aku pernah berkata bahwa aku akan berusaha menambahkan sebuah rasa pada hati Annisa, sesuai saran Adam, aku berniat mengajak annisa kesuatu tempat, Rumah kedua bagiku. Rumah orang orang yang tidak seberuntung aku.
"Annisa, Tunggu" panggil ku kepada annisa ketika melihat Annisa berjalan menuju keluar gerbang Kampus
"Ya kak, ada apa?" katanya, menjawabku
"Kamu sibuk? saya mau mengajak kamu kesuatu tempat" aku bertanya kepada annisa
"kemana?"Jawaban annisa membuat aku tersenyum
"Ikut saja sama saya ya, saya gak macem macem ko, kalau saya macem macem kamu boleh teriak. Tapi tunggu annisa, pipi kamu jangan merah dulu. takut saya makin jatuh cinta" dan benar, gara gara ucapanku barusan pipi Annisa semakin memerah. Aku benar benar jatuh dibuatnya. Jatuh akan pesona annisa yang sungguh luar biasa
"sudah jangan baper dulu, Ayo kita berangkat" ucapku dan mengajak annisa menuju parkiran kampus, aku memilih menggunakan mobil. karena lebih baik melindungi annisa dari panasnya matahari.
selama perjalanan Annisa enggan membuka suara, hanya diam memandang keluar jendela. Akupun agak bingung jadinya, selain ibu tidak ada yang duduk dikursi samping kemudi, aisyah pernah tetapi adam adam juga. Jadi ini agak canggung bagiku. Tidak lama karena aku memberanikan diri membuka suara
"Jadi annisa kamu disini kos atau memang rumahmu disini?"
"Aku kos kak" aku mangguk mendengar jawaban annisa
"Rumahmu dimana?"
"di jakarta, Rumah paman tepatnya"Aku ingin bertanya lebih jauh, tetapi sebelum bertanya annisa lebih dulu bertanya seakan akan mengalihkan pembicaraan denganku, aku agak sedikit bingung, tetapi tidak setelah annisa memberanikan diri bertanya kepadaku
"kaka orang mana?"
"Abi asli aceh dan Ummi Asli karawang" jawabanku diangguki oleh Annisa
"tapi Annisa kita cuma terpaut Usia 2 tahun, saya terlalu cepat kuliah. jadi bisa panggil saya Zaid saja? kamu panggil saya kakak serasa saya tuh ya kaka kamu. boleh kamu panggil saya kaka tapi nanti saja setelah menikah ya" kataku kemudian terkekeh. Annisa selalu saja bisa membuatku jatuh cinta oleh pipinya yang merah
Setelah aku berkata seperti itu, annisa menggambil ponselnya, focus terhadap ponselnya seakan akan menghindari aku, kadang pendangannya menuju jendela, atau terkadang menu ponsel. Begitu terus sampai akhirnya aku membangunkan dia dari rasa gugupnya
"Annisa? ayo turun" ajakku kemudian turun dari mobil, dan annisa mengikuti langkahku
Aku memperhatikan annisa, dia seperti melihat lihat panti, kadang ekspresinya bingung dan kadang seulas senyum terbentuk pada bibirnya. Aku tersenyum memperhatikah tingkah annisa, dia cantik. Selalu.
"Sini annisa biar kamu saya kenalkan ke anak anak dipanti ini"
"Assalamualaikum" aku mengucapkan salam kepada beberapa anak panti
"Waalaikumsalam, ada nak Zaid, ayo masuk zid" ibu Asih menjawab dan mengajak ku masuk
"duduk dulu, biar ibu panggilkan anak anak" kata ibu asih pergi meninggalkan ku dan annisa diruang tamu
"Kak Zaid, cie bawa pacar ya?" goda Azam kepada ku
"Kamu ini, masih kecil juga pacar pacar, nih Zam kenalin kak Annisa. calon istri kaka" kataku percaya diri, annisa yang mendengarnya hanya bisa menunduk malu, kuperhatikan lagi. Memang annisa lucu sekali jika sedang salah tingkah ya
"Kenalin kak, nama aku Azam" azam menghampiri annisa dan duduk disamping annisa
"Tapi ko muka kaka merah? panas ya? maaf ya kak disini tidak ada AC" kata Azam lagi
"Hai azam, bukan ko bukan panas-" sebelum annisa menyelesaikan perkataannya aku memotong ucapan Annisa
"Bukan zam, Itu hatinya yang panas" kataku terkekeh, annisa lucu sekali ya
"Jangan didengar ya Azam, Aku Annisa" kata annisa mengabaikan ucapanku
karena annisa asik mengobrol dengan Azam annisa sampai lupa dengan siapa dia pergi kesinipadahal niatku mengajak annisa kesini agar kami bisa saling mengenal. Tetapi malah azam yang dapat bonus mengenal annisa, hari ini suasana panti tidak terlaru ramai, kata Azam kerena ini hari minggu beberapa anak panti memilih menghabiskan waktunya diperpustakaan keliling, atau perpustakaan yang di khususkan untuk anak anak seperti mereka. azam meninggalkan annisa begitu aku datang.
"Kamu senang disini nis?" tanyaku, sambil memberikan segelas air mineral
"iya, disini nyaman" jawaban annisa diikuti gerakan tangannya menerima air dari ku
"kalau kamu senang saya juga ikut senang" kataku diangguki oleh annisa
setelah pembicaraan kami beberapa anak panti datang menghampiri aku dan annisa, mereka saling bertukar cerita, bersenda gurau, makan bersama hingga melaksanakan shalat Ashar berjamaah, aku yang menjadi Imamnya, setelah melaksanakan shalat berjamaah aku dana annisa berpamitan. pasalnya au tak enak membawa anak orang pergi terlaru larut.
"Annisa? kamu tau kenapa saya ajak kamu kepanti hari ini?" tanyaku kepada annisa, annisa hanya menggelengkan kepalanya. aku tersenyum dan menjawab
"Kata Adam, teman satu kos saya. Pdkt itu gaboleh secara langsung tetapi harus melalui proses. lihat kamu tersenyum hari ini saya anggap itu sebagai tanda 'ya' bahwa kamu juga bersedia mengenal saya sebelum kita menikah" annisa terdiam, aku memperhatikan dia yang sepertinya sedang mempertimbangkan jawaban apa yang pas untuk diucapkan
"memang siapa yang mau menikah dengan kamu? hati aku masih kosong, belum punya pemilik dan belum punya tujuan akan kemana, apalagi pasal menikah" aku hanya tersenyum mendengar ucapan annisa
"memangnya kenapa? saya siap menunggu. jika sekarang dihati saya begitu banyak diri kamu, maka di hatimu kelak akan banyak pasal diri saya annisa" jawaban ku membuat pipi annisa merona –lagi
"Kalau kamu trus merah kaya gitu, mau saya simpan dimana lagi tentang kamu? hati saya sudah full tentang kamu semua annisa, tapi cukup merah kerena saya ya, jangan untuk orang lain" aku memperhatikan annisa, dia seperti itu. Salah tingkah dan ya pipinya merona. Aku berdehem agar menghentikan kecanggungan diantar kami setelah annisa diam dan tak menjawab perkataanku lagi
"Annisa diam terus? perkataan saya ada yang salah ya? ini tempat kos kamukan?" aku mungkin memecahkan lamunan annisa, kami sudah sampai percis didepan gerbang kos annisa, mungkin annisa tidak memperhatikan dan terlaru larut dalam fikirannya
"tidak ada yang salah, aku turun ya. Trimakasih" annisa melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. tetapi sebelum itu annisa kembali membalikkan badannya dan berkata
"Hati hati dijalan, Assalamualaikum" aku sungguh terdiam, hatiku berdebar hanya karena ucapan hati hati dijalan, Benar benar kali ini aku yang di buat salah tingkah oleh Annisa. tetapi tidak lama aku menyadarkan dirinya dan menjawab
"saya pamit ya, Waalaikumsalam" kataku mengakhiri pertemuan kami. Aku melajukan kembali mobilku, setelah memastikan annisa sudah masuk kedalam tempat kostnya
- H A S I L R E V I S I-
ig: putrifadilatulb_
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
RandomFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...