Tiffany menutup pintu apartemen yuri dengan kasar, dia masuk kekamar yuri dan mengambil koper diatas lemari pakaian mereka
"Aku membenci mu yul" isak tiffany mengeluarkan semua pakaiannya dan memasukinya secara acak kedalam koper pink besarnya
"Sibuk? Tapi kau malah bercandaan dengan selingkuhan mu itu tepat setelah kita bertengkar hiks, apa kau tak mencintai ku lagi" isak tiffany menutup kopernya
"Haaa aku kemana? Apartement ku? Passwordnya diganti daddy, kemansion? Ani ani aku masih marah pada daddy, ok kerumah yoona aish anio dia masih marah pada ku, taetae? Ch dia sangat byun akhir akhir ini, sooyoung? Ok pilihan yang tepat"
Tiffany memandangi seluruh sudut kamar yuri, dan air matanya kembali mengalir saat memory manis nya bersama yuri yang bercandaan dan kejar kejaran dikamar itu melintas dibenaknya, tiffany menghela nafasnya dan menyeret kopernya
"Fany-ah" yuri masuk kekamarnya tepat saat tiffany ingin keluar dari kamar, tiffany hanya menatapnya tajam dengan air mata yang masih mengalir
"Kau mau kemana?" Ujar yuri dingin, ch bahkan wajahnya tak menunjukan bahwa dia merasa bersalah, jadi ngapain dia kesini dan tidak melanjutkan selingkuhannya itu
"Bawa koper? Kau mau kemana" ujar yuri yang masih dengan suara dinginnya
"Tentu saja pergi, aku tidak mungkin tinggal disini, kau bahkan bukan siapa siapa ku lagi" ujar tiffany menyeret kopernya dan mendorong yuri agar minggir dari pintu
"Pergi? Kau sudah membuat ku malu dicafe itu dan sekarang kau mau pergi?" Yuri memegangi pergelangan tangan tiffany membuat sang pemilik tangan meringis kesakitan, sejak kapan yuri nya menjadi kasar
"Yul sakit" isak tiffany saat yuri menyeretnya kembali dan membanting tubuhnya diatas kasur dan lagi lagi tiffany hanya bisa meringis
"Sakit? Lalu bagaimana dengan pipi ku yang kau tampar eoh" bentak yuri lalu berjalan kearah meja rias dan mencari sesuatu dilacinya, tiffany terus saja terisak ketakutan, seumur hidup tak ada yang berbicara kasar atau menyakiti fisiknya
"Yu-yul" tiffany mundur saat yuri mendekatinya dengan seringai yang menakutkan sambil membawa pisau yang berkilau bersih
"Kau tau betapa malunya aku, saat kau menamparku babe? Saat kau menyeret ku dari ruang rapat ku? Saat kau menangis dikantor ku? Saat kau marah marah pada asistent ku? APA KAU TAK TAU BETAPA MALUNYA AKU" teriak yuri diakhir kalimatnya, wajahnya sudah memerah menahan emosi
"So-sorry yul hiks kau mau ngapain yul" ujar tiffany panik saat yuri manarik kakinya yang membuatnya terseret lebih dekat pada yuri
"Bersenang senang" ujar yuri mengecup pipi tiffany membuat tiffany menutup matanya, mungkin kalau suasana nya tidak begini tiffany akan menikmati ketika bibir yang dirindukannya itu mengecup lembut pipinya namun saat ini hanya ada ketakutan yang dirasakannya
"Kita mulai dari sini" tiffany menahan jeritnya saat benda dingin itu menempel pipinya
"Uuuhh kau ketakutan babe? Baiklah aku akan menutup mata mu" yuri mengambil potongan kain dari saku celananya dan segera menutup mata tiffany
"Yul kumohon jangan, mianhe, ku mohon" isak tiffany saat matanya sudah menutup sempurna akibat kain itu, yuri berjalan kearah meja rias dan mengambil tali dilaci dan kembali mendekati tiffany yang menangis ketakutan
"Tenanglah babe" ujar yuri lembut namun terkesan mengerikan bagi tiffany
"Yul apa yang kau lakukan? Lepas ku mohon, akkh" ringis tiffany saat merasakan yuri mengikat kedua tangannya
"Aku akan mengantarkan mu ketempat peristirahatan mu honey" yuri menggendong tiffany dan segera membawanya keluar dari apartementnya
Yuri mendudukkan tiffany pada kursi belakang mobilnya, dan segera masuk ke bagian pengemudi setelah memastikan bahwa tiffany aman dikursi penumpang