Chapter 3

2.1K 145 2
                                    

"Lihat, teme, aku pasti bisa mengalahkanmu!" seru seorang pemuda dengan cengiran khasnya.

"Hn, buktikan saja kalau kau bisa, dobe," balas seorang pemuda si pemilik kamar.

Mereka kini tengah berada di kediaman Uchiha, tepatnya di dalam kamar milik pemuda bersurai dark blue dengan mata onyxnya. Seragam dan rambut mereka sudah berantakan. Tas sekolah mereka pun entah kemana. Tiba-tiba muncul seorang pemuda lagi yang tampak lebih tua dari mereka di depan pintu kamar yang terbuka. Pemuda itu tersenyum kecil. "Kalian benar-benar tidak berubah, eh? Masih saja main game seperti anak kecil."

Naruto menoleh sebentar kemudian fokus kembali dengan apa yang ia lakukan. "Tentu saja, ttebayo. Ini sangat menyenangkan, apalagi kalau aku bisa mengalahkan si teme ini!"

"Hm, mungkin lain kali akan ku lakukan bersama teman bayiku."

"Bayi?"

Suara tawa lirih terdengar, "Begitulah, teman baruku di kampus mempunyai wajah seperti bayi."

Mulut Naruto membentuk huruf O. Meski begitu ia tetap fokus ke depan dan tidak membiarkan dirinya lengah sedikitpun.

"Ngomong-ngomong dimana Hinata? Tumben dia tak ikut bersama kalian?"

"Dia dijemput Neji-nii tadi. Lagipula ini urusan laki-laki, ttebayo!"

"Oh, pantas tadi Neji buru-buru pulang."

Pemuda yang sedari tadi diam pun menolehkan wajahnya menatap tajam ke arah sosok yang berdiri itu. "Berisik, Itachi-nii!"

Sosok itu tak kaget mendapati tatapan tajam dari adiknya. Dia sudah terbiasa dengan hal itu. "Wow, santai, otouto!" Dia menunjukkan wajah jenaka pada adiknya. Tapi sang adik tak menghiraukannya.

"Kau kesini bukan tanpa alasan, kan?"

Sosok yang dipanggil Itachi pun menghela napas. "Sasuke.."

Suasana hening sesaat, hanya terdengar suara game yang mereka mainkan. Bahkan Naruto pun tak mengeluarkan suaranya dan memilih untuk diam.

"Jangan memaksakan diri. Kau tahu, aku tidak bisa meli--"

Brak! Sasuke berdiri seketika dan mengambil kacamata yang ia taruh sebelumnya di meja. "Kau yang menang, Naruto." Setelah itu, ia berlalu begitu saja meninggalkan kamar.

Naruto terkejut, sedangkan Itachi hanya bisa menghela napasnya sekali lagi.

***

"Malam ini akan kubuatkan sup favorit nii-chan agar ia tak marah lagi padaku," ucap Sakura yang baru saja keluar dari supermarket. Ia merasa bersalah karena tadi telah membuat kakaknya menunggu lama. Meski sang kakak itu sangat usil, bagaimanapun juga kakaknya tetaplah kakak tercintanya. Yang selalu melindungi dan ada untuk dirinya. Karena itu, biarlah sekali ini saja ia menjadi adik yang berbakti pada kakaknya.

Sedang asyik berjalan, tak sengaja iris emeraldnya menangkap seorang pemuda yang memakai seragam sekolah yang sama dengan miliknya tengah berjalan gontai sambil sesekali menendang kerikil. Dahi lebarnya mengkerut, "Apa yang sedang ia lakukan, huh?" gumamnya lirih. Karena penasaran, ia pun melangkah diam-diam mengikuti pemuda itu. Sesaat ia lupa dengan tujuan awalnya.

Merasa ada yang mengikuti, sang pemuda pun berhenti dan membalikkan badannya. Ia melihat seorang gadis bersurai merah muda tengah berjalan di belakangnya sambil menenteng kantong belanjaan. Sebelah alisnya pun terangkat.

"Eh!" Sakura terlonjak karena aksinya diketahui oleh sang pemuda. Ini sih namanya terang-terangan mengikutinya, batin Sakura. Ia pun tersenyum kikuk dan menundukkan kepalanya karena merasa terintimidasi oleh tatapan tajam di depannya.

My Secret Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang