Aku Dengan Pangeran Itu

6 2 0
                                    

[ BAGIAN VII ]

Sooyeon pov.

Untuk sesaat, aku tak bisa berpikir jernih. Bernapas pun, terasa sangat sulit. Sepatah kata itu, telah membuatku kehilangan cara untuk kembali dalam kesadaran.

"Nan, nado saranghae."

"Jaljawayo,"

Luhan bergegas pergi tanpa menunggu kesadaranku pulih. Aku mengikuti jejak sepeda motornya dengan senyum mengembang.

Tuhan, jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku dulu. Aku perlu berpikir beberapa saat untuk menyadari ini semua.

Tunggu dulu, apa baru saja Luhan telah menyatakan perasaannya padaku ?
Dan aku juga membalasnya dengan perasaan yang sama ?
Apa itu berarti, mulai malam ini, kami berpacaran ?

💘

Mataku terbuka dengan keadaan bibirku yang tersenyum. Mimpi semalam sangat indah, membuat guratan bahagianya masih membawaku dan menarikku dari dunia kenyataan.

Hari ini, aku resmi menjadi kekasih dari seseorang.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mempunyai seorang kekasih. Dan dia, adalah sesosok laki-laki yang sangat kukagumi.

Ketukan di pintu kayu kamarku membuatku tersadar. Sadar bahwa kejadian tadi malam bukanlah sekedar mimpi, dan sadar bahwa sekarang sudah pukul tujuh pagi. Kuingatkan lagi, PUKUL TUJUH PAGI !

"Ya ampun, IBU !"

Aku mengabaikan sarapan pagiku dan segera membuka pintu rumah, ketika kulihat telah berdiri di sana seorang laki-laki yang menjadi kenyataan indahku semalam.

"Luhan ?"

"Aku tahu kau pasti akan bangun terlambat. Ayo, berangkat ! Aku sudah menyiapkan bekal untuk sarapanmu."

"Tapi," ucapku yang kemudian dihentikan oleh Luhan dengan aksinya yang membungkuk pada Ibu dan Ayahku yang entah sejak kapan berdiri di depan pintu.

"Kami berdua berangkat dulu, Ibu, Ayah."

Aku masih memandangi wajah Luhan yang semakin membuatku gemas karena sikapnya yang pura-pura tak mempedulikanku.

"Ayah ? Ibu ?" Aku mengigau sambil tersenyum geli sendiri mengingat bagaimana fasihnya Luhan mengatakan kalimat itu.

"Ada apa ? Memangnya ada yang lucu dari kata itu ?"

"Ani," Aku menormalkan ekspresiku, "kau menggemaskan."

Dan dia pun tertawa mendengar celotehku yang semakin memabukkan.

"Orang-orang akan berpikiran bahwa kau jauh lebih romantis dari seorang pria, kau tahu ?"

Aku hanya mengendikkan bahu seolah tak peduli.

"Sini, kupegang tanganmu." Aku tersenyum melihat tangan Luhan yang menawarkan genggaman hangatnya padaku.

"Banyak murid lain. Aku malu kalau nanti semua tahu," Kehangatan itu membungkam mulutku untuk berhenti mengeluarkan kata-kata.

"Kau membuatku menjadi semakin ingin membuka semuanya sekarang."

Aku hanya tersipu malu karena perkataannya yang begitu manis.

Heart AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang