kalian melakukannya."
"Oh, aku lupa. Namaku Lee Jang Min. Tolong jangan tertawaan namaku, oke ?" Aku menerima uluran tangan gadis dengan penampilan tomboy-nya. Ia sungguh sangat manis jika rambutnya panjang.
"Aku Kim Tae Ri. Kita sama-sama bermarga Kim, aku ingin lebih dekat denganmu, Sooyeon-ah." Gadis manis berambut sepanjang bahunya itu menampilkan senyum amat manis yang aku yakin para murid laki-laki akan jatuh cinta.
"Iya, Taeri-ah. Aku juga berharap hal itu."
Terakhir, dia paling cantik menurutku. Rambut panjang yang dikuncir kuda rapi tanpa poni yang menampilkan dahi lebarnya yang menawan. Aku tersenyum dan meraih tangannya yang terlebih dahulu terulur padaku.