"Mau makan apa? biar saya yang teraktir" ak bertanya kepada Aisyah, hari ini Aisyah mengajakku makan siang bersama, aku tidak menolak. karena aku sendiri yang Berani memulai ini semua dan akupun harus berani menanggung semua resikonya
"Pempek aja, Kamu? Bakso tanpa Bawang daun dan baksonya yang kecil ajakan? kamu yang bayar biar aku yang pesen ya" aku tersenyum mendengar perkataan Aisyah, memang dalam segi apapun aisyah yang mengetahui segala hal, tapi masalah hati tidak untuk Aisyah, hanya Annisa. tidak ada yang lain
"dan ya, Minumnya teh tawar melati pakai es? bener kan?" aku mengangguk dan tersenyum, benar bukan? Aisyah tau segalanya.
Aku memperhatikan kepergian Aisyah, mengapa aku tidak bisa mencintai Aisyah? Mengapa aku tidak bisa membuka hati untuk Aisyah? ini terlalu sulit jika harus difikirkan, memikirkan Aisyah, aku jadi teringat tentang Annisa, tanpa fikir panjang ku keluarkan ponsel, mencari kontak Annisa dan dengan cepat menghubungi Annisa
"Sedang dimana? saya menganggu?" To Annisa
"di perpustakaan" From Annisa
"dengan siapa?" To Annisasebelum mendapatkan jawaban dari Annisa, Aisyah datang dengan nampan ditangannya, dengan sigap aku mengambil nampan dari tangan Aisyah, Aisyah tersenyum kemudian duduk dihadapanku.
"Saya tinggal ke toilet sebentar ya" aku bangun dari kursi setelah Aisyah mengangguk menjawab Pertanyaannya tadi
Setelah ketoilet aku langsung kembali lagi menghampiri aisyah, duduk didepannya. Tidak langsung bertanya. Tetapi aku tahu bahwa ada hal yang mengganggu fikiran dia saat ini, dari dulu aisyah bukan perempuan yang bisa menurtupi sesuatu dengan baik
"Kenapa?" kataku menyadarkan Aisyah dari lamunannya, tetapi dia hanya menggeleng dan tersenyum
"Maaf ya saya lama" Lagi lagi Aisyah hanya menggeleng dan tersenyum
"Tadi ponsel kamu bergetar" aku dengan cepat meraih ponselnya
"Ohh, cuma pesan singkat, dimakan ya ais, gaenak nanti dingin" Aisyah hanya merespon dengan anggukan saja
Aku tau alasan dari berubahnya mimic wajah Aisyah, tetapi tidak aku katakan. Yang aku inginkan aisyahlah yang mengatakan segalanya kepadaku. Pesan singkat dari annisa yang jelas jelas merubah ekspresi wajahnya.
kami larut dengan makan masing masing, tidak ada yang memulai pembicaraan. Ku perlihatkan aisyah tidak memakan makanannya dengan baik. Dia hanya sesekali mengaduk dan terdiam. Begitu terus, perempuan memang sesensitif itu ya?
Melihat perbedaan pada raut wajah Asiyah yang semakin terlihat jelas, aku dengan cepat memindahkan mangkuk bakso dihadapanku, sekilas ku perhatikan wajah Aisyah yang kelihatannya memikirkan banyak hal, tanpa fikir panjang aku bertanya kepada Aisyah
"Ada perkataan saya yang salah Aisyah?" kataku
"tidak apa apa"
"Aisyah? kata adam jika seorang perempuan mengatakan tidak apa apa, berarti dia kenapa kenapa, Ada apa Ais?" Aisyah menoleh kepadaku dan menjawab
"aku bertanya boleh Zid?" aku mengangguk dan tersenyum
"Siapa Humirah yang kamu maksud Zid?"
Aku terdiam mendengar pertanyaan dari aisyah, jadi benarkan? Hanya karena aku mensave nomer annisa dengan "AHumairah", Aisyah langsung memiliki ekspresi yang jauh berbeda dari biasanya, aku tak sempat menjawab pertanyaan dari aisyah, tetapi dia langsung mengatakan sesuatu lagi kepadaku
"Jadi benar dia Perempuan itu? Perempuan yang kamu kasih cokelat 2 minggu lalu? Perempuan yang kamu ceritakan kepada Adam? Permpuan yang kamu ajak kepanti? dan Perempuan yang bikin kamu gak bisa buka hati sama aku?"
Aku hanya mendengarkan segala hal yang dia ingin katakan, aku biarkan agar dia bisa meluapkan segala rasa yang ingin dia ketahui, dan diriku pribadi jadi tidak harus repot repot menjelaskan sesuatu yang seharusnya aisyah ketahui
"Mengapa memberi harapan kalau begitu Zaid?" Aisyah bertanya lagi
"Saya sudah bilang mari kita mencoba Aisyah" Aisyah menggeleng mendengar jawaban dariku
"Apa yang harus dicoba Zaid ketika hatimu tidak mencoba sedikitpun untuk aku, dan tidak mencoba berhenti mencintai humairahmu itu?"
Aku tersenyum mendengarkan ucapan aisyah, saling terdiam. Membiarkan gemuruh dihatinya mereda, Aisyah salah mengartikan sesuatu yang dimaksud oleh zaid. Dia pandang aisyah yang sedang menunduk dengan wajah yang ditekuk\
"sudah ais?" tanyaku
"Aku seperti wanita murahan kan? mengejar laki laki yang mencintai wanita lain?" aku menggeleng mendengar jawabannya, maksudku bukan seperti itu, tetapi tetap Aisyah sudah dikuasai oleh rasa marahnya
"tidak seperti itu Aisyah, berhenti berkata yang tidak tidak. Apasalahnya mencoba?"
"tidak ada yang salah, hanya saja kamu yang berbuat salah Zaid, Annisa dan Aisyah? siap yang lebih kamu pilih?" aisyah bertanya lagi
"tidak bisa Aisyah" Aisyah tersenyum menanggapi ucapan ku
"Begitukah? Zaid jangan mematahkan hati seseorang yang memperlakukan kamu layaknya harta miliknya sendiri" Aisyah bangun dari duduknya berniat pergi meninggalkanku, aku tahu sudah ada ledakan dalam dirinya dan begitulah aisyah. Tidak bisa menyembunyikan sesuatu dengan baik
"Saya tidak berniat sedikitpun untuk mematahkan Hati kamu, Maaf Aisyah" Jawabanku diangguki oleh Aisyah, aisyah meninggalkan aku sendirian. Berlari melupakan sebuah Kenyataan tentang luka dihatinya
Aku tidak mengejar aisyah, meminta maaf atau menghiburnya dengan kata kata manis, bagiku itu malah yang akan membuat dia seakan akan menaruh harapan yang jauh lebih dari ini, aku tahu aisyah menangis.
Pandanganku tidak luput dari kepergiannya, sampai aisyah tidak benar benar terlihat lagi. Aku bangun dari kursiku, meninggalkan saksi dari luka yang aisyah rasakan. Meninggalkan tempat ini dan melangkahkan kakiku menuju tempat yang entah akupun tidak tahu akan kemana.
"Begitu ya mencintai dan dicintai, sulit" –Muhammad Zaid
- H A S I L R E V I S I-
ig: putrifadilatulb_
KAMU SEDANG MEMBACA
KHUMAIRAHKU
RandomFollow Sebelum baca ya, Karena Judul tidak desertai dengan Urutan Nomor. Maka dari itu membedakan yang di Private sama yang tidak agak sulit. Timakasih Zaid hati perempuan itu bagaikan cermin, lantas dengan semua Ucapanmu tentang memberanikan diri...