Oh Tuhan #6

745 84 40
                                    

Karena melupakan tak semudah orang bilang.

🐸🐸🐸

Maura

Malam yang kelabu, matahari telah tenggelam tergantikan oleh bulan dan bintang, suara jangkrik bersahutan dan angin semilir menggelitik. Aku termenung dibawah pohon memandang langit yang kelam, sama seperti kisah cintaku.

Entah mengapa, malam sepertinya tau perasaanku saat ini, ia juga ikut merasakan yang kurasa. Seperti sahabat, mengerti keadaan kita yang sedang buruk.

Dibawah langit aku bersimpuh, berharap bahwa kenangan dan masalalunya bisa kembali seperti sedia kala. Atau paling tidak, bayangan masalalunya menampakkan walau hanya sekilas karena saat ini aku sangat merindukannya.

Mengapa semua ini terjadi kepadaku?
Oh Tuhan, aku ingin sekali seperti dulu bersama orang yang ku cintai. Mengapa Engkau memanggilnya?
Aku sangat mencintainya..

Padahal aku sudah berusaha keras melupakan dirinya atau paling tidak, aku tidak memikirkannya lagi. Namun mengapa tetap ada dan selalu ada?

Kalau cinta itu menyakitkan kenapa harus ada? Dan mengapa harus aku yang mengalaminya?

Sungguh aku benci cinta!

Aku takut suatu saat membuka hatiku lagi untuk mencintai seseorang terjadi lagi kejadian itu. Dimana orangtuaku tidak menyetujuinya dan aku kehilangan sosoknya.

Aku melempar batu kecil ke pinggir pantai, air yang ku lempar batu menyiprat.
Entah, air yang ku lempar batu kecil saja ia ciprat. Bagaimana dengan Papaku yang sudah ku bujuk bahkan memohon agar mau menyetujui hubungan dan hatinya terbuka untuk itu? Tidak, sama sekali tidak.

Apalagi soal melupakan dan pindah ke lain hati. Itu sangat sulit.

Karena mencintai yang tulus, proses nya lama. Tidak seperti jaman anak sekolah dasar, yang cuma cinta monyet.

Huh, aku pusing sekali. Entah sampai kapan aku harus merasakan ini semua. Ingin rasanya mengakhiri, namun bagaimana caranya?

"Heh, udah malem. Tidur. Malah lempar batu," Interupsi seseorang saat ku sedang melamun.

Aku menoleh ke asal suara tersebut. Huh, ternyata dia lagi. Laki - laki menyebalkan. Kenapa sih disaat aku sedang seperti ini, dia selalu saja muncul dihadapanku?

"Yeh, dikasih tau juga malah diam aja." Ucap Rassya dengan nada sedikit kesal.

Aku berdeham, aku sedang malas berdebat. Mood ku sedang tidak baik.

"Nih gue beliin cilok. Ini rasanya enak, khas Bali. Beda deh sama di Jakarta!" Serunya seolah sedang promosi jajanan makanan seperti Sales promotion boy.

Aku terkekeh mendengar logatnya seperti itu, namun buru - buru ku ubah raut wajahku seperti semula.

"Mau gak? Diem mulu kaya patung!" Omelnya.

Aduh, aku pusing sama dia! Ternyata cowok kaya dia bawel juga ya ku pikir pendiam. Hih.

Aku mengambil sebungkus cilok dari tangan Rassya, terlihat sekali cilok khas Bali ini enak. Bumbunya saja sudah menggoda seleraku. Eum.

"Makasih." Ucapku sekenanya.

Aku makan dalam diam, tak ada suara lagi setelah itu. Rassya pun diam dan duduk di sebelahku. Kami memandang luas pantai Kuta dihadapan kami. Malam - malam dipantai ternyata enak juga ya. Hawa dingin malamnya memang menusuk kulit, namun inilah salah satu cara agar menenangkan pikiranku. Tidak seperti di Jakarta yang semrawut.

"Enak kan?" Tanya Rassya memastikan. Aku mengangguk, memang benar cilok ini enak membuatku ketagihan untuk memakannya lagi.

"Beli dimana?" Tanyaku penasaran.

Rassya tersenyum miring, ia merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan ku. Alisnya ia angkat dan tautkan, seolah seperti orang yang sedang kepe-dean.

"Mau tau beli dimana?" Tanya Rassya sambil menjulurkan lidahnya.

Aku hanya memutar bola mataku sendiri, aku tak habis pikir bisa bertemu dengan orang aneh seperti Rassya. Entah, kenapa dia berkelakuan seperti itu padahal Ibunya sendiri terlihat kalem.

"Ibu gue yang buat!" Seru Rassya sambil bangkit dari duduknya.

Ia berjalan mendekati air laut ke sisi pantai, ia menendang pasir pantai seenaknya membuatku menepuk jidatku sendiri.

"Kok aku iso ketemu wong edan?" Tanyaku dalam hati.

Tiba - tiba Rassya berteriak membuatku kaget dan bangkit menghampirinya. Hampir saja jantungku lompat, kalau itu terjadi aku tak akan segan - segan mencabik - cabik tubuh Rassya. Hih!

"Lo gila ya?" Tanyaku kesal. Rassya hanya membalas dengan gelengan kepala.

Kemudian ia menatap langit malam yang terlihat semakin gelap, matanya memandang sayu. Ia terlihat seperti orang yang sedang galau.

Jika dilihat lebih dalam, sepertinya Rassya juga ada masalah namun aku tak tau apa masalahnya. Matanya menyorot ada kepedihan, aku jadi bingung harus bagaimana.

"Gue pulang dulu ya, udah malam." Ucap Rassya tiba - tiba pamit kepadaku.

Aku mengangguk, lalu ia pergi meninggalkanku sendiri disini. Tak ada orang lagi disini yang menggangguku dan menyebalkan. Namun entah mengapa terasa sepi, ah apa sih aku ini.

Bukankah ini yang ku mau?

Kulihat, jauh bulan terang benderang..
Menyinari malam menatap indah dunia..

Tapi aku tak dapat sembunyikan perasaanku..
Kegalauan hatiku, dibalik terangnya rembulan...

Diriku kembali dirundung kegalauan, aku rindu sangat rindu! Kebahagianku telah hilang dibawa waktu, hatiku hancur lebur. Mengapa aku harus dalam posisi ini? Sampai kapan aku harus seperti ini? Aku ingin berhenti dan memulai hidup baru tanpa bayang - bayang kelam.

Aku - harus - bangkit!

Diriku memang tipikal orang yang sulit jatuh cinta dan menaruh hati kepada lelaki. Karena memang jatuh cinta yang tulus itu butuh proses dan perjuangan.
Apalagi soal melupakan, itu hal yang cukup sulit untukku. Entah butuh waktu berapa lama, yang jelas banyak waktu yang harus terbuang untuk melupakan.

Aku harap, ada seseorang yang datang kepadaku untuk membantuku bangkit dari keterpurukan ini.

Malam, titip rinduku untuk dia. Dia yang pernah ada dihidupku. Aku mencintainya, entah sampai kapan atau tidak akan pernah habis.

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang