"Gimana kencannya? seru?" aku kaget ketika mendengar suara Aisyah
Apa maksud dari perkataanya tadi? Kencan? Padahal in jam 10 siang, biasanya Aisyah ada jam dihari ini dan dijam segini. Tetapi entah kenapa dia tiba tiba ada dihadapanku. Memberikan pertanyaan yang agak aneh ditelingaku
"Tidak ada yang kencan Aisyah" Aisyah tersenyum menanggapi jawaban dariku
"Bunga merah, untuk perempuan yang pipinya merah? lucu sekali bukan?" aku benar benar heran, dari mana Aisyah bisa tau bahwa aku memberikan sebuah bungan kepada Annisa?
"Kenapa? bingung aku tau dari mana?" aku hanya menggeleng
"Saya tidak kencan dengan Annisa, dia bukan wanita yang mudah saya ajak keluar Aisyah. Saya anggap pertemuan kita itu perkenalan, sekaligus ucapan permintaan maaf" Jawabku
"Ohya? lantas kamu itu mengasuh? atau menjadi kaka yang menghibur adiknya?" aku menggeleng lagi
"tidak seperti itu Aisyah" Aisyah tersenyum menunggu penjelasan dariku, mungkin dilihat dari mimic wajahnya yang menuntut jawaban lebih
"Tidak seperti yang kamu bayangkan"
"Lantas seperti apa? apa harus membahagiakan perasaan wanita lain dan melukai aku yang ada disini?" aku terdiam membiarkan Aisyah melanjutkan perkataannya
"Setega itukah Zaid?" aku tetap diam tidak menjawab perkataan Aisyah, aku sejenak berfikir kemudian Berkata
"Lantas saya harus seperti apa Aisyah? memilih diantara kalian? Itu tidak akan pernah terjadi, karena dari dulu hingga saat ini kamu bukan pilihan saya Aisyah, Kamu akan tetap menjadi sahabat sekaligus adik bagi saya" aisyah memandang aku sekilas, setelah itu menunduk menangis
"begitukah? Maka ikhlaskan aku untuk pergi Zaid" aku menggeleng
"Memang kamu ingin pergi kemana? biar saya yang antar" Aisyah menggeleng
"Jangan terus bercanda, tidak ada yang lucu dalam hal ini" aku tersenyum sebentar
"Saya tidak bercanda, Apalagi pasal perasaan saya" Ujarku membuat aisyah menoleh sebentar, setelah itu menunduk lagi
"Berhentilah mengucapkan sebuah kebohongan Zaid"
"Tidak Ada yang berbohong"
"Apa yang kamu sembunyikan didalam hatimu terbaca oleh Matamu, jadi berhenti bisa kah Zaid?" tidak ada jawaban dari ku. Aisyah pergi meninggalkan situasi perpustakaan yang sepi.
Aku menghela nafasku, apalagi kali ini? Aisyah menyuruhku memilih tetapi sebenarnya dia ingin aku tetap berada disampingnya, aisyah memang agak egois dalam masalah keinginan. Tetapi dia tidak pernah memiliki dendam.
Aku bangun dari tempat dudukku, meninggalkan perpustakaan. Tetapi bukan untuk mengejar aisyah. Jika dikejar maka aku akan disalahkan seudahnya. Jadi aku memutuskan untu pergi kepanti, mungkin disana bisa menenangkan segala fikiran yang menggangguku.
Aku terdiam ditaman Panti, memikirkan segala hal yang Aisyah katakana kepadaku. Mengatakan beberapa hal yang sebenarnya tidak aku pahami dengan jelas "Ikhlaskan" dalam bentuk apa yang seharusnya aku pahami.
"Diminun dulu Zid, melamun terus" ibu panti menyodorkan segelas Air putih kepada ku, aku menerimanya dengan bibir yang tersenyum
"Karena Aisyah dan Annisa?" ibu asih bertanya kepada ku, dan hanya dijawab dengan anggukan olehku
"Perempuan memang sulit ditebak, apalagi jika sudah berurusan dengan hatinya, maka kita harus bisa pandai memahami apa yang mereka inginkan. Siapa yang meminta kamu memutuskan pilihan Zid?" Ibu asih bertanya kembali kepada ku
"Aisyah bu" Ibu asih mengangguk kemudian Berkata
"Maka pilihlah Aisyah, Annisa belum terlalu jauh mencintaimu, tidak sejauh Aisyah" aku menggeleng
"Maka tinggalkan Aisyah untuk Annisa" aku menggeleng lagi
"Ya sudah, Ambil air Wudlu, tanyakan kepada Allah melalui Shalatmu Zid. Sebelum semuanya menjadi semakin rumit" Hanya anggukan kecil yang aku berikan. Setelah itu aku tersenyum saat tangan bu asih mengusap rambutku sekilas setelah itu pergi meninggalkan ku.
aku menggulung kemejaku sebatas sikut, menggulung celanaku hingga betis, menyalakan keran air, membasuh beberapa bagian. Setelah itu aku berjalan menuju Musholah. Melaksanakan shalat Dzuhur yang dilanjutkan dengan shalat Istikharah, meminta sebuah Jawaban dari semua hal yang tidak dipahami oleh ku sendiri.
Setelah melaksanakan shalat aku membuka Al – Qur'an. Membaca dengan hati yang mengingkan sebuah Jawaban, membaca dalam keheningan.
"Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu dan dari jiwa yang satu itu Dia menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Dia memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak." (An-Nisa': 1)
aku tersenyum ketika membaca Arti pada surah An-Nisa ayat satu, aku mendapatkan sebuah Jawaban. aku mengerti mengapa aku tidak bisa dengan mudah mendapatkan Annisa, aku mengerti mengapa aku tidak bisa mencintai Annisa mungkin karena keyakinanku bahwa Annisa adalah jodoh bagiku. Aku yakin atas semua hal itu.
"Untuk Aisyah,
Apa yang kamu inginkan dari saya Aisyah? Menjalani hidup bersama denganmu? Apakah kamu sudah sesiap itu ketika kamu menginginkan saya memilihmu disbanding Annisa? Apakah kamu sudah meyakini peresaanmu terhadap saya? Jika sudah maka kita akan menikah, tapi sebelum itu bolehkan saya bertanya lagi?
Perempuan diciptakan dari tulang rusuk, jika saya memaksakan kamu maka tulang rusukmu akan patah, bahkan kamu akan merasakan sebuah luka mendalam sebanyak 2 kali Aisyah, Karena patahnya tulang rusukmu, dan patahnya hatimu. Sudah siapkah? Apa jadinya jika ternyata saya Bukan permilik tulang rusukmu itu?
Tanyakan kepda-Nya tentang perasaanmu sataa ini ya Aisyah, saya tidak ingin kamu menyalahkan Annisa, dia tidak salah. Tolong pahamlah sedikit. Karena mencintai tidak harus memiliki. Mengetilah Aisyah, kamu penting bagi saya, dan Annisa penting dihati saya
-M. Zaid"
Aku melipat surat tersebut, memasukan kedalam saku jaketku. Menyimpan buku dan Bolpain kedalam laci kamarku, setelah pamit dari panti aku langsung menuju rumah kos, menduduki diri diatas kursi. Dan menulis surat untuk Aisyah. Setelah hampir 4th aku mengenal Aisyah. aku paham bahwa Aisyah bukan perempuan yang mudah diajak bicara secara perlahan. Maka dari itu aku memutuskan menulis surat untuk Aisyah.
"Memilih tak seharusnya sama seperti yang kita inginkan, tetapi cobalah mencari yang diinginkan untuk dipilih. Karena semua hal yang dipilih, seharusnya memilih kita juga" –M. Zaid
- H A S I L R E V I S I-
ig: putrifadilatulb_
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
RandomFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...