Hubungan Maura-Rassya #24

406 19 3
                                    

Kebahagiaan itu ada disekitar kita, bersama orang yang disayang. Jangan sampai kamu tidak menyadarinya.

😁😁

"Sejak kapan lo suka sama gue?"

Sebuah pertanyaan meluncur bebas dari mulut Rassya membuat Maura yang awalnya yang sedang menikmati pemandangan pantai Kuta sambil memakan es krim vanila menjadi tersedak. Buru-buru Rassya mengeluarkan tissue dari sakunya dan ia berikan kepada Maura. Namun Maura menjadi salah tingkah dan menjadi tidak mengerti harus ia gunakan untuk apa tissue yang diberikan Rassya.

Rassya terkekeh, kemudian ia mengambil kembali tissue yang telah ia berikan kepada Maura dan ia gunakan untuk mengelap es krim yang belepotan di sekitar mulut Maura. Cewek itu tersipu malu.

"Pelan-pelan." pesan Rassya dan Maura mengangguk.

Kemudian Maura melanjutkan makan es krimnya namun kali ini lebih pelan, jantungnya masih berdegup kencang sedari tadi, gugup mulai melandanya. Rassya semakin memperhatikan Maura dengan dalam, membuat cewek itu ingin sekali rasanya berteriak dan memarahi cowok itu.

"Kenapa?" tanya Maura sebal. Namun Rassya hanya menggeleng.

"Jawab pertanyaan gue, sejak kapan lo suka sama gue?" tanya balik Rassya. Maura kini geram, ingin sekali mencabik-cabik cowok itu. Bagaimana tidak, itu merupakan pertanyaan yang sulit dijawab oleh Maura dan jika ia mengatakan sejujurnya, pastilah akan membuat Rassya menjadi geer dan membuat malu dirinya.

"Heh, diam aja."

"Apa sih?"

"Sejak kapan lo suka sama gue?"

"Sejak negara api menyerang!" ketus Maura. Namun Rassya malah tertawa geli mendengar jawaban Maura, cewek itu hanya mendengus sebal melihat kelakuan cowok itu.

"Udah lama dong? Ciye!"

Rasa kesalnya terhadap Rassya sudah tak terbendung lagi, dengan penuh kekesalan, ia mencubit lengan cowok itu dengan keras membuat cowok itu meringis kesakitan. Ia tidak peduli. Yang terpenting rasa kesalnya kepada Rassya bisa terlampiaskan.

"Cantik-cantik galak!" seru Rassya.

"Bodo!" jawab Maura tak mau kalah.

Ringisan Rassya kini telah berubah menjadi senyuman, tangannya yang tadi dicubit Maura ia gunakan untuk merangkul cewek itu dan membawanya dalam dekap. Maura sedikit terkejut dengan perlakuan Rassya namun ia menerimanya, kepalanya ia sandarkan di bahu kekar cowok itu.

"Jadi sejak kapan lo suka sama gue?"
Maura memutar bola matanya malas, sudah ke-empat kalinya cowok itu melontarkan pertanyaan itu. Ia bimbang ingin menjawab atau tidak, jika menjawab pasti cowok itu akan kepedean, jika tidak, cowok itu akan menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang kali. Maura berdecak kesal.

"Maunya?" tanya Maura.

"Hm, sejak lama sih." jawab Rassya.

"Kapan?"

"Sebelum negara api menyerang," Rassya menjawab dengan jawaban yang sama dilontarkan Maura.
Kepala cewek itu kemudian bangkit dari sandaran bahu Rassya, ia menjewil hidung cowok itu dengan gemas. "Ngapain ngikutin jawaban gue?"

"Biar dibilang kita pasangan serasi."

"Kok gitu?

"Iya, kan jawaban kita sama!"

Mendengar jawaban Rassya, Maura langsung tertawa terpingkal-pingkal, tidak peduli disekitarnya banyak orang yang memperhatikan dirinya. Cowok itu juga ikut bingung dengan cewek disebelahnya itu, menurutnya tak ada jawaban yang lucu. Tapi mengapa Maura tertawa?

"Gue juga gak tau suka sama lo dari kapan, pas lo menghilang gue baru merasa gue suka sama lo,"

"Gak salah kan kalo gue baru sadar kalo gue suka sama lo? Gak salah kan kalo cinta datang terlambat?" tanya Maura kepada Rassya. Rassya tersenyum bahagia dan mengangguk sebagai tanda setuju dengan pertanyaan Maura. Kemudian Rassya kembali membawa tubuh cewek itu dalam dekap hangatnya dengan penuh kasih cinta.

