Chapter 1

3.5K 200 3
                                    

Pagi yang cerah. Tampak di salah satu kamar di kediaman Haruno, Sakura sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah barunya.

"Yosh! Aku harus memulai hari baru ku dengan baik!" ucapnya menyemangati diri sendiri. Baru saja ia akan turun ke ruang makan, ia harus dikagetkan kehadiran Sasori yang entah sejak kapan sudah berdiri bersandar di depan pintu kamarnya yang terbuka.

"Semangat sekali eh, imouto? Padahal aku ingat siapa kemarin yang memasang wajah sedih karena harus meninggalkan sekolah tercinta," ejek Sasori sambil tersenyum miring.

"Onii-chan! Jangan mengejekku! Apa salahnya jika aku bersemangat? Dan juga, jangan masuk ke kamarku seenaknya!"

"Hm, kau memang tidak salah. Hanya saja mood-mu gampang sekali berubah-ubah. Dan lagi, aku tidak masuk ke kamarmu asal kau tahu. Aku hanya berdiri di depan pintu kamarmu. Lihat?"

Sakura mengepalkan tangannya, kesal. Rasanya darah di dalam tubuhnya mendidih mendengar perkataan dari Sasori.

"Kau--"

"Huwah! Kaa-san! Tolong akuu!" Sasori segera berlari turun sebelum Sakura menghabisi dirinya. Ya, dia harus meminta perlindungan ayah dan ibunya.

"Onii-chan! Jangan kabur kau!"

***

"Fyuh~ Akhirnya sampai juga."

Sakura menghela napas lega saat tahu ia tidak terlambat di hari pertamanya masuk di sekolah barunya. Ya, ini semua gara-gara Sasori. Kakak satu-satunya itu benar-benar usil kepadanya. Kakak yang menyebalkan yang sialnya tampan.

Dan sekarang, Sakura tengah mengelilingi koridor sekolah untuk menemukan letak ruang kepala sekolah. Bukannya tidak mau bertanya, hanya saja ia tiba-tiba gugup, menyadari murid-murid tengah memperhatikannya. Apalagi sekolah ini sekolah favorit dan terkenal. Pasti di dalamnya hanya ada murid-murid kalangan atas dan famous. Tetapi bukankah ia juga sederajat dengan mereka? Lalu kenapa harus gugup? Ah, mungkin karena ia murid pindahan.

Karena sibuk mencari dan sesekali menunduk, Sakura pun tidak memperhatikan bahwa di depannya ada--

Bruk!

"Aw, ittai.." ringis Sakura setelah merasakan bokongnya menyentuh lantai. Sepertinya ia telah menabrak sesuatu yang keras sehingga ia bisa terjatuh seperti ini. "Akh, kenapa pagiku sial sekali?" gumamnya lirih.

"Hei, kau tak apa?"

Suara baritone membuatnya mendongak. Sakura melihat ada sebuah uluran tangan ke arahnya. Deg! Ia terpaku. Ta-tampannya, puji Sakura dalam hati-tanpa sadar-.

"Halo? Hei? Nona?"

Pemuda di depannya melambai-lambaikan tangan tepat di depan wajahnya membuat Sakura harus mengerjapkan matanya beberapa kali. "Ah, i-iya aku tak apa," jawab Sakura gugup sambil menerima uluran tangan dari sang pemuda.

"Sepertinya aku baru pertama kali melihatmu. Apa kau murid baru?"

"Y-ya.." Sakura menundukkan wajahnya, tak berani bertatap muka dengan sang pemuda.

Pemuda itu tersenyum lima jari, "Souka, selamat datang di sekolah ini, ttebayo."

Mendengar itu, Sakura menaikkan sedikit pandangannya. Dan lagi-lagi ia terpaku. Kali ini karena senyuman pemuda itu. Seperti cahaya matahari yang bersinar dengan dilengkapi sepasang blue sapphire yang cerah.

"Eh, Nona? Kau tak apa? Kau melamun lagi."

"Ah, gomen, err--"

"Naruto. Namaku Naruto."

"Ba-baiklah, Naruto. Maaf."

"Tak apa. Ngomong-ngomong kau sudah tahu dimana ruang kelasmu?"

Sakura menggeleng pelan, "Aku baru saja sedang mencari letak ruang kepala sekolah."

"Ohh, ruang kepala sekolah ada di koridor sebelah sana. Seharusnya kau berbelok tadi."

Sakura mengikuti arah yang ditunjuk Naruto. Sesaat kemudian, ia mengangguk paham.

"Baiklah, aku pergi dulu ya. Maaf tidak bisa mengantarmu."

Sakura tersenyum manis, "Tidak apa, Naruto. Sekali lagi gomen sudah menabrakmu, dan arigatou sudah memberitahuku letak ruang kepala sekolahnya."

Naruto terdiam sebelum mengusap tengkuknya yang tak gatal. "Ah, itu tidak masalah. Oh ya, siapa na--"

"Naruto-kun!" Seorang gadis bersurai indigo panjang tiba-tiba berlari ke arah mereka.

"Hinata-chan? Kenapa kau berlari-lari seperti itu, ttebayo?"

Hinata mengatur napasnya sejenak, baru kemudian ia menatap tajam Naruto. Yang ditatap langsung merinding. "E-eh? Ada ap--?"

"Kau membuatku dan Sasuke-kun menunggu, asal kau tahu!"

"Eh, aku--"

Hinata segera menarik tangan Naruto begitu saja. "Kau ini selalu saja!"

"Tu-tunggu dulu, ttebayo!" Naruto menoleh ke arah Sakura dan menunjukkan cengirannya, "Etto, sampai jumpa lagi, Nona!" Ia lalu menghilang di ujung koridor.

Sejenak, Sakura termenung mencerna seluruh kejadian barusan, hingga seukir senyuman pun terbit di wajah cantiknya.

"Ya, sampai jumpa lagi, Naruto."

***

Bel masuk berbunyi. Murid-murid mulai masuk ke dalam kelasnya masing-masing menyambut guru yang datang. Tidak berbeda dengan kelas XI-3. Hingga pintu digeser menandakan yang disambut telah datang. Seorang guru dengan rambut peraknya yang berlawanan gravitasi, dan jangan lupakan tentang masker yang selalu ia pakai.

"Ohayou, Minna!"

Seluruh murid terbengong sesaat, "O-ohayou, Kakashi-sensei!"

Kakashi-sang wali kelas- tersenyum paham dengan apa yang tengah dipertanyakan dalam benak murid-muridnya.

"Sensei, tumben kau tidak terlambat masuk kelas?"
Nah itu pertanyannya. Celetukan pemberani dari seorang murid dengan tanda segitiga merah di kedua pipinya.

"Kiba, apa kau mau kuturunkan nilaimu, hm?" tanya Kakashi memperlebar senyumannya di balik masker.

Kiba gelagapan, "E-eh, tidak, aku tidak mau, sensei. Maafkan aku."

Seisi kelas sontak tertawa melihat wajah konyol Kiba. Namun, itu tak berlangsung lama karena suara Kakasih yang menginterupsi membuat mereka terkejut dan penasaran.

"Sudah, sudah, sekarang kalian diam. Hari ini kita kedatangan murid baru. Kau boleh masuk," ucap Kakashi memerintah sosok yang diluar untuk masuk. "Nah, perkenalkan siapa dirimu."

"Ha'i, perkenalkan namaku Haruno Sakura. Aku pindahan dari Suna. Mohon bantuannya," Sakura membungkukkan badannya sebentar lalu tersenyum mengamati wajah-wajah yang akan menjadi teman sekelasnya. Senyumnya semakin lebar saat melihat ada sosok yang ia kenal, sosok yang baru saja ia temui tadi di koridor.

Seisi kelas dibuat terpana melihat senyuman Sakura. Cowok-cowok merona sedangkan cewek-cewek ada yang kagum dan ada yang menatap tak suka.

Tak terkecuali sepasang mata onyx yang menatapnya dari balik kacamata yang dipakainya.

***

TBC

My Secret Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang