"Kenapa bisa?"
"..."
"15 menit saya sampai, jangan kemana mana, tunggu disana dam" aku mematikan panggilan dari ponselku berlari menuju parkiran, kini hari hariku benar benar sempurna, Aisyah yang terluka. dan Annisa yang Sakit karenaku
aku berlari di koridor rumah sakit, mencari keberadaan Annisa humairahku, Annisa sakit karena aku, karena aku yang melupakan sebuah janji kepadanya. Aku yang mengabaikan Pesan dari Annisa. Sungguh ini benar benar penyesalan bagiku, menghiraukan pesan singkat yang akhirnya malah melukai Annisa, Humairahku
"Santai sedikit Zid" aku menoleh saat mendengar suara seseorang, Adam yang sedang duduk diruang tunggu dan aku yang panic hanya bisa mundar mandir begitu terus
"Bagaimana bisa santai dam? Annisa!" Adam tersenyum mengajaku Duduk
"Tenang, Annisa hanya pingsan bukan koma"
Aku menghela napas ketika adam mengatakan hal itu, ini tidak bisa. Adam tidak berada di posisiku yang mengkhawatirkan annisa, tetap saja walaupun annisa hanya pingsan tetapi bagiku ini masalah yang besar.
"Tapi dam, ini karena saya" Adam menggeleng mendengar jawabanku
"Bukan dia hanya telat makan" kata adam menjawab ucapanku
"Oleh karena itu, dia melupakan makan siangnya karena menunggu saya dam, dan bodohnya saya mengabaikan pesannya karena lagi makan bersama Aisyah" Adam bangkit dari duduknya kemudian berkata kepadaku.
"Sudah saya katakan, jangan egois Zaid. saya rasa tugas saya sudah selesai, Saya permisi"
"dam tunggu" aku bangun dari dudukku ketika adam tiba tiba akan pergi
"kenapa lagi"
"trimakasih" katakaku
Tidak ada jawaban dari adam, dia pergi meninggalkan keheningan disini. Aku menghela nafas gusar dan merenung segala hal yang lagi lagi terjadi hari ini. Aku tau dari raut wajahnya adam dia benar benar kecewa kepadaku. Aku juga tahu adam pergi begitu saja bukan karena tidak peduli. Tetapi dia menginginkan aku berfikir lebih keras bahwa aku melakukan kesalahan.
"Zaid masih lama? perut saya sakit. bisa tolong keperpustakaan sekarang?" From Annisa
Aku memperhatikan ponselku, melihat pesan singkat dari 2 jam yang lalu, pesan yang seharusnya aku lihat dan tidak membuat annisa sakit. dan sekarang Annisa sudah aku antar pulang ketempat kosnya. tanpa ada pembicaraan diantara kami, aku mengerti perasaan Annisa dan aku tidak ingin memkasakan kehendaknya agar annisa tidak marah kepadaku. kali ini kesalahku sudah benar benar Fatal.
"Cepat sehat ya, Lusa nanti saya janji mau ajak kamu kesuatu tempat. Insyaa Allah kamu suka tempatnya, Makan roti dan obatnya. selamat istirahat Annisa, Assalamualaikum" To Annisa
"tidak perlu berjanji, iya terimakasih. Waalaikumsalam" From Annisa
Aku benar benar merasa sangat bersalah kepada Annisa, Semuanya harus diperbaiki secepat mungkin. aku tidak ingin hati Annisa hancur begitu saja. Tidak.
Sore ini aku mendapatkan pesan singkat dari seseorang yang entah maunya apa, dengan cara mengingatkan hal hal kecil, seperti sudah makan belum. Atau hal yang tidak jelas. Aku kurang memahami maksud dan tujuan orang ini apa
Berjalan keluar dari kamar, menuju garasi mobil. Laptopku tertinggal didalam mobil, maka dari itu aku memutuskan untuk turun dan mengambilnya. Membuka pintu mobil, mencari sesuatu yang aku butuhkan.
Memperhatikan sekitar mobil, kemudian fokusku tertuju kepada sebuah buka berwarna softpink, ada ukiran nama dibuku itu, dan aku yakin sekali buku ini bukan sekedar buku yang bisa dibeli bebas ditoko took buku. Buku ini memiliki ukiran nama yang dilapisi tinta emas, ini timbul dan tidak murahan
"Annisa Humairah" gumamku pelan
Ah ternyata buku ini milik annisa ya? Jadi aku memiliki alasan untuk bertemu dengan diakan? Tetapi aku agak bingung ketika sampul itu terbuka dan mendapati catatan kecil diujung kanan pada lembara buku tersebut
"tidak ada yang tidak mencintai kamu, ummi dan papa selalu menyayangi kamu. Dari jauh sini, dari tempat yang mungkin akan menjadi tempatmu juga kelak. Barakallah Fii Umrik nisa" –Ummi&Papa
Siapa yang tau tentang buku ini? Buku yang ternyata hadia dari Ayah dan ibunya annisa, tidak ada tanggal dan usia berapa buku ini diberikan. Bukan sengaja buku ini aku buka, tapi benar benar ketidak sengajaan. Saat buku tiba tiba terjatuh dan terbuka pada halaman pertama.
Setelah memastikan pintu mobil terkunci aku berjalan kembali memasuki kamar, membenamkan diri diatas kasur dengan selimut yang melapisiku. Melirik ponsel yang bergetar, malas sekali sebenarnya aku. Walaupun hanya untuk mengangkat telepon tetapi rasanya tetap ya begitu.
"Assalamualaikum ummi" kataku setelah menggeser tombol hijau pada ponsel pintar ini
"Waalaikumsalam, lama sekali angkat telephonnya"
"hehe maaf"
"paketnya sudah datang?"
"mi sebenarnya siapa sih yang rajin kirim paket dan uang itu? Ummi ya? Kan rekeningku sudah cukup ummi isi terus, lagipula honor dari mengajar madrasah cukup bagi zaid sendiri mi"
"kan ummi sudah kata bukan dari ummi zid, gunakan uangnya dengan baik ya, sudah ummi hanya ingin mengatakan hal itu, Assalamualaikum"
"waalaikumsalam" aku menyimpan kembali ponselku keatas nakas, bangun dari kasur menuju kamar mandi, ternyata tak terasa adzan magrib menyadarkanku banyak waktu yang telah terbuang karena aku hanya berdiam tanpa banyak hal yang aku lakukan.
Setelah shalat magrib aku mendengar ketukan pintu, bangun dari sajadahku. Melipatnya dan membuka pintu. Adam ada dihadapanku, beridiri disana dengan membawa bungkusan pelastik, aku mengajaknya masuk dan dia langsung masuk tanpa menolak
"sudah lama tidak makan bak mie bu min berdua zis, hari ini saya beli dua bungkus untuk kita" katanya dengan gerakan mengaluarkan dua kota dari plastic tersebut dan memberikan kepadaku. Aku menerimanya
"saya minta maaf zid, aneh sekali kita bertengkar hanya karena perempuan" katanya aku terkekeh dan hanya mengangguk
Banyak hal kami bicarakan, tentang masalah kampus ataupun masalah lainnya, membicarakan tentang bakmie bu min, itu adalam mie ayam tempat pertama kami bertemu aku dan adam. Dulu bu min juga yang memberikan alamat kos yang sekarang kami tempati. Sebelumnya kami pisah kos, tetapi setelah rekomendasi dari bu min tempat inilah yg sekarang kami tempati.
Adam mengatakan bagaimana sedihnya aisyah karena ulahku dikantin waktu itu, aku menghela nafas mendengarkan tuturan dari adam. Kami larut dalam permbicaraan. Hingga jam menunjukkan pukul 11 malam adam pamit meninggalkan aku
"tidak akan ada hati yang Hancur, tidak untuk Annisa dan tidak untuk Aisyah" - Muhammad Zaid
- H A S I L R E V I S I-
ig: putrifadilatulb_
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
RandomFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...