Sebuah Senyuman

7 1 0
                                    

[BAGIAN TERAKHIR]

Author pov.

Waktu berjalan sangat cepat bagi Sooyeon. Setelah ia memutuskan untuk bersahabat dengan Luhan, ia semakin semangat dalam belajar. Perlakuan Luhan pun tak berubah. Pria itu masih tetap hangat padanya. Begitu juga dengan pangeran dinginnya, Oh Sehun. Sekarang Sehun tidak lagi dingin padanya dan terus menunjukkan sisinya yang manis di depan Sooyeon.

Dan, satu Minggu lagi tersisa sebelum murid tingkat akhir menjalani ujian masuk Universitas.

"Teman-teman. Satu minggu lagi kita akan menghadapi ujian akhir, tapi menurutku, kita belum memiliki sesuatu yang pantas untuk dikenang. Bagaimana menurut kalian ?" Kim Jongdae, kini berada di depan kelas mengutarakan pendapatnya. Semua murid mengangguk setuju dan ada yang tengah berpikir keras.

"Bagaimana kalau kita foto-foto saja ?" Itu ide Park Chanyeol, murid pria yang sangat suka dengan swafoto.

"Kalau seperti itu tidak akan ada yang diingat. Dan hanya wajah membosankanmu yang akan dikenang." Jangmin balas berdiskusi.

"Bagaimana kalau kita camping bersama? Atau setidaknya mengunjungi suatu tempat bersama-sama. Yang dekat saja, supaya satu Minggu itu cukup dan tak banyak melelahkan." Sahabat Jongdae, yakni Kim Min Seok menyuarakan pendapatnya yang mendapat senyuman tanda setuju dari teman-teman lain.

"Setuju. Itu akan lebih menyenangkan." Do Kyungsoo ikut menyetujui.

Semua bersorak gembira, tak terkecuali Sooyeon. Dia juga ikut bersorak-sorak saat ketua kelas menyusun acara yang akan dilakukan. Tapi tidak dengan dua makhluk tampan di samping kanan dan kirinya. Mereka berdua memasang wajah malas dan tidak minat dengan apa yang dilakukan teman-temannya yang lain. Sampai saat Sooyeon menyadarinya, dia pun ikut menunduk.

Setelah diputuskan dengan beberapa perdebatan sebelum itu, akhirnya ditetapkan bahwa kelas tiga akan berwisata bersama di pegunungan Laxy. Pada awalnya, kedua orangtua Sooyeon bersikeras tidak akan mengijinkan anak gadisnya ikut, namun Sooyeon juga bersikeras dengan tameng bahwa dia akan melindungi dirinya sendiri dan tentu saja teman-teman akan melindunginya. Pada akhirnya, Sooyeon ikut serta.

"Ibu, apa aku harus membawa barang sebanyak itu ? Aku tak akan kuat untuk membawanya."

"Kau bisa meminta tolong pada temanmu, bukan ? Wilayah pegunungan itu identik dengan hawa dingin. Kau harus membawa banyak pakaian hangat untuk itu."

Ponsel Sooyeon berbunyi tanda sebuah pesan muncul.

Datanglah ke rumahku. Kau akan tahu betapa berlebihannya Ibuku dibanding Ibumu

Ibuku bertindak layaknya ia memiliki anak kembar. Aku tak tahan dengan Luhan yang hanya tertawa

Sooyeon tersenyum membaca pesan dari Luhan dan Sehun.

"Ayah, antar aku ke rumah Luhan dan Sehun dulu, yah ?"

Sooyeon tak bisa menahan tawanya melihat bagaimana Luhan dan Sehun memakai sweater yang sama berwarna merah muda. Bahkan ia sendiri yang seorang gadis, jarang memakai pakaian berwarna itu.

Heart AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang