Perpisahan yang paling menyakitkan #9

553 59 16
                                    

Hati ku sudah cukup tersakiti karena cinta, tapi kenapa orangtuaku menambahkan kesakitan hati ini juga?

- Maura

🐔🐔🐔

"Pilih Maura suruh pulang kembali ke Jakarta dan ikuti perjodohan ini atau kita cerai?"

Suara berat milik Farhan, Ayah Maura, memecah keheningan diantara perdebatannya itu dengan istrinya, Kirana, Ibu Maura. Farhan meminta Kirana untuk membujuk anaknya agar kembali pulang ke rumah dan ia juga telah menyiapkan acara perjodohan antara Maura dengan anak dari rekan bisnisnya. Sudah lama Farhan mengidamkan hal itu, ketika ia mendengar Rio mati luar biasa bukan main bahagianya seorang Farhan.

Ia jadi leluasa memantau anaknya dan terbebas dari lelaki itu, tak perlu susah payah mencari keberadaan Maura jika dulu sedang bersama Rio pasti selalu saja diam - diam tak memberitahu keberadaannya. Namun ekspetasinya hancur setelah tersusun rapih dipikirannya, nyatanya setelah kepergian sang mantan kekasih anaknya malah pergi jauh dari Jakarta dan menghilang selama beberapa bulan.

Membuat Farhan dan Kirana pusing tujuh keliling dibuat hilangnya Maura tanpa kabar, padahal Farhan sudah mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari putrinya itu namun nihil. Hingga suatu ketika putrinya menelpon Kirana dan membuatnya sedikit lega telah mengetahui keberadaan putrinya kini.

Farhan ingin perjodohan antara anaknya dan anak dari rekan bisnisnya itu segera dilangsungkan, selain karena usia Maura telah mencukupi dan agar putrinya itu tak lagi salah pilih pasangan, menurutnya.

Disisi lain, Kirana sang Ibu tak menyetujui rencana suaminya itu, menurutnya Maura pasti bisa menemukan sesosok pendamping untuk dirinya dan pasti pilihan terbaik untuk dirinya sendiri. Tak perlu di jodoh - jodohkan, karena ini sudah jaman modern dan hati bebas memilih tanpa paksaan. Kirana juga seorang wanita.

"Tapi pa, papa harusnya mengerti perasaan anaknya pa. Jangan malah memaksa Maura bahkan papa tega mau ceraikan mama?" Ucap Kirana menangis saat Farhan melontarkan kata cerai. Baginya itu sangat menyakitkan.

Kirana mengetik sebuah pesan untuk anaknya, kini ia benar - benar butuh sosok Maura agar bisa menenangkan dirinya. Ia sudah tidak tahan dengan sikap suaminya yang kini telah berubah menjadi otoriter.

Farhan bukanlah lagi sosok lelaki yang ia kenal, ia telah berubah. Sosok lembutnya telah hilang ditelan waktu. Kirana tersenyum getir.

"Arghh!" Teriak Farhan sambil membanting gelas yang ada di meja makan membuat Kirana benar - benar tekanan batin.

Kemudian Farhan berlalu meninggalkan Kirana sendiri dirumah, ia menyalakan mobilnya dan pergi meninggalkan rumah itu tanpa tujuan yang jelas.

*

From : Mama

Sayang cepat pulang kerumah, mama kangen banget. Papa marah - marah karena kamu gak pulang - pulang ke Jakarta. Mama mohon, nak.

Maura melotot kaget setelah melihat isi pesan dari ibunya, jantungnya berpacu lebih cepat. Ia paling takut jika Ayahnya sedang marah, apalagi Ibunya kini sendiri di Jakarta. Pikiran Maura kalang kabut, hatinya bimbang antara ingin kembali ke Jakarta atau menetap di Bali.

Disatu sisi, ibunya sangat membutuhkan dirinya namun disisi lain hatinya masih penuh luka akibat tragedi di Jakarta.

Maura mengacak rambutnya frustasi dan menjedotkan kepalanya ke lemari kontrakan barunya, ia benar - benar bingung dengan keadaan saat ini. Ia berpikir kenapa Ayahnya selalu saja marah dan tidak bisa mengontrol diri. Ia tau jika sang ayah sedang marah, pasti keadaan menjadi sangat mencekam bahkan barang ada saja yang pecah.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk,"

Klek.

"Lo kenapa, Ra?" Tanya laki - laki yang bagi Maura menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Rassya?

Maura bimbang antara ingin menceritakan semua isi pikirannya atau berpura - pura baik - baik saja. Namun pasti Rassya tidak akan percaya melihat keadaan dirinya saat ini berantakan.

Maura memeluk Rassya, seluruh air matanya ia tumpahkan. Rassya bingung mengapa tiba - tiba cewek yang ada didepannya ini seperti ini, tidak seperti biasanya yang bawel, judes dan ngeselin.

"Sya, gue disuruh Mama gue buat pulang ke Jakarta. Tapi hati gue belum siap untuk kembali pulang. Gue harus apa?" Tanya Maura.

"Hati lo belum siap untuk kembali? Maksudnya?" Tanya balik Rassya.

"Ya semenjak insiden pacar gue meninggal dan papa gue bener - bener misahin gue sama Rio. Gue kabur ke Bali buat nenangin diri gue." Jawab Maura.

"Terus Mama lo nyuruh pulang?" Tanya Rassya yang masih tidak paham.

Maura melepaskan dirinya dari pelukannya dengan Rassya lalu menjitak kepala Rassya sedikit keras, ia kesal karena cowok itu yang masih tidak paham alias tulalit. Dan Rassya memanyunkan bibirnya akibat dijitak Maura.

"Hih, jadi gue harus gimana?" Tanya Maura to the point.

"Pulanglah, mama lo udah nyuruh pulang. Turutin kata orangtua, mumpung orangtua masih ada!" Ucap Rassya sarkastik membuat Maura melotot mendengar jawaban Rassya.

"Oke! Thanks." Jawab Maura lalu mencubit pipi Rassya.

Rassya mengangguk dan menaikan kedua alisnya kemudian ia bangkit dari duduknya dilantai dan ia pindah duduk di tempat tidur Maura. Cewek itu mengambil koper disebelah almari dan mengambil semua baju - baju yang akan dibawa pulang.

Rassya melongok saat melihat pakaian Maura yang baginya aneh, Maura terkekeh melihat wajah Rassya seperti ' orang pea '.Cowok itu langsung tersadar dan mengubah wajahnya menjadi ' cool '. Maura menggeleng dan menahan tawa.

"Mau pulang kapan?" Tanya Rassya kepo.

"Sekarang."

"What?" Tanya Rassya kaget dan hampir saja terjungkal kebelakang. Maura yang melihat kelakuan cowok itu tertawa geli hingga perutnya terasa sakit. Sementara yang ditertawakan memanyunkan bibirnya.

"Nanti gue bawain oleh - oleh dari Bali buat mama lo, karena lo udah baik sama Ibu gue." Kata Rassya dan Maura mengangguk.

*

Ting nong.. Ting nong..

Klek.

"Kok tumben gak dikunci, sepi pula." Kata Maura dalam hati saat setibanya pulang ke rumah.

"Mulai detik ini, kalo Maura gak mau pulang dan gak terima perjodohan, kita cerai!" Teriak Farhan membuat Maura diam di tempat setelah kaget mendengar ucapan Ayahnya.

Terlihat Kirana sedang menangis sendu, raut wajahnya tampak menyimpan kesakitan. Hati Maura tergores, ia benar - benar tak habis pikir Ayahnya kini semakin jahat.

Prang..

"PAPA JAHAT!!" teriak Maura lalu pergi berlari meninggalkan orangtuanya. Kirana yang menoleh kearah Maura langsung bangkit dan mengejar anaknya begitu juga Farhan.

Maura berlari kencang tanpa tujuan yang jelas, tak memperhatikan jalan maupun kendaraan hingga akhirnya ia terpental tertabrak truk.

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang