Setelah perdebatan diantara aku dan annisa, aku memilih untuk kembali ke kos. Mungkin mengistirahatkan diri jauh lebih bisa membantuku. Menuju parkiran membuka pintu mobil dan mengendarai mobil dengan penuh kehati hatian. Mungkin fikiranku kacau, tetapi tidak untuk melukai hatiku sendiri
Selama perjalananpun aku enggan menancap gas dengan emosi. Hanya menikmati perjalanan yang sebenarnya hanya menempuh jarak kurang lebih 1,5 KM. aku memilih tempat kos yang mudah dilalui kendaraan, baru diizinkan menggunakan mobil saat semester 4 dan ini tepat 2 tahun mobil hadiah abi karena IP ku mencapai 3,8. Katanya biar aku semakin semangat
Menempuh jarak yang tidak jauh hingga dengan waktu 5 menit aku sudah tiba disini, didalam garasi tempat anak kos yang lain menyimpan kendaraannya, aku tidak langsung turun. Tetapi menyenderkan diri kekursi kemudiku.
Hingga kesadaranku datang, saat salah satu anak kos mengetuk kaca jendelaku. Rafiq yang melakukannya. Aku membuka kaca jendela, dan menautkan kedua alisku
"kenapa fiq?" tanyaku kepadanya
"Oala mas, tak kira pingsan, ada orang tidak bergerak" katanya dengan nada serius
"Kamu nih ada ada aja"
"yasudah mas saya pamit" aku mengangguk menjawab ucapan rafiq tadi, dan dia perg masuk kedalam ruangan penyambung ruang tamu dengan garasi milik kos.
Aku menutup kembali kaca jendela, merapihkan beberapa barang yang harus aku bawa kedalam kamar, memastikan semua kaca tertutup. Turun dan menekan tombol otomatis kunci mobilku. Melangkah dengan pasti meninggalkan garasi kosan
"tumben sudah pulang kak" aku menoleh dan tersenyum. Ada beberapa mahasiswa yang sedang duduk dengan aktifitasnya masing masing, barusan rizal yang menyapaku. Mahasiswa BK semester 2. Dia orang mana ya? Ah entahlah yang jelas rizal adalah anak yang mudah berkomunikasi
"iyanih, gagal bimbingan" jawabku
Rizal hanya mengangguk dan ber oh ria, setalah itu aku berpamitan kepada beberapa anak kampus yang lainnya. Berjalan kembali kemudian menaiki anak tangga satu demi satu. Hingga akhirnya aku sampai tepat didepan kamarku
Menyimpan beberapa buku dan menidurkan diri, sebelum itu aku melaksanakan shalat zduhur sendirian, karena diperjalanan tadi Adzan berkumandang. Aku tertidur, tidak seutuhnya hanya mata terpejam. Tetapi pendengaran tetap berfungsi dengan sangat baik.
"Jangan seperti anak kecil Zid, Kamu menjanjikan sesuatu terhadap Aisyah dan masih menginginkan perasaan Annisa? egois kamu Zid"
Aku benar benar dibuat kaget oleh adam, dia yang tiba tiba datang dihadapanku. Dengan sejuta emosi terlihat diwajahnya, aku bangun dari tidurku. Menghela nafas, tidak seperti ini adam sebelumnya masuk kekamarku dtanpa mengetuk atau berucap salam. Entah kenapa dia semarah itu
"salah saya apa?" Tanyaku kepadanya, terlihat sekali dari mimic wajahnya seakan akan ingin membunuhku seketika
"annisah atau Aisyah, tinggal pilih. Tidak usah mempermainkan keduanya"
"Kamu tidak akan mengerti dam" kataku, menjawab cercaan adam kepadaku
Baru sekali aku bisa tenang, memejamkan mata. Menghirup udara dengan perlahan. Tetapi secara tiba tiba adam masuk kedalam kamarku dan marah begitu saja.
"Bagian mana yang tidak saya mengerti? saya Faham betul kamu menginginkan keduanya. berhentilah menjadi sosok seakan akan kamu laki laki paling setia Zaid, itu tidak lucu" Adam berkata begitu kepadaku dengan suara yang penuh dengan emosi dan penekanan
"Bukan begitu Maksud saya dam, Saya hanya ingin memberitahu kepada Aisyah secara perlahan. hanya itu"
"Dengan cara memberikan harapan? Zaid, disini bukan tentang hati Aisyah saja tetapi hati Annisa yang sedang kau permainkan, bersikap manis didepan keduanya? ini sinetron kah Zaid? yang menceritakan salah satu diantara mereka mengalah karena mati? Saya tidak menyangka kamu sebodoh itu dalam mengambil sikap" aku dibuat terkejut dengan ucapan adam barusan, benar benar membuat mataku rasanya ingin lepas dari tempatnya.
"Sudut pandang kamu terlalu rendah dam, dan lebih lucu mana ketika kamu berusaha merebut humairahku!" kalian tahu? Setalah aku menjawab pertanyaan adam barusan, dia malah terkekeh seakan akan menghina jawabanku. Aku menghela nafas gusar. Dan benar benar rasanya aku ingin sekali lepas dari semua problem yang membuat setengah fikiranku menghilang mencari jawaban yang tidak bisa aku temukan
"Humairahmu? Lucu sekali Zaid, Akan lebih lucu lagi jika ternyata sebelah tulang rusuk saya ada di annisa, Maka yang katamu Humairahmu itu akan berubah menjadi Humairah sahabatmu? sebelumnya kita tak pernah berseteru, apalagi pasal wanita. tetapi kali ini jangan salahkan saya jika Humairahmu itu membenci laki laki yg selalu bisa membuat pipinya memerah. saya bisa pastikan bahwa Adamnya Annisa itu adalah saya dan Hawanya saya itu annisa, Kau terlalu lucu untuk bisa mempertahankan dua hati wanita sekaligus, tetapi pada kenyataannya Kau lukai mereka dengan perlahan, Fikirkan itu Zaid"
Setelah mengatakan sesuatu yang dia sampaikan, aku terdiam memandang wajah marahnya sebentar hingga ada perkataan yang terucap dari bibirnya
"saya kecewa zid" begitu katanya
Dia pergi meninggalkan aku begitu saja, menutup pintu kamar dengan kasar sehingga terdengar debuman pintu dengan keras. Lagi lagi aku menarik nafasku dengan dalam. Membiarkan yang sudah terjadi terjadi begitu saja, biarlah adam marah kepadaku kali ini. Itu haknya
Setelah adam keluar dari kamarku, aku kembali merebahkan diriku diatas kasur. Menenggelamkan diri dari kebingungan ini. Hingga kesadaranku datang. Ada yang mengetuk pintuku, suara seorang laki laki. Tidak ada ketukan kasar, hanya saja menuntut aku tetap untuk membukakan pintu
"kenapa lagi fiq?" ternyata rofiqlah yang ada didepan pintu kamarku, dengan menenteng bungkusan berisi kardus
"ini ada titipan mas" ujarnya sambil menyodorkan bingkisan yang dia bawa
"Makasih ya fiq"
"sama sama mas"
Rafiq pergi meninggalkan ku, ini sudah kiriman yang keberapa akupun tidak tau, tanpa pengirim yang jelas. Tanpa pesan didalamnya. Lagi lagi isinya makanan dan uang sebesar 3jt. Ini akan datang setiap satu minggu sekali. Jika dihitung 1 tahun ini entah sudah yang keberapa.
Uangnya tidak pernah aku gunakan sama sekali, selain kiriman uang dari ummi dan abi yang aku rasa cukup, uang ini selalu aku simpan. Karena diriku pribadi bingung bagaimana cara memanfaatkan uang ini.
Setelah menyimpan rapih uang tersebut, aku langsung keluar kamar. Membawa kotak yang berisikan makanan ringan, anehnya kotak ini tidak pernah aku sendiri yang menerima, selalu anak kos yang lain. Awal awal aku sering mencoba mencari tahu tapi seiring berjalannya waktu aku megabaikan. Awalnya kufikir salah kirim tetapi ternyata memang terus datang kepada.
"makan nih" kataku kepada beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul
Banyak ucapan trimakasih dari mereka, aku mengangguk dan ikut bergabung dengan mereka, melepaskan tawa menghibur diri dari permasalahan yang mengganggu ku akhir akhir ini
- H A S I L R E V I S I-
ig: putrifadilatulb_
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
DiversosFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...