"RISTAAAAAAAAAAA!!!!!!!"
Teriakan pagi buta, dengan suara melengking menusuk telinga, sudah pasti kelakuan Aning. Rista bertekad membunuh gadis itu begitu membuka kamar. Tak hanya teriakan, gedoran di pintu mulai sahut menyahut. Persis orkes topeng monyet yang kadang manggung di samping kosan. Rista heran mengapa kamar lain tak melempar gayung atau menyiram air pada Aning yang selalu berisik. Ah iya, mereka tentu malas bersih-bersih lantai.
"Rista, kalau kau tidak membuka pintu, tunggu bom kentutku meledakkan kamarmu ya?!"
"TUNGGGUUUUUUU!!!!" Kini Rista yang balas berteriak. "Akan kubunuh kau kalau sampai kentut di kamarku lagi!" Rista ingat dia pernah muntah-muntah dan perlu menghabiskan setengah parfum semprotnya hanya untuk mengusir kentut Aning yang bau jengkol.
"Makanya cepat buka pintu, dasar bontot!"
Memang kelakuan Aning, selain suka kentut sembarangan dan membuat orang mati sesak napas, senang memanggil orang dengan apapun umpatan yang melintas di kepalanya. Kadang Rista bontot, Rista sialan, atau Rista gila. Untung saja bukan nama-nama kebun binatang.
"APA SIH?"
"SELAMAT ULANG TAHUUUUUUN!!!" Teriak semua orang yang mengekor di belakang Aning, bersamaan dengan gayung dan seember air yang sudah membuatnya basah kuyup.
"Oke makasih akhirnya mandi pagi!" keluh Rista dalam hati, dan yang keluar dari mulutnya cuma kata-kata, "Uh!
"Biar makin sempurna, ini sabunnya," Erie mengalungkan sabun cuci baju.
"Ini samponya," Ketty tak mau ketinggalan.
"Sikat gigi jangan lupa," Tara meraih genggaman tangan Rista.
"Apalagi pasta gigi!" Gina meringis.
"Dan terakhir," Aning menepuk-nepuk pintu kamar seperti menyambut acara utama. "Silahkan nona Cucu,"
Dan dari arah lorong, Cucu membawa sebuah pel lantai lengkap dengan ember kosong. Dia tersenyum manis sekali. Mencurigakan.
"SELAMAT MENGEPEL LANTAI!!!" teriak Cucu tepat di kupingnya.
Semua orang tertawa terbahak-bahak, tanpa merasa berdosa membuat hari ulang tahunnya bagaikan di neraka. Semua menarik pipinya, menepuk-nepuk rambutnya yang basah, dan mengerling sok cantik sembari masuk kamar.
"Oh iya, kue ada di kulkas ya. Ambil aja. Ngomong-ngomong, kuenya enak loh," ucap Cucu sembari menutup pintu.
Berada dalam kondisi basah kuyup, berkalung sabun cuci dan sampo rambut, memegang sikat dan pasta gigi, dan juga masih harus menghadapi ember dan pel lantai, Rista hanya bisa berjongkok. Bagaimana dia bisa punya teman satu kosan segila ini sih?!
---
Awal masuk kosan Rista tidak mengenal satu pun penghuni kosan. Alasan Rista memilih tempat kosnya yang sekarang adalah ukurannya luas berharga murah untuk sekitar kampus, juga halaman depan luas dengan rumput-rumput rendah. Cocok untuk tidur-tiduran melihat Bintang kalau malam. Halaman belakang, yang menghadap jendela kamar, ditanami mawar yang merambat di tiang-tiang besi sebelum tembok belakang, yang tingginya dua setengah meter. Tiap hujan jatuh, dari samping jendela tempat biasa Rista menghadap laptop atau membaca buku, seringkali bau petrichor menghambur. Menyegarkan Rista yang suka menatap kuncup-kuncup mawar yang menari bersama hujan.
Perkenalan awal Rista dimulai saat semua penghuni kos saling berkenalan di awal ajaran baru. Semua saling mengenalkan diri, dari lantai atas sampai lantai bawah, dari mahasiswa S1 sampai S3. Samping kamar Rista, tepat sebelah kanan ada Cucu dan sebelah kiri ada Lingga, sementara manusia yang bernama Aning tepat tinggal di depan kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
phobia [completed]
Romance"Sounds like we are playing, not studying?" Itu pertanyaan Rista pada Mbak Anggra saat mendengar kriteria pengajar yang dibutuhkan oleh seorang wali murid. Didesak kebutuhan mengenyangkan perut, tanpa berpikir panjang Rista menerima tawaran mengajar...