Sudah 1 minggu aisyah tidak ada kabar, tidak meninggalkan pesan. bahkan beberapa pesan dan panggilanku kepadanya tidak kunjung ada balasan dari aisyah, aku menghela nafas dan memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada aisyah.
"Assalamualaikum, Aisyah. Beberapa hari ini saya tidak melihat kamu. Bisakah kita bertemu?" To Aisyah
Tidak ada jawaban dari Aisyah. Aku menghela nafasku lagi. Ada apa sebenarnya aisyah ini? Tidak seperti biasanya aisyah menghilang seperti ini. Melihat jam yang tertempel pada dinding kamarku aku teringat bahwa hari ini aku ada janji dengan beberapa teman kampusku
Aku putuskan untuk merapihkan diri. Membawa beberapa buku yang harus aku bawa. Dan pergi meninggalkan kost menuju kampus. Mengendarai mobil diwaktu seperti ini tidak terlalu buruk karena tidak terlalu banyak kendaraan. Dan tentu jalanan tidak seramai biasanya
Setelah sampai dikampus tanpa fikir panjang aku turun dari mobil, sedikit berlari karena hujan mulai turun. Menulusuri koridor yang sepi dengan fikiran yang entah kemana. Langkahku terhenti ketika melihat aisyah yang tengah berdiri. Tanpa fikir panjang aku menghampiri aisyah.
"Aisyah? Kemana saja?" kataku kepadanya. Aisyah hanya tersenyum membalas pertanyaanku, setelah pesan singkat yang tidak dibalas aku fikir aisyah tidak akan hadir kekampus. Tetapi hari ini aisyah ada dihadapanku
"saya perlu bicara, kekantin atau taman?" Aisyah hanya menggeleng
"Karena saya lapar, kita kekanti saja ya?" kataku
Tanpa fikir panjang aku langsung berjalan menuju kantin, dan aisyah ada disampingku. Ikut berjalan dan ya. Dengan menunduk tentunya. Aku ingin bertanya tetapi takut salah nantinya, jadi kuputus untuk tetap berjalan agar cepat sampa dikantin dan menyelesaian semuanya.
"Duduk dulu, saya pesannkan makanan ya" aku pergi meninggalkan Aisyah. Kemudian kembali dengan sebuah nampan berisikan satu piring siomay dan Roti bakar tanpa Margarin dilengkapi keju. Untuk Aisyah tentunya.
"Trimakasih" katanya, dan aku hanya mengangguk
"Aisyah? Sambil menunggu siomay ini lebih hangat, bisakah kita bicara sebentar?
"Bukankah dari tadi kamu terus berbicara zaid?" aku menggeleng
"Bukan itu maksud saya, Oke kita mulai" Aisya hanya mengangguk
"bolehkah saya tau dari mana kamu mengenal Annisa?"
"Apakah itu penting?" aku menggeleng
"Baiklah aisyah, aku hanya ingin kamu sedikit memahami mengapa semua ini begitu rumit"
"Hal apa yang harus aku fahami Zaid?" aku terdiam kemudian berkata
"Segala hal, tentang saya, kamu, dan Annisa" Aisyah tersenyum lalu menjawab ucapanku
"Everything that I Understand, I only understand because I Love" Aisyah tersenyum kemudian berkata lagi
"Sepertinya kamu zaid yang tidak Faham tentang semua ini, karena tidak ada yang penting aku permisi, trimakasih untuk rotinya" Aisyah pergi meninggalkan ku, membawa sebungkus roti bakar
Sebelum aisyah pergi meninggalkan aku terlalu jauh, aku teringat tentang surat yang sempat aku tulis tempo hari.
"Aisyah" panggilku
"ya?"
Aku mencari keberadaan surat yang telah aku tulis, mencari dari kantong kekantong kemudian beralih kepada tas ranselku. Dan tetap surat tidak ditemukan, aku mengingat dan menghela nafasku gusar
"Astagfirullah" begitu reflex aku ucapkan
"kenapa zid"
"annisa" kataku.
"begitukah? Sedang berasamaku yang jelas jelas ada dihadapanmu yang kau ingat juga annisa?"
"bukan aisyah, bukan begtu maksudku"
Aku mengingat bahwa surat berada pada saku jaketku, tanpa menjawab pertanyaanku aisyah pergi meninggalkan aku dengan berlari. Aku mengusap rambutku frustasi. Niatku untuk menyelesaikan masalah malah menambahkan masalah.
Mungkin begitu menjadi aku yang tidak memiliki pilihan, katakana saja aku egois karena tidak bisa menjadi tempat kembali yang nyaman untuk Aisyah, tetapi aku memilih menjadikan Aisyah tempat ternyaman saat aku membutuhkannya. Aisyah baik, cantik, ramah, dan taat kepada Agama. Tetapi aku tidak bisa menjatuhkan pilihan kepada Aisyah. Karena pilahanku saat ini adalah pilihanku dimasa depan
Mungkin dari sekian banyak permasalahan tentang sebuah hubungan laki laki akan selalu disalahkan, kadang kami dicela dan enggan diterima. Aku kecewa dengan beberapa pendapat yang menyalahkan kami. Padahal mereka menilai dari sudut pandang mereka masing masing. Tanpa memikirkan kami.
Disalahkan dalam hal menyakiti, atau hal yang lebih dari itu, semua juga tau tidak aka nada api jika tidak ada asap seharusnya semua orang faham bahwa laki laki tidak akan menyakiti tanpa sebab. Sebelum kami menjelaskan kami sudah disalahkan, begitu ya. Laki laki.
Aku kadang bingung tentang persepsi banyak orang yang menyalahkan segala sesuatu hanya dengan pandangan semata. Kam salah, selalu salah. Kadang aku ingin sekali berteriak kepada Aisyah untuk memahami diriku sedikit saja tetapi dia akan selalu menjawab "bagian mana yang tidak aku mengerti zaid" begitu katanya. Dan lagi aku kalah.
Memikirkan tentang bagaimana aku seharusnya menjadi diriku adalah hal yang memang membuat aku sendiripun tidak mengerti, mungkin jika kalian sama seperti aku. Bersikap baik kepada perempuan setelahnya dikatakan 'pemberi harapan palsu' jika aku bersikap cuek dikatakan 'kasar banget sama perempuan' begitu ya. Kami selalu salah lagi.
Sebelum ada annisa dikehidupanku akupun pernah sempat berinteraksi dengan junior ku, bukan karena kedekatan perasaan. Tetapi kewajiban, aku diamanatkan membantu juniorku itu memperbaiki salah satu mata kuliah. Tetapi setelahnya aku dikatakan 'tidak berperasaan' padahal sejauh yang aku tau aku bersikap baik dan berusaha menjadi pembimbing yang aik. Tetapi setelahnya aku malah dikatai yang tidak tidak
Mungkin aku tidak faham betul tentang bagaimana perempuan, tetapi aku tau tentang perempuan bagaimana yang harus disikapi tegas dan tidak. Sejauh itu yang aku fahami. Annisa dan Aisyah berbeda. Annisa menjadi kandidat teratas yang menjadi pilihanku, tidak mengejar dan tetap diam saat aku kejar. Aku menyukai annisa karena berada pada posisi perempuan yang sesungguhnya.
Tepukan ringan di punggungku menyadarkan aku dari fikiran yang dipenuhi dengan cara menyelesaikan masalah, aku menoleh sebentar dan tersenyum. Adam sekarang duduk didepan ku. Memberi satu cangkir kopi hitam dengan satu sendok susu kental manis.
"Bagaimana zid? Aisyah atau Annisa?" Pertanyaan Adam memecahkan kebisuan ku
"Annisa" kataku singkat
"Lantas Aisyah?" Adam mengangguk sekilas, dan menjawab pertanyaan ku
"saya sudah mencoba untuk berbicara, tetapi dia menolak dam"
"Beri dia waktu, mengobati lukanya tidak semudah itu Zid" aku mengangguk, meng iyakan jawaban dari Adam. aku harus menunggu tentang ini
Hingga akhirnya aku dan adam larut dalam pembicaraan dengan beberapa mahasiswa yang menghampirinya tadi, saling bertukar cerita. Bernostalgia hingga menghabiskan separuh waktu dengan pembicaraan yang sebenarnya tidak terlalu penting, hanya saja bisa menghilangkan penat yang singgah dikepala ku saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
RandomFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...