"Lo tau Mau?"

"Tau apa?"

"Bulan butuh bintang yang paling bersinar untuk menyinari malam."

Maura tidak mengerti dengan maksud Rassya, dahinya mengerut bingung. Rassya tersenyum, ia paham cewek itu pasti tidak mengerti dengan ucapannya.

"Ya, bulan juga butuh bintang buat sinari malam, tapi butuhnya bintang yang paling bersinar. Sama seperti gue, gue butuh cewek kayak elo buat jalani kehidupan." jelas Rassya, membuat Maura terkagum dengan ucapannya.

Maura berharap dengan yang diucapkan cowok itu benar adanya, bukan cuma kata-kata belaka atau hanya rayuan semata. Karena perempuan lebih suka bukti daripada janji. Karena perempuan lebih suka lelaki serius daripada bercanda. Dan karena perempuan butuh kebenaran daripada ucapan.

***

"Jadi bener ini pacar kamu, Maura?" tanya Kirana.

Kini Maura dan Rassya berada di Jakarta, tepatnya dirumah Maura. Mereka sengaja datang ke Jakarta untuk memberitahu kabar bahwa mereka berdua telah resmi menjadi sepasang kekasih dan rencananya Rassya ingin melamar Maura. Kirana tersenyum bahagia karena kini anaknya sudah menemukan pengganti Rio, sudah tidak murung lagi. Dan lebih bahagianya lagi, Kirana tau Rassya adalah anak yang baik dan ia menyetujuinya.

Kirana memang selalu setuju jika Maura memiliki pacar siapapun itu asal dia cowok baik-baik. Berbeda dengan Farhan, ia terkadang tidak menyetujuinya. Maura terkadang menjadi sebal dengan Papanya karena hal itu. Tidak semuanya harus sesuai dengan porsi kita, kan? Jadi Maura juga punya hak untuk memilih pasangan siapapun dia, kan?

Ia berharap kali ini Papanya menyetujui hubungannya dengan Rassya, setelah kejadian Rio ia tak mau terulang lagi. Sudah cukup sekali itu saja, jangan ada lagi. Ia juga ingin Rassya untuk menjadi yang terakhir.

"Iya, Ma."

"Mama sih setuju aja, dari dulu juga mama gak pernah larang kamu mau pacaran sama siapa juga, ya kan?"

Maura mengangguk, membenarkan ucapan Kirana.

"Gimana sama Papa?" tanya Maura ragu.

"Yah, semoga aja dia menyetujui hubungan kalian. Lagipula mama juga udah tau bibit bobot bebet nya Rassya, kan? Nanti mama bantu meyakinkan Papamu itu, Nak."

Maura tersenyum lebar, matanya berbinar, sepersekian detik ia langsung memghambur ke pelukan Mamanya. Ia sangat berterimakasih kepada Kirana yang selalu mengerti dirinya. Ibu yang luar biasa bagi Maura.

"Makasih Ma. Aku sayang banget sama Mama."

"Iya, makasih tante Kirana." kata Rassya yang juga ikut senang.

"Sama-sama. Mama harap kalian benar-benar serius ya. Jaga anak saya satu-satunya ya Sya, dia memang manja, suka pemarah, tapi hatinya gampang rapuh." pesan Kirana kepada Maura dan Rassya. Rassya mengangguk dan akan menyanggupi pesan Kirana. Karena ia telah berjanji kepada dirinya akan menjaga wanita cantik disebelahnya itu, yang ia cintai.

"Oh iya, jadi kapan kalian akan melangsungkan pernikahan kalian?" tanya Kirana di sela-sela kebahagiaan mereka.

Maura melotot kaget dengan pertanyaan Mamanya dan wajahnya menjadi memerah seperti tomat, berbeda dengan Rassya dengan santainya ia tersenyum menanggapi pertanyaan Kirana.

"Secepatnya tante, kalo Maura mau besok, saya bisa!" seru Rassya membuat Maura jengkel setengah mati, kemudian cewek itu mencubit lengan cowok itu demi menutupi rasa malunya. Sedangkan Kirana tertawa melihat tingkah pasangan muda dihadapannya.

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang