Mimpi Buruk #4

828 110 27
                                    

Maura merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur empuk nan nyaman berwarna merah maroon kesukaannya itu yang kebetulan hotel yang ia tempati menyediakan warna custom. Jadi,  di hotel ini pelanggan dapat memilih warna kamar sesuai kesukaan. Contohnya Maura memilih warna merah maroon, di kamar hotelnya serba merah maroon.

Maroon. Warna istimewa baginya. Warna yang memberi kenangan terindah. Warna yang mewarnai kisahnya dengan Rio. Dan kini menjadi warna kelam.

Maura menatap lurus ke arah jendela kamar hotel yang di luarnya terlihat pantai Kuta, dia memang sengaja memilih hotel yang dekat pantai itu. Mata sendunya menyorot kepedihan, senyum dibibirnya melayu, rambutnya ia biarkan berantakan.

Ia ingin menyudahi semua ini, ia ingin melupakan kejadian ini. Ia harus merelakan Rio untuk selamanya, ia harus ikhlas.

Maura ingin memulai melupakan Rio, kenangan dan cintanya. Kini ia harus bangkit, tidak boleh terpuruk oleh cinta. Rio juga pasti akan sedih di sana jika yang sekarang notaben nya mantan kekasihnya itu terlalu terpuruk. Ia harus bangkit.

Kenyataan memang tak seindah ekspetasi. Kenyataan memang tak bisa semua kita ubah. Kenyataan terkadang terasa pahit seperti kopi tanpa gula. Namun itu harus Maura jalani di hidupnya, masa depannya masih panjang. Ia tidak boleh putus asa.

"Kalo emang gue harus lupain Rio, gue harus cari pengganti Rio biar cepet ngelupain perasaan gue ke Rio.." Ucapnya pelan pada dirinya sendiri.

"Cepet atau lambat gue harus nemuin dia. Gue bukannya gak setia sama Rio, tapi kita gak boleh stuck sama orang yang udah gak ada kan?" Tanyanya seolah - olah ada orang di sekitar.

Drrtt.
Ponsel Maura bergetar menandakan ada telepon masuk namun setelah ia lihat ternyata panggilan masuk dari Papanya langsung ia reject dan melempar asal ponselnya. Ia lagi tak mau diganggu oleh siapapun terutama orangtuanya.

Matanya yang mulai sayu mulai menutup dan dirinya menuju ke alam mimpi.

Suara langkah kaki terdengar jelas di telinga gadis itu tepat di belakang tubuhnya, ia tau siapa pemilik suara langkah kaki tersebut. Siapa lagi kalau bukan kekasihnya?

Lelaki itu menutup mata gadisnya itu dengan kain dan membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengannya. 

"Happy Anniversary 5 th sayangku, semoga semakin sayang dan kita berjodoh." Ucap laki - laki tampan itu.

Gadis itu membuka tutup matanya dan menangis haru. Tak terasa hubungannya sudah 5 tahun, itu merupakan waktu yang cukup lama.

"Makasih sayang, aku sangat sayang sama kamu, Rio." Kata Maura tersenyum bahagia lalu memeluk tubuh Rio.

Namun sosok Rio perlahan menghilang, pelukan Maura semakin kecil dan lama - lama tak bisa memeluk. Sosok Rio kini tlah menghilang, Maura berteriak memanggil kekasihnya itu.
Ia menjerit histeris, ia berteriak sejadi - jadinya.

"Rio kamu kemana? Jangan pergi, aku masih pengen peluk kamu. Aku sayang sama kamu Yo. Jangan tinggalin aku."

Seorang wanita tua di lorong hotel mendengar ada suara teriakan histeris dan menangis dan langsung mencari asal suara tersebut. Wanita tua itu langsung mengetuk pintu kamar itu namun tak di buka. Dengan terpaksa ia membuka pintu kamar itu yang ternyata tidak dikunci.

Wanita tua itu menemukan gadis yang sedang tidur namun menangis dan berteriak. Ia yakin pasti gadis itu sedang mimpi.

"Nak, bangun nak. Kamu bermimpi." Katanya sambil membangunkan Maura.

Maura bangkit dari tidurnya dengan keringat yang bercucuran dan air matanya yang masih keluar. Ia kaget dan bingung dengan yang baru saja ia alami.

"Kamu mimpi buruk?" Tanya wanita tua itu. Maura mengangguk.

"Ibu siapa?" Tanya Maura bingung.

"Saya pekerja di hotel ini, maaf saya lancang masuk kekamar kamu. Saya tadi mendengar kamu berteriak histeris dan saya takut terjadi sesuatu. Maka itu saya masuk kesini." Ucap Wanita tua itu menjelaskan.

Maura memeluk wanita tua itu karena ia tak tau harus memeluk siapa. Ia sangat berterimakasih karena telah dibangunkan dari mimpi buruknya, setidaknya ia tidak terlalu larut dalam mimpi buruk itu.

"Makasi Bu udah bangunin saya, saya gak tau lagi harus gimana kalo gak di bangunkan." Kata Maura tersenyum.

Wanita tua itu ikut tersenyum lalu mengelus rambut halus Maura. Maura merasa nyaman diperlakukan seperti itu, seperti diperlakukan oleh Mamanya sendiri.

"Kalau ada apa - apa, jangan sungkan untuk bercerita kepada saya. Rumah saya dibelakang hotel ini. Tapi saya tidak memaksa kalau kamu gak mau." Tawarnya kepada Maura.

Maura mengangguk, dipikirannya wanita itu sangat baik walau baru kenal. Dirinya juga tidak merasa takut saat di dekat dia. Maura percaya wanita tua itu orang baik.

"Makasih bu, kapan - kapan saya mampir." Kata Maura tersenyum ramah. Wanita tua itu mengangguk.

"Kalau boleh saya tau, nama Ibu siapa?" Tanya Maura.

"Saya Indah, kalau kamu nak?"

"Saya Maura, bu." Jawab Maura.

Ibu Indah mengangguk kemudian ia bangkit dari duduknya. "Saya permisi dulu ya, mau lanjutin pekerjaan."

Maura ikut bangkit dari tidurnya dan mengantarkan Ibu Indah sampai keluar dari kamarnya.

"Jangan lupa, pintu nya di kunci." Pesan Ibu Indah.

Maura tertawa kecil, dia sering kali ceroboh dan sudah berulang kali diingatkan agar berhati - hati namun tetap saja kecerobohannya belum hilang.
Ibu Indah berlalu pergi meninggalkan Maura sendiri dan Maura kembali masuk ke kamar lalu mengunci pintu kamar.

"Ibu itu baik juga ya, jadi pengen main ke rumahnya." Kata Maura.

"Akhh, jadi kangen Mama. Tapi gue gak boleh telpon Mama nanti malah ribet urusannya." Lanjutnya lagi kemudian ia kembali tidur. Tak lupa membaca doa agar tak bermimpi buruk lagi.

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang