Pagi ini, hujan datang tanpa diundang. Menemani keheningan kami yang sedang memandang seorang perempuan yang selama ini menjadi sahabat serta adik bagiku, ada adam, ayah beserta ibunya Aisyah dan keluargaku, beserta penghulu. Aku hari ini akan menikahi Aisyah, dibalik wajah pucatnya aku bisa melihat ada semburat rasa bahagia diwajahnya.
“ayah, aku ingin berbicara dengan zaid. Sebentar saja” akhirnya keheningan kami menghilang setelah aisyah mengatakan 2 hal tersebut kepadaku. Aku hanya diam memandang kearah aisyah, setelahnya dia tersenyum
“Aku tidak ingin menikah dengan kamu zaid, mengertilah” begitu yang aisyah katakana setelah semua orang keluar dari ruang inap Aisyah
“Mengapa? boleh saya tau apa alasanmu aisy?” kataku
“Aku tidak akan pernah mau menikah dengan laki laki yang mencintai wanita lain,fahamlah. Annisa sedang menunggu mu, menunggu penjelasan beserta kehadiranmu”
“cinta bisa kita bangun bersama, saya percaya cinta hadir karena terbiasa aisyah”
Setelah mengatakan hal tersebut aisyah hanya diam, kemudian aku pamit keluar untuk memanggil semua orang dan melaksanakan acara yang sudah kami rencanakan dari 1 minggu yang lalu, setelah semua penjelasan dari keluargaku mereka datang meminang aisyah. Dan hari ini aku memutuskan untuk menikahkan aisyah. Tidak ada komentar apapun dari adam. Dia hanya mengatakan“Apapun pilihanmu semoga Allah Ridhoi” hanya itu.
“Sudah siap?” Tanya penghulu kepadaku, aku mengangguk seraya tersenyum
Acara dimulai dengan abi yang membacakan lantunan Ayat Al – Qur’an dilanjukan dengan khutbah nikah yang penghulu bacakan. Adam menjadi saksi di pernikahanku dari pihak aisyah, dan Abi yang menjadi saksi pernikahanku dari pihak diriku sendiri. Ada tetesan air mata yang keluar dari kelopak mata Aisyah. Dia memejamkan matanya seakan akan sedang menahan rasa yang tidak bisa diceritakan kepada siapapun.
Kini, ada genggaman yang erat ditanganku. Tidak pernah aku bermimpi sekalipun untuk menggenggam lengan ayahnya Aisyah, tidak pernah sekalipun aku bermimpi untuk menikah didalam ruangan rumah sakit yang ditemani dengan suara alat rekam jantung. Tidak pernah sekalipun..
“Bismillahirrohmanirrohim, Ya Muhammad Zaid bin Zidnal Ma’arif saya nikahkan engkau dengan siti Aisyah puteri kandung saya dengan mas kawin perhiasan Emas 13,3 gram dibayar tunai”maka setelah kalimat tersebut diucapkan, dan genggaman ditanganku semakin mengerat aku faham setelah kujawab dan kata sah terucap semua kehidupanku akan berubah, semua rasa yang telah aku jaga untuk annisa harus aku lepaskan, aku harus mampu merubah rasa yang selama ini aku jaga, aku harus mampu memberikan semua itu kepada Aisyah.
“Tutttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt”
Semua ragaku terhempas, genggaman tersebut lepas dari tanganku. Ada tangis yang mendalam yang masuk kedalam pendengaranku. Aisyah telah pergi meninggalkan kami sebelum aku menjawab kalimat yang telah diucapkan ayahnya. Aisyah meninggalkan kami semua, dia memilih berhenti berjuang. Hati kami semua telah hancur berkeping keeping.
“Aisyah sayang, terima kasih sebelumnya telah mampu bertahan untuk ayah dan bunda, terima kasih banyak aisyah. Bagaimana? Sudah tidak sakit lagi sekarang? Kami ikhlas sayang. Selamat jalan. Semoga Allah menempatkan kamu ditempat yang terbaik, yang tenang untuk kami, kami mencintaimu, selalu”
ada adam yang langsung terduduk lemas ketika ibunya aisyah mengucapkanperkataan yang begitu sangat memilukan hati. Sebelumnya dokter dan beberapa perawat sudah mencoba tetap mempertahankan aisyah,selama kurang lebih 20 menit kami menunggu akhirnya kami benar benar ditinggalkan aisyah.
“tidak ada hal yang harus kami tangisi bukan? Bukan sayang bukan karena kami bahagia kamu meninggalkan kami,tetapi setidaknya tidak akan adalagi kamu yang menjerit dan menagis mengatakan “Ayah ini sakit” atau mengatakan “ada tidak yang mau bertukar raga denganku yah” tidak aka nada lagi ya? Semuanya telah Allah rencanakan. Yang tenang sayang”
Kemudia kecupan singkat dikening aisyah didaratkan oleh ayahnya, kami semua yang melihat tidak bisa menahan tangis yang luar biasa. Secara perlahan kain menutupi wajah aisyahku. Kemudian korongan kasur yang begitu nyaring terdengar karena decitan roda dengan lantai benar benar memilukan hati kami. Setelah itu ada ibunya aisyah yang luruh kelantai. Menunduk dengan bahu yang bergetar dengan gumaman“Puteriku, kesayanganku telah tiada” begitu terus. Sampai berakhir pada ayahnya yang memeluku ibunya aisyah dan mengatakan satu kata “Ikhlas” begitu terus menerus
Orang tua aisyah meminta semuanya diselesaikan saja dirumah sakit agar ketika dibawa pulang jenazah tinggal disholatkan kemudian dimakamkan. Karena permintaan Almarhumah sebelumnya ingin dimakamkan di kampong halamannya, dibandung.
Semuanya sedang memandang sebuah gundukan tanah berwarna merah dengan taburan bunga diatasnya, hanya tinggal aku, adam dan orang tua aisyah.selebihnya telah meninggalkan pemakaman, semua berjalan cepat hanya 4 jam dari proses rumah sakit hingga aisyah dimakamkan.dengan menggenggam sebuah panyung ditanganku aku perhatikan gundukan tanah tersebut. Tidak pernah menyangka bahwa aisyah pergi secepat ini.
Ayah dan ibunya aisyah diikuti adam pergi meninggalkan aku disini sendirian, aku melipat panyungku. Menidurkannya ditanah beserta diriku yang ikut bersila dihadapan makamnya aisyah, gerimis menemaniku saat ini. Entah bagaimana rasanya.ini benar benar diluar dugaanku
“bagaimana aisyah? Apalagi yang harus saya lakukan saat ini? Maafkan saya yang tidak bisa menjaga kamu dengan baik selama ini, maafkan saya yang tidak bisa menjadi imam untukmu,aisyah…. Saya harus bercerita kepada siapa lagi setelah kamu memilih meninggalkan saya? Sidang selanjutnya siapa yang akan menyambut saya didepan pintu?”
“kenapa selama ini kamu tidak berbagi bahwa sakitmu itu sangat sangat? Kenapa kamu hanya diam ketika saya menyakiti hatimu padahal sakit ragamu sudah sangat dalam? Aisyah tolong…tolong maafkan saya”
Tidak ada jawaban, tentu saja semua hal yang aku katakana tidak mendapatkan jawaban dari gundukan tanah tersebut, aku terluka sekali..
“Aisyah? Setelah ini siapayang akan memesankan saya teh tawar melati dengan es? Siapa yang akan mengatakan bahwa saya adalah hal terbaik untuk perempuan? aisyah? Sungguh rasanya sesakit ini? Maafkan saya. Tenang disana aisyah, Selamat tinggal Aisyah”
Aku bangun dari duduku, menggenggam panyung yang sebelumnya aku lepas, dan meninggalkan aisyah sendirian“Selamat tinggal Aisyah” setelah itu aku benar benar berjalan menjauh, semakin jauh hingga dari tempatku kini sudah tidak terlihat lagi tempat peristirahatan Aisyah yang terakhir.
“Zid, ayo” adam ternyata masih menunggu didepan mobilku, dia tetap menggunakan panyungnya sedangkan aku sudah basah karena guyuran gerimis yang berubah menjadi hujan yang nyata, untuk menanggapi ucapan adam aku hanya mengangguk dan masuk kedalam mobil. Adam yang berada dikursi kemudi sedangkan aku duduk disebalahnya.
Mobil ini berjalan dengan perlahan, meninggalkan pemakaman dan meninggalkan aisyah sendirian, hingga akhirnya kami tidak bisa lagi melihat gundukan2 tanah. Aisyah benar benar sendirian saat ini,Aisyah. Selamat tinggal, tenanglah disana. Dariku untukmu –Muhammad Zaid
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
RandomFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...