Koridor terlihat ramai kali ini, aku yang sedang berbincang dengan beberapa rekan satu angkatan ataupun menjawab sapa dari beberapa juniorku, ah sungguh rasanya cepat sekali ya? Dulu 3 tahun lalu aku yang menyapa senior dan sekarang aku yang disapa oleh seniorku.
"Zaid, boleh aku bertanya satu hal?" seorang perempuan berparas cantik bertanya kepadaku, membuyarkan lamunanku, tetapi setelah itu aku tersenyum, kemudian menjawab pertanyaannya.
"ya? kenapa?" aku menjawab sekedarnya, kembali focus kepada buku yang sedang aku genggam saat ini
"jika ada seorang perempuan menyukai laki laki, pendapatmu bagaimana?" tanya perempuan itu lagi, aku engangkat satu alisku, agak bingung dengan pertanyaannya tetapi tidak setelah itu.
"sebenarnya pertanyaan yang mana yang sedang kamu tanyakan? saya kurang paham" jawabku memperjelas pertanyaannya.
"Maksud ku seperti ini, jika perempuan itu mengungkapkan perasaannya dan mengejar cintanya, menurutmu bagaimana?" Aku memahami pertanyaan tersebut dan menjawab dengan pendapatku sendiri
"Jika diungkapkan tidak apa, tapi untuk mengejar saya kurang setuju, bukankah pada hakikatnya perempuan itu diperjuangkan? dia hanya perlu diam menunggu tanpa mengejarnya, tak harus berlari untuk mengejar sebuah cinta, tidak ada makanan yg menghampiri orang lapar, pasti orang lapar yang menghampiri makanan. Jika niatmu bertanya seperti itu untuk dirimu sendiri saya rasa jangan lakukan itu Aisyah, Kamu cantik, terlalu sayang jika harus berlari mengejar cintamu, cukup perbanyak do'a dan minta kepada-NYA bahwa kamu menginginkan seseorang itu" jawaban ku membuat Aisyah terdiam sejenak.
"jadi begitu ya?"
"Ya begitu menurut saya pribadi ais" aisyah menoleh kepadaku tetapi setelah itu dia berkata lagi
"tetapi jika laki laki itu menyukai perempuan lain bagaimana? mundur atau tetap lanjut?" aku tekekeh geli saat mendengarkan perkataan dari aisyah
"tikung aja disetiap sepertiga malam, curhat sama Allah In Syaa Allah kamu dapetin dia" aiysah mengangguk ketika mendengar jawaban dariku
"emang gak dosa ya zid?" sungguh aisyah membuat aku ingin tertawa, lucu sekali dia
"Enggak dong ais, kecuali kamu suka suami orang, baru dosa" dia mengangguk dengan sedikit tawa, tetapi setelah itu dia berbicara lagi
"kalau aku bilang aku menyukai kamu bagaimana Zid?" aku benar benar kaget, dan mendadak terdiam, tapi setelah itu aku mencerna pertanyaan Aisyah
"tidak perlu dijawab aku mau kamu yang mengejar aku Zid" aisyah pergi meninggalkan aku yang terdiam dikoridor ini.
Koridor ini menjadi sebuah saksi bahwa Aisyah mengungkapkan perasaannya kepadaku, tapi semua itu tidak bisa aku terima dengang baik, Siti Aisyah perempuan itu yang sudah aku anggap sebagai teman sekaligus adik mampu membuat aku benar benar bingung, pasalnya aku tak ingin melukai Aisyah, tetapi aku lebih tak ingin jika Annisa yang terluka karenanya.
Aku menghembuskan nafasku, memfokusku penglihatanku, memikirkan kembali perkataan aisyah, sungguh diluar dugaanku, memang selama ini adam sering mengatakan bahwa aisyah menyukaiku. Tetapi tetap aku hiraukan itu, karena memang begitu aku tidak pernah berfikir sekalipun untuk menyukai aisyah
Semua fikiranku buyar ketika terdengar suara panggilan telepon dari telpon genggamku saat ini,
"Waalaikumsalam Ummi" jawabku dari suara perempuan tercantik, aku menjawab telepon tersebut sambil berjalan menyusuri koridor Fakultasku
"Ya Insyaa Allah lusa nanti Zaid pulang"
".."
"Enggak Ummi, Zaid disini untuk mengejar cita citakan, bukan untuk mencari isteri"
".."
"Baru 21 tahun mi, masih muda"
".."
"Ya Ummi, Waalaikumsalam" akhir dari panggilan ku, panggilan dari Ummi juga menjadi sebuah Keberuntungan atau Disebut apa jika aku terlalu fokus terhadap ponselku sambil tak sengaja mengagetkan seseorang."Astagfirullah" akupun kaget, ketika mendengar suara seseorang tepat dihadapanku, pasalnya aku sedang sibuk memasukan posel kedalam saku tanpa memperhatikan pandanganku sebelumnya
Ketika aku menoleh, annisalah yang tepat berada dihadapanku dengan muka yang terkejut dan beberapa buku yang berserakan karena ulahku, tetapi tidak lama dari itu dia langsung menunduk, menjaga mata dari pandanganku. Akupun berucap kepadanya
"Maaf saya tidak focuk kejalan? kamu tidak apa apa Annisa?" tanyaku kepada annisa
"ya Ti- tidak apa apa" aku memperhatikan annisa yang hanya terdiam, merapihkan beberapa buku yang terlepas dari genggamannya, tidak ada kejadian mendrama bantu membantu merapihkan buku kemudian tak sengaja saling sentuh dan saling tatap menatap. Itu sudah basi bagiku, aku hanya mengambil beberapa bukunya, dan berdiri.
"ini" aku menyodorkan bukunya, dan diambil olehnya
"Trimakasih kak" katanya setelah menerima buku dari ku
"ya sama sama annisa, Annisa? kenapa selalu merah?" jawabanku dan dilanjutkan dengan pertanyaan kepada annisa
"hah?" jawaban annisa tampak bingung, aku tersenyum sekilas.
"Kamu cantik annisa, Selalu merah" jawaban ku benar benar membuat annisa tertunduk malu, aku pergi meninggalkan annisa yang benar benar terdiam dan malu, aku benar benar Mengungkapkan semuanya dengan terang terangan tapi tanpa kejelasan yang pasti.
Tetapi baru beberapa langkah, aku berbalik kemabali menghampiri Annisa, mengatakan kalimat yang lagi lagi membuat Annisa heran
"dan ya Annisa, jika nanti kamu bisa mencintai saya juga, saya berani yakin bahwa cinta kamu itu seperti nyala api, bisa menerangi jalan kehidupan saya. maka annisa cepatlah bisa mencintai saya, agar kemanapun saya pergi selalu terang karena kamu. tentu karena sekarangpun terang, dari merahnya pipi kamu, Assalamualaikum Annisa" kataku meninggalkan annisa lagi.
"Ah- ya, Waalaikumsalam" aku hanya mendengar jawaban itu darinya, tetapi aku tetap melanjutkan jalanku, tanpa memikirkan bagaimana annisa
Aku tersenyum jika mengingat kembali Wajah perempuan itu, Humairah - ku. Pasalnya aku mengaku kepada Ummi tentang Cita Cita, tapi disinipun aku sedang mengejar sebuah cinta. Cinta yang tentunya harus aku perjuangkan, Tapi aku kembali mengingat bagaimana bisa memperjuangkan Annisa tetapi Aisya menungguku untuk diperjuangkan?
Setiap hal yang aku fikirkan membuat Pemikiranku teralihkan terhadap Annisa ataupun Aisyah, jika kemarin aku menyatakan bahwa aku mencintai Annisa, maka aku ingin bertanya perasaan apa sebenarnya yang sedang aku rasakan terhadap Aisyah. aku tidak ingin aisyah pergi, tetapi tidak ingin juga berhenti mencintai Annisa. Ini semua benar benar membingungkan.
Tapi jika kalian ingin mengetahui mengapa bisa aku mencintai annisa sedalam ini, maka hanya satu hal yang bisa aku jawab, bahwa annisa adalah perempuan yang mempunyai nama sesuai dengan akhlak dan prilakunya, itu nyata dan aku sendiri yang merasakan hal itu.
Dulu sekali ketika aku masih berada dibangku sma ada guru yang memberi tahu bahwa cinta pasti berakhir dengan luka. Bahwa cinta akan berakhir pada rasa yang salah. Aku tidak menyalahkan dan membenarkan tentang itu. Semuanya aku kembalikan kepada seseorang yang mengartikan cinta seperti apa. Yang aku tau hanya satu hal. Bahwa cinta menimbulkan 2 rasa sekaligus, Terluka untuk bahagia, atau bahagia untuk menutupi sebuah Luka.
"Bolehkah aku mencintaimu? Bolehkah aku menyebut namamu disetiap sepertiga malamku? Izinkan aku Bercerita tentangmu dihadapan Rabbku ya? Aku ingin kamu menjadi alasan lelahku hilang kelak ketika melihat senyumanmu" – Muhammad Zaid
- H A S I L R E V I S I-
ig: putrifadilatulb_
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
RandomFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...