Buku harian Annisa yang ke 2.

2.5K 368 5
                                    

Setelah menyelesaikan pertemuanku dengan Annisa, dan kembali ke rumah kos sedangkan annisa melanjutkan kelasnya. Mengingat kelas pak syam aku jadi merasa dejavu. hMengingat kembali saat pertama kali melihat rona merah dipipi annisa. "kamu cantik, selalu merah disetiap saat" annisa manis. Lebih manis dari gula. Tidak bisa dipilih. Dirasakan dengan yang bagaimanapun annisa tetap manis

"Ka zid, ada tamu" Faisal menyadarkan lamunanku

Aku hanya mengangguk, menutup layar laptopku dan pergi meninggalkan kamar, eh tunggu sebelum itu aku sempat mengganti celanaku dengan sarung. Sangat tidak mungkin sekali aku menemui tamu dengan menggunakan celana pendekkan? Tidak baik sekali.

"Ummi? Abi? Ko bisa disini"

"Assalamualaikum dulu zid" kata abi

"gaseneng ya kami datang" Ummi menyambar jawaban abi

Kaget sekali aku ummi dan abi tiba tiba ada di ruangan yang memang disediakan unuk tamu yang berkunjung. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Aneh sekali. Padahal baru beberapa hari ummi menelpon aneh aneh saja

"eh iya Waalaikumsalam, lain kitu atuh mi. aneh weh zid mah da"

Begitu kataku, ummi hanya terkekeh mendengar jawabanku, tanpa fikir panjang aku mengajak ummi dan abi mencari tempat yang jauh lebih nyaman, tepatnya kedaerah dekat kampus. Ada tempat makan yang nyaman dan cocok untuk semua usia.

Ah dan ya, kalian jangan terlalu memikirkan naik apa kami menuju tempat yang kami inginkan, Kebetulan ummi dan abi membawa mobil, bukan abi yang membawa tetapi supir. Pak jo – supir setia yang telah menjadi bagian keluarga juga, sejak aku SMA pak jo sudah bekerja sebagai supir Abi dan Ummi.

Aku memesan beberapa makan untuk ummi dan juga abi, membiarkan ummi dan abi melihat lihat kondisi tempat makan ini. Aku hanya melihat mereka. Tidak lama karena abi mengeluarkan suaranya setelah ummi kembali dari toilet

"Paketmu rutin datang zid?" kata abi

"rutin, kemarin baru datang" kataku

"Apa isinya zid?" ummi yang kali ini bertanya

"belum sempat dibuka mi, malas" kataku seadanya

"jangan begitu atuh, kalau ada makanan basi nantikan mubadzir. Dibukanya nanti"

Aku hanya mengangguk menjawab apa yang dikatakan ummi, tidak lama dari itu makanan pesanan kami datang. Aku mempersilahkan ummi dan abi menyantap makanannya. Kadang diselang dengan beberapa percakapan ringan. Hingga aku melihat annisa berjalan dengan seorang laki laki yang bertubuh tegap. Dan menggunakan pakaian formal

Aku tidak bisa langsung menghampiri annisa, karena yang aku lihat annisa berjalan pergi meninggalkan tempat ini, aku focus kembali pada percakapan ummi dan abi. Kadang ada beberapa mahasiswa yang mengenal ku, dan menyapaku. Aku hanya tersenyum seperlunya saja.

"kami kesini tidak direncana zid, Pamanmu itu yang dari Malaysia datang keacara apa ya tdai namanya. Pokonya acara semacam Seminar. Kebetulan pamanmu jadi tamu undangan, difikir fikir dari pada harus kemalaysia jadi abi putuskan datang kesini, eh ummimu memaksa untuk menjumpai kamu"

"biarin atuh bi, namanya sama anak" kata ummi menyambar

"teu apa apa atuh bi, da zaid ge teu sibuk" kataku

"jangan ngomong sunda. Gak pantes" kata ummi

Aku hanya terkekeh. Setelah itu kami bangun dari tempat ini, kembali ketempat kosku. Ummi dan abi sempat ikut sholat magrib ditempatku. Tetapi setelahnya pamit untuk pulang, agar tidak terlalu malam katanya. Aku hanya mengangguk dan mengiyakan apa yang mereka amanati kepadaku.

"bersama siapa tadi annisa?" to Annisa

Pesan singkat yang aku kirimkan kurang lebih dari 15 menit yang lalu tidak dapat balasan. Aku hanya menghela nafas, Bagaimana ya? Rasa cemburu itu tidak enak sekali. Dan yang lebih lucu aku mencemburui sesuatu yang tidak jelas. Karena dari selama 2tahun aku mengenal annisa dia tidak pernah berjalan dengan seorang laki laki. Apalagi yang memiliki wajah agak ke barat baratan. Bukan annisa sekali.

Setelah memandangi ponsel yang tak kunjung bergetar aku memutuskan mnyimpan ponselku keatas nakan, melirik sebuah buku yang sudah aku baca sebanyak delapan lembar. Ah ya mengingat sekarang pukul 9 malam. Maka tepatkan jika aku baca dijam sekarang, jam 9 untuk lembaran kesembilan

"Bismillahirrohmanirrohim" gumamku

Tidak ada gambar dilembaran kesembilan. Hanya ada kalimat yang mungkin ini tulisan seorang laki laki. Karena tulisannya berbeda dengan tulisan yang ada dari yang sebelumnya. Aku diam dan menghela nafas panjang sebelum membaca kalimat yang cukup panjang ini

"Dear my Queen, Humairahnya papa

Menjaga kamu dari sebuah luka itu tidak mudah, sayang. Menjadi perempuan yang hebat layak bunda ya? Menjadi perempuan setegar bunda. Dan menjadi perempuan kedua setelah bunda yang papa dan abi sayangi. Abi marah karena papa tiba tiba memindahkan sekolah mu. Dia tidak setuju, katanya kalau kamu dinakalin nanti siapa yang mau nolong kalau bukan abi. Lucu sekali jika kamu melihat ekspresi dia tadi. Jangan menangis ya sayangnya papa. Nisa harus bisa kuat. Papa gak marah sama nisa, Cuma papa hanya menginginkan nisa terbiasa sendiri. Walaupun papa, bunda, dan abi ada"

Hanya itu yang tertulis dilembaran kesembilan. Aku hanya diam dan mencerna kata demi kata. Kali ini tidak tertera tanggal bulan atau tahun, tidak pula dijelaskan alsannya mengapa annisa dipindahkan sekolahnya.

Lembaran kesepuluh ada annisa yang menggenggam 10 balon ditangannya. Ada caption juga disitu "Turkey, 7 June" hanya itu. Tidak ada tahun yang tertera. Ada annisa yang tersenyum dengan background lautan luas. Aku sudah bercerita belum bahwa annisa selalu menggunakan jilbab disetiap fotonya? Dan itu sangat manis sekali.

Dibawah foto itu ada gambar lagi, gambar lengan anak laki laki dan perempuan saling menggenggam. Dengan sama sama menggunakan baju berlengan hitam. Tidak ada petunjuk difoto itu, maksudku tidak ada kalimat, atau tanggal dan sebagainya. Aku jadi semakin bingung. Tandanya annisa sudah pergi keturki juga ya?

Rasa penasaranku semakin jauh, hingga lembaran kesebelas ada foto annisa yang digendong seorang laki laki, tidak terlihat wajahnya. Hanya annisa yang sedang diangkat keatas. Seakan akan annisa terbang, dan dia tersenyum manis dan sempurna sekali. Annisa ternyata sudah cantik, dan berpipi merah dari kecil dulu ya.

"Papa aku terbang seperti burung" saat usiamu 6 tahun itu yang kamu ucapkan ketika papamu mengangkatmu tinggi dan kamu berteriak. Bunda bangga punya nisa yang luar bisa, punya nisa yang tak ingin melepas jilbab dan tentu punya nisa sebagai pelengkap bagi abi, bunda, dan ayah. We love you.

Saat setelah itu aku mendengar suara ketukan pada pintu kosku, kuputuskan untuk menutup buku ini dan menyimpannya kembali kedalam laci."Zid buka" begitulah kalimat yang terdengar dari balik pintu. Aku berjalan kearah pintu dan membuknya. Ada Adam dihadapnku.

"Ada apa dam? Tumben sekali?" adam hanya menggeleng dan masuk tanpa permisi

"lama sekali membuka pintunya" kata adam, yang sudah berbaring diatas kasurku

"ganti baju tadi" ucapku. Adam hanya mengangguk dan aku melangkahkan kakiku menuju kursi, ah sofa single maksudku. Tempat yang kadang aku gunkan untuk membaca

"nih dari Aisyah" adam memberikan sebuah kertas, dan aku terima

"ko bisa ada dikamu dam?" tanyaku

"iya dikampus tadi" aku hanya mengangguk singkat

Kami larut dalam sebuah obrolan singkat, adam bercerita bahwa akhir akhir ini dia merasakan seakan akan rasa ngilu karena kecelakaan tempo dulu terasa lagi, apalagi dibarengi dengan waktu kelas yang cukup padat, mengejar ketertinggalan menyiksa kata adam

Aku hanya mendengarkan saja, tidak ada pembicaraan serius dan meneganggkan ya, hanya beberapa hal yang kadang menyangkut adam yang dijodohkan. Atau tentang siapa perempuan yang adam cerirtakan. Aku tidak ingin terlalu tahu. Cukup Annisa menjadi orang yang selalu ingin aku tahu.

🙏
Aku mohon jangan hanya menjadi pembaca tanpa memberikan vote. Karena vote kalian berarti sekali untuk aku. Pencet bintang itu enggak bikin kalian rugi ko. Trimakasih🙏🙏🙏

KHUMAIRAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang