1. That boy

321 47 6
                                    

*

"People said you're a damn trouble, I said, you're a miracle."

-

Dari berbagai jenis lelaki yang pernah aku temui di dunia ini, hanya satu yang memikat hatiku sekuat ini. Entah apa yang menjadi unggul dalam dirinya sampai bisa menarikku dalam pesonanya.

"Ayolah, Min Ah. Kenapa kau selalu memikirkannya. Pikirkan kondisimu sendiri,"

Aku hanya tersenyum getir menanggapi kakak lelakiku yang baru saja menemukan lagi lukisan yang baru kering di bawah ranjang. Seperti yang sudah-sudah aku selalu menyembunyikan lukisan bergambar wajahnya di bawah ranjang.

Sudah berkali-kali aku melarang diriku sendiri untuk memikirkan lelaki itu, tapi saying, hanya sebuah peringatan yang tidak berujung ke sebuah tindakan.

Setiap harinya aku melakukan hal bodoh yang tentunya mencantumkan dirinya dalam hal-hal tu. Seperti; melukis wajahnya, menulis namanya di setiap potongan kertas, menggumamkan namanya, mengelus pelan fotonya yang tercetak rapi, atau membuka laptop hanya untuk tersenyum sambil memandangi wajahnya yang sudah berlalu.

"Kau harus sehat, oke?"

Sekali lagi aku menatap Jaebum, kakak lelakiku, tanpa minat. Ya... selera hidupku telah dibawa pergi lelaki itu.

"Min Yoongi," tanpa sadar aku bergumam sambil menatap kosong kakakku.

Jaebum hanya mendesis frustasi. Lalu lelaki itu beranjak dari duduknya dan beralih kesisi ranjang tempat aku terbaring. Tangannya merengkuh wajahku, mengelus pelan pelipisku.

"Kita kesana kalau kau sudah sembuh, berjanji padaku untuk sembuh,"

Aku mengangguