Sebuah ketakutan #18

418 27 9
                                    

Semesta, terima kasih telah mempertemukanku dengannya. Walau awalnya aku takut kehilangan dirinya.

😊😊😊

Kuta, Bali.

Fani termenung menatap ombak liar berdebur, pikirannya kosong, dirinya pun tampak tidak bersemangat. Dirinya tengah memikirkan nasib hubungan dirinya dengan Adit. Sebenarnya hubungan dirinya dengan Adit, baik-baik saja. Tapi siapa sangka, teman baru mereka yang kini sudah mereka anggap teman dekat yakni Maura menyimpan rasa kepada Adit.

Ada rasa sesak dilubuk hatinya, ada juga rasa tidak enak hati dengan Maura. Disisi lain ia benar-benar mencintai Adit, namun disisi lain dia tau betul saat ini Maura membutuhkan sosok Adit.

Tadi siang, Fani mengetahui kabar itu. Kabar bahwa ternyata Maura memendam rasa kepada Adit, Maura mengatakan hal itu kepada Rassya. Kemudian Rassya menyampaikan hal itu kepada Fani.

Dirinya benar-benar dirundung kebingungan, apa harus dirinya melepaskan Adit? Apa harus ia mengorbankan hubungannya demi Maura?

"Kenapa ini semua harus terjadi? Aku sayang sama kamu, Adit. Tapi aku juga sayang sama Maura. Jadi aku harus apa?" tanya nya pada diri sendiri. Ia mengerang, tak peduli orang-orang menatapnya aneh.

".. apa aku harus melepaskan kamu, Dit?"

Lalu ia menenggelamkan kepalanya di dekapan tangannya sendiri, air matanya membasahi wajahnya yang manis itu. Ia benar-benar kacau, apalagi sekarang Adit semakin dekat dengan Maura.

"Gak usah nangis," bisik seseorang sambil menepuk bahu Fani. Fani langsung menoleh ke arah orang itu.

"Gak usah nangis, posisi kita hampir sama." kata Rassya kemudian ia memandang lautan luas.

Fani mengernyitkan dahinya bingung, ia tidak mengerti maksud Rassya. "Maksudnya?"

Rassya tersenyum getir, badannya ia putar agar berhadapan dengan Fani. Kedua tangannya ia letakkan dengan bahu Fani.

"Gue.. gue suka sama Maura."

Mata Fani membelalak kaget, pantas saja perlakuan Rassya kepada Maura sedikit berbeda. Seperti seorang cowok yang sedang jatuh cinta. Kemudian sedetik kemudian Fani terkekeh mendengar pernyataan Rassya.

"Kenapa ketawa? Emangnya lucu?" tanya Rassya sambil mencebikkan bibirnya.

Namun Fani hanya menggeleng. "Jadi gue harus gimana?" Tanya Fani bingung.

Rassya menghembuskan nafas kasar, ia mengusap wajahnya gusar. Dia juga bingung apa yang harus ia lakukan. Berkorban atau egois?

Cinta terkadang memang menyakitkan, menyulitkan seseorang untuk memilih berkorban atau egois.

"Apa gue harus mengorbankan cinta gue? Apa gue harus relain Adit buat Maura?" tanya Fani sambil menatap Rassya, menunggu jawaban yang akan dikeluarkan dari mulut Rassya.

"jawab Sya, jawab!" Tanya Fani sekali lagi, kemudian ia menjadi histeris. Rassya langsung kaget melihat cewek yang ada di depannya menangis seperti habis diputuskan oleh kekasihnya.

Orang-orang yang berada disekitar mereka menatap penuh tanda tanya, apalagi saat menatap Rassya seperti menuduh dirinyalah penyebab Fani menangis.

Rassya menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu, ia bingung, benar-benar bingung.

"Gue.. arghh!" Racau Rassya.

"Kenapa semesta jahat sama aku? Kenapa orang yang aku cintai juga di cintai oleh teman dekatku? Kenapa semesta? Aku salah apa?!" Teriak Fani frustasi.

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang