Perbedaan Tetap Satu #20

379 26 5
                                    

Kamu hitam, aku putih. Berbeda. Tapi jika bersatu, menjadi abu-abu.

😍😍😍

Sreng.

Kini Kirana sedang memasak ikan yang di temani dengan Rassya. Hari keduanya di rumah itu membuat Rassya menjadi lebih bersemangat. Awalnya Kirana ingin memasak sendiri, namun Rassya meyakinkan bahwa ia bisa masak dan mau ikut membantunya kemudian Kirana menyetujuinya.

Bau harum yang menggugah selera membuat perut Rassya berkeroncong, namun ia pura-pura tak merasakannya. Malu.

Kirana mengagumi bakat cowok itu, jarang-jarang, kan cowok zaman sekarang bisa masak?
Terkadang ia terkekeh geli melihat gaya Rassya, seperti chef yang ada di resto-resto. Hanya saja ia tidak memakai topi chef.

"Wah wangi banget masakanmu, Sya." puji Kirana kepada Rassya sedangkan Rassya hanya tersenyum malu.

Kemudian Kirana menumis sayur kesukaan putrinya. Sudah lama juga ia tak membuatnya, terakhir kali dua bulan lalu. Sedangkan Rassya mengangkat ikan dari penggorengan dan ia sajikan di piring.

"Sudah selesai, tante,"

"Keren, sekarang tante boleh minta tolong nggak?" tanya Kirana.

"Apa tan?"

"Tolong panggilin Maura, suruh kebawah. Makanannya udah jadi."

"Siap, tante!"

Kemudian Rassya melepaskan celemek dari tubuhnya lalu berlari kecil menuju kamar Maura yang berada di lantai atas. Ia juga ingin memberikan kejutan masakannya khusus buat Maura. Katanya sih, buatnya pake cinta.

Ia menuju kamar dimana dirumah ini yang paling mencolok, warna pintu kamar Maura yang berwarna biru dan bertuliskan 'Kamar Princess'. Rassya terkekeh.

Tok.. Tok..

"Mau, makan yuk,"

Tak ada respons, Rassya mengernyitkan dahinya. Ia menengok ke arah jam padahal sudah pukul 11 siang. Tidak mungkin cewek itu belum bangun.

Tok.. Tok..

"Mau, makan yuk. Disuruh mama lo tuh makan."

Tak ada jawaban, kemudian dengan nekat, Rassya membuka pintu kamar Maura sedikit dan ternyata tak terkunci. Ia memelongokan kepalanya ke dalam kamar cewek itu,  namun ia tak menemukannya.

Tanpa pikir panjang ia membuka lebar-lebar pintu kamar itu dan memasukinya. Ia menganga, keberadaan Maura tak di temukan. Hanya ada beberapa boneka stitch di tempat tidurnya.

"Hiks.. Hiks.."

Rassya sedikit terkesiap mendengar suara tangisan, bulu kuduknya berdiri. Matanya ia edarkan ke segala penjuru sudut, tapi tatapannya berhenti di salah satu tempat. Balkon.

Ia menyipitkan matanya, ternyata yang menangis itu adalah Maura. Bukan hantu. Ia bernafas lega, namun sedetik kemudian ia langsung panik dan menghampiri Maura.

"Mau, kok nangis?" tanya Rassya.
Maura menoleh ke arah Rassya dan langsung menghapus air matanya. Cowok itu mendekati Maura dan duduk di sebelahnya. Ia memandang lekat mata cewek itu, matanya tersirat kesakitan.

Sial. Cewek itu menyimpan luka.

Rassya merangkul cewek itu sambil tersenyum, tidak, bukan tersenyum biasa. Tetapi memberikan senyuman kepada Maura agar cewek itu juga ikut tersenyum. Tidak terus-terusan menangis menyimpan luka. Sungguh, ini semua membuat cowok itu menjadi khawatir dengan Maura.

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang