How are you?
Bagaimana kabar hatimu yang enggan disapa oleh hati yang lain?
Bagaimana kabar matahari yang hanya ingin menjadi pengganti disaat bulan menghilang?
Bagaimana kabar bintang yang hanya ada disaat malam?
Bagaimana kabar dirimu yang hingga saat ini enggan membalas desiran rindu dari lubuk hatiku?
Pagi ini, pagi sekali aku sudah berada dikampus. Karena ada janji temu dengan seniorku. Dia senior yang mentok pada buku tebal bernamakan skirpsi. Menemuiku disalah satu tempat yang biasa digunakan tempat berkumpul mahasiswa mahasiswa lainnya. Terlalu pagi memang tetapi dia yang menginginkan jumpa kami yang lebih awal
20 menit yang lalu seniorku itu sudah meninggalkan aku disini, seorang diri. Aku hanya menulis beberapa kata dari hati yang susah sekali diucapkan dengan lisan. Melihat Susana kampus yang mulai rmai. Mungkin mereka yang memiliki jam 0 hari ini, aku meninggalkan tempat ini, berjalan didalam keheningan dan menatap lorong yang begitu panjang.
Seperti kehidupan, semuanya lurus. Hanya saja diri kita sendiri yang mempersulit semuanya, salah melangkah atau salah melihat. Aku mengangguk singkat saat bertemu dengan mahasiswa kelas 0 itu. Berjalan kembali, mengamati setiap langkah yang aku tuju
Aku tersenyum keika melihat seorang perempuan yang sedang duduk manis diatas kursi, dengan menggenggam buku tentang peradaban dunia. Dia senang tentang buku buku sejarah. Katanya banyak nilai sastra yang bisa diambil dari buku sejarah.
Melanjutkan kembali langkahku, menghampiri dan ikut duduk disampingnya, entah dia yang terlalu focus, atau aku yang merasa bahwa aisyah enggan menganggap bahwa aku ada. Memperhatikan jarinya yang lihat mengebet lembar demi lembar buku yang sedang di abaca. Aku tersenyum sekilas, dan membuka pembicaraan diantara kami.
"Aisyah? sepagi ini sudah di kampus?"
Kataku kepadanya, dia menoleh sekilas. Focus kembali kepada bukunya. Kufikir dia akan melanjutkan bacaannya tetapi ternyata dia memilih menuntup bukunya, menyimpan diatas meja dan membalas perkataanku
"iya, aku ada bimbingan Zaid" jawab dia kepadaku, aku tersenyum
Mungkin begini yang orang katakana, bahwa kita tidak boleh seudzon kepada orang lain, ternyata tidak ada yang berubah dari aisyah, tetap sama. Tetap seperti aisyah yang aku kenal. Kuat dalam segala hal, terutama tentang hati yang terlukai
"Udah sampai mana? Mau S2 atau menikah?" tanyaku kepadanya
"Sampai Bab VI sedikit lagi selesai, Menikmati hidup mungkin, tidak kuliah dan mungkin belum untuk menikah" jawabnya kepadaku, aku mengangguk sekilas.
"Menikah saja" kataku kepadanya, dia hanya tersenyum sekilas. Dan aku terkekeh melihat ekspresinya begitu
"Menikah dengan siapa? Kamu?" aku terdiam mendengar ucapan Aisyah biasanya aku yg selalu menggoda Annisa tetapi kali ini aku digoda oleh Wanita lain, Aisyah
"kamu ini ada ada saja"
"Apakah tidak ada sedikitpun rasa itu?" Asiyah bertanya kepadaku, dengan kalimat yang penuh dengan luka, mungkin tak terlihat tetapi aku hafal betul bagaimana aisyah. Dia terluka karena aku
"Saat ini tidak Aisyah, tetapi untuk nanti saya tidak tau, perasaan seseorang mana ada yang tau kan" aku berkata seakan akan menyakinkan Aisyah.
"Jangan terlalu lama, Menunggu itu berat. Melebihi rindu, jika memang tidak bisa katakan saja. aku tidak ingin berharap kepada seseorang yang mengharapkan orang lain, itu menyakitkan" jawaban aisyah membuat aku terdiam, tetapi hanya sebentar setelah itu aku menjawab perkataan Aisyah
"Jika berat mengapa tidak berhenti?" Tanyaku
"Tidak semudah itu Zaid" jawaban Aisyah kepadaku
"Kamupun tau itu tidak mudah, maka mengertilah Aisyah saya tidak bisa jatuh cinta begitu cepat sama kamu, dan sayapun tidak bisa melepas kamu dengan cepat juga. bersabarlah, suatu saat nanti yang kamu inginkan akan terjawab. tidak untuk saat ini"
Aisyah terdiam mendengar ucapanku, Aisyah tau dihatiku ada seseorang yang lebih diinginkan olehku, tetapi kali ini aku tau Aisyah ingin egois. Dia menginginkan aku tetap menjadi miliknya, dalam artian masalah hati bahwa aisyah menuntut agar aku membalas perasaannya, aku tau hanya aku yang dia inginkan tidak untuk yang lain.
"Kamu tau zaid, disini. dihatiku hanya menginginkan kamu, Tidak ada yang lain, Hanya kamu. jadi tolonglah jangan samakan perasaanku dengan perasaan anak SMA yang masih labil. aku hanya menginginkan kamu Zaid" kata Aisyah aisyah lagi
"Baiklah ayo kita mencoba" aku meyakinkan Aisyah atas sebuah Harapan
Aku terdiam sekilas setelah menjawab perkataan aisyah, menghirup aroma kopi dipagi hari. Menghilangkan pening dikepala tentang cara agar aku tidak menyakiti perasaan 2 perempuan yang saat ini ada disisi kanan dan kiriku. Tidak untuk itu.
Aku terdiam, mengulas sebuah senyum saat aisyah mencoba membuka pembicaraan diantara kami, dengan membahas masalalu. Atau membahas bagaimana caranya kami bisa bersahabat sedekat ni seperti sekarang.
"Jadi setelah lulus mau kemana?" tanyaku untuk kedua kalinya, aisyah melirikku sekilas. Tetapi setelahnya dia tersenyum kepadaku
"Menikahkan sama kamu" katanya dengan ucapan yang penuh percaya diri
Aku tersenyum mendengarkan perkataannya, terrsenyum dengan rasa bersalah dihati. Sungguh bodoh sekali aku ini ya, bagaimana bisa aku membuka hati untuk aisyah. Ini salah aisyah salah, maksudku bukan dia yang salah, tetapi aku yang salah mengartikan sesuatu
"memang siap menunggu? Saya mau S2 setelah ini" kataku
"tidak masalah bagiku, kamu kuliah aku mengurus rumah. Adilkan?" jawaban nya membuat aku agak meringis sekilas. Aisyah sungguh tidak bisa dilawan dalam hal yang seserius ini
Aku tersenyum ketika aisyah kembali memfokuskan dirinya kepada bukunya, melirik keadaan sekitar, dan ikut membuka buku yang dari pagi tadi aku genggam. Aku terdiam sekilas, dan tersadar dengan nada dering ponsel, awalnya kufikir itu dering ponselku. Ternyata milik aisyah
"Sebentar ya" katanya tersenyum kepadaku, aku hanya mengangguk dan tersenyum.
Ini kali pertama aisyah menerima telepon dengan pergi dari tempatnya, biasanya dia menerima telepon dengan bebas. Tanpa pergi seakan akan menyembunyikan sesuatu. Aku hanya memperlihatkan gerak gerik aisyah, terkadang ada kerutan didahinya. Atau mengepalkan tangannya. Tidak ingin terlalu tahu apa yang terjadi aku kembali memfokuskan diriku sendiri.
"aku pamit duluan ya? Papa meminta aku pulang lebih awal zid" katanya menyadarkan diriku bahwa aisyah kini sedangan merapihkan barang barangnya dari atas meja. Aku tersenyum dan mengangguk
"Assalamualaikum" dia pergi meninggalkan aku, setelah aku menjawab salamnya dan mengatakan "hati hati" kepadanya. Dia mengangguk sekilas, dan benar benar pergi dari pandanganku.
Aku menyandarkan punggungku kekursi, menghela nafas sekilas. Kemudian berdiri dan merapihkan buku dan beberapa barang barangku. Meninggalkan kantin dengan sejuta beban pada fikiran, melangkahkan kaki menuju tempat yang mungkin bisa menjawab segala hal yang ingin aku pertanyakan.
- H A S I L R E V I S I-
ig: putrifadilatulb_
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
LosoweFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...