Dua Puluh Dua: Gurat

508 66 11
                                    

This work get my attention for now by sacrificing other writing~

-------------------------------------------------------

Pria itu merapatkan tubuhnya pada tubuh Vio. Lengannya melingkar di pinggang gadis itu sambil terus-terusan menghirup aroma di tengkuk Vio setelah menyingkirkan rambutnya ke samping. Bibir menjijikkan Scott mengisap pelipis serta pipinya. Hampir saja dia mendaratkan bibir itu ke bibir Vio, namun di saat yang sama gadis itu menempelkan telunjuknya ke sana. Supaya mereka tidak curiga, Vio hanya mengerling penuh makna—sesuatu yang makin membuat hasrat Scott menggebu.

Vio tidak perlu menoleh ke belakang untuk tahu jika anak buah Scott juga menyertai mereka. Dari derap langkahnya saja Vio paham dirinya telah menyodorkan diri ke kolam penuh buaya. Beberapa tamu lain melemparkan pandangan kasihan, terlebih para pelayan tempat bordil itu sendiri. Vio boleh jadi terlihat seperti seorang ratu dengan diikuti belasan orang. Tapi tidak berapa lama lagi, Scott akan mengubah perannya sekejap menjadi budak.

Sesampainya di salah satu pintu kamar, Vio yang lebih dulu diberi kunci sebelum naik ke panggung, melepaskan diri dari Scott untuk membukanya. Baiklah, tidak sepenuhnya lepas. Tangan pria itu mengusap punggungnya hingga meremas pantat Vio. Dia menyeringai dan Vio bisa merasakan tatapan penuh nafsu itu, juga berpasang-pasang mata lain di belakang mereka.

Sekujur tubuh Vio kini meremang. Desisannya samar, menahan gelenyar yang geli saat bajingan itu mulai menyentuhnya lebih jauh. Melewati ambang pintu, Scott yang tidak sabar langsung menerkam bibir gadis itu. Vio lagi-lagi menghentikannya dan Scott menggeram.

"Bukankah kau suka bermain kasar?" tantang Vio dengan telunjuk yang mengunci bibir Scott. Dia telah mengunci pintu kamar itu sehingga guard bajingan itu tidak mudah meringsek. Tidak dalam waktu singkat karena Vio tengah mengulur waktu. "Kita jadikan ini sebagai hadiah saja.."

Scott terkekeh. Tawa liciknya makin membuat Vio muak. Dia tergolong tampan untuk seorang pria yang berumur empat puluhan tahun. Cambang kasar menghiasi hampir setengah dari wajahnya. Dia juga punya bekas luka yang kentara di pelipis. Memandang Scott sekarang, Vio tidak bisa mengendalikan benaknya yang mengingat ayahnya sendiri—Ernest Len.

Tiba-tiba saja pria itu menampar Vio. Bukan tamparan yang asal, bahkan Scott mendaratkan tangan penuh cincin itu dengan sekuat tenaga. Vio langsung ambruk ke samping. Saat tubuhnya luruh ke bawah, dahinya membentur laci. Gemetaran, gadis itu merunduk sambil memegangi keningnya yang memerah dalam waktu singkat.

"Sepertinya kau memang jalang baru di sini," kata Scott sambil membuka kemejanya, lalu beralih melepaskan sabuk celana. Berjongkok, dia menjambak rambut Vio hingga wajahnya dipaksa mendongak ke langit-langit. "Jangan sok-sokan memerintahku, sayang."

Masih dengan menjambak serta mencekik gadis itu, Scott menarik salah satu untaian tali belakang korset yang terbuka. Tidak mudah untuk menjadikannya setengah telanjang. Vio mengerang. Sambil menutup matanya rapat-rapat, Vio menahan bagian depan korsetnya supaya tidak jatuh. Sayangnya hal itu makin membuat Scott gelap mata.

Scott menamparnya berkali-kali. Memaksanya sujud—dengan dadanya yang menekan lantai yang dingin. Pria itu tidak menunggu waktu lagi menindihnya lalu memberikan hisapan serta gigitan yang menyakitkan di sekujur tubuh.

Bekas benturan di dahi Vio mulai mengeluarkan darah. Sorotnya kosong saat Scott menggerayanginya lebih jauh bahkan mulai merobek roknya.

Tahan.., batin Vio saat sebulir air matanya mampu menyeruak. Sebentar lagi.. sekarang atau tamat sudah semuanya.

***

Terlalu banyak, pikir Lean saat berada di siku tembok. Lorong tempatnya berada sekarang berbentuk pertigaan. Laki-laki itu menyembunyikan diri, sementara hanya berjarak dua meter darinya, para guard Scott masih berjaga. Mereka melontarkan guyonan-guyonan vulgar, membayangkan apa yang terjadi di dalam sana. Obrolan mereka makin seru saat mendengar bunyi-bunyi erangan tuan mereka, ataupun suara benda-benda keras yang beradu.

Amarella [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang