Kekecewaan #11

509 45 10
                                    

Disaat aku benar percaya sama kamu, kenapa kamu merusak kepercayaan itu?

--Fani.

&&&

"Karena keegoisan bisa menghancurkan segalanya."
--Maura.

🌛🌛🌛

"Adit.. Adit.."

Adit yang merasa terpanggil menoleh ke asal suara tersebut, ternyata Maura yang memanggilnya. Namun anehnya, mata gadis itu masih tertutup. Adit bangkit dari kursi menghampiri gadis itu.
Cowok itu mengenggam tangan Maura dan Maura pun membalasnya. Dirinya sedikit terkejut, mengapa orang yang belum siuman bisa melakukan itu.

"Adit.."
Mata Maura perlahan membuka, akhirnya setelah seminggu koma ia siuman. Ia menoleh ke arah cowok yang ia panggil. Adit bingung harus melakukan apa, tapi ia tak boleh menjauh dan melepaskan genggaman dengan gadis itu. Maura tersenyum lemah.

"Kamu.. udah sadar?" Tanya Adit.
Maura mengangguk. Lalu ia melihat keadaan sekitar diruangan dimana ia dirawat. Matanya menangkap dua manusia yang masih tidur terlelap di sofa rumah sakit itu,yaitu Fani dan Rassya. Kemudian ia kembali menatap Adit.

"Kamu sama mereka ke sini? Untuk apa?" Tanya Maura. Ia membenarkan posisi tidurnya menjadi sedikit duduk yang dibantu oleh Adit.

"Iya, kami kesini untuk lihat keadaan kamu. Perasaan kami gak enak, ganjal." Jawab Adit. Maura mengangguk dan tersenyum lagi.

Fani yang mendengar ada orang berbicara mulai membuka matanya, ia melihat pemandangan dimana Adit bertatapan mesra dengan Maura. Hatinya tergores, ternyata Adit dibelakangnya diam - diam mengkhianati dirinya. Ia merasa kecewa.

Cewek itu bangkit dari duduk tidurnya dan meninggalkan ruangan itu,  membuat Adit dan Maura bingung.

Fani berlari ke toilet untuk melepas semua air matanya. Selain karena sepi, disini ia merasa bisa bebas menumpahkan semua air matanya dan kekecewaannya kepada Adit. Ia tidak menyangka, kekasihnya itu yang sudah ia percayai tapi malah mengkhianatinya.

Cewek mana sih yang gak sedih, lihat pacarnya tatap - tatapan mesra sama cewek lain?

Fani bersender di tembok toilet dan kini seperti orang frustasi. Rambutnya ia acak - acak menjadi berantakan.

"Aku kira Maura baik, tapi nyatanya nusuk dari belakang!"

Klek.

"Fani, kamu kenapa kok nangis?" Tanya Adit yang ternyata ia menyusul kekasihnya itu. Cewek itu langsung menghapus air matanya lalu menggeleng.

Adit membantu kekasihnya itu untuk berdiri namun Fani menepisnya. Adit menahan tubuh Fani dan ia senderkan di tembok toilet. Wajah Adit mulai mendekati wajah kekasihnya itu yang hanya berjarak 3cm. Adit menatap dalam mata Fani, ia melihat ada luka dimata kekasihnya itu.

Namun dengan cepat Fani mendorong tubuh Adit dan meninggalkannya di toilet dan kembali menuju ruangan dimana Maura di rawat. Ia mengambil semua barang - barangnya dan pergi tanpa pamit dengan Maura dan juga Rassya yang baru bangun itu.

Adit menyusul Fani kembali ke kamar, namun Fani menghindarinya. Air matanya kembali terjun bebas di pipi mulusnya itu, tangan Adit terulur untuk menghapus air mata Fani dan segera di tepis oleh cewek itu.

"Aku kecewa sama kamu, Adit!" Teriak Fani.
Kemudian Fani berlari pergi meninggalkan Adit.Banyak sepasang mata yang melihati mereka, biarlah orang berbicara apa. Ia tak perduli. Hatinya sudah terlanjur sakit karena kekasihnya.

MauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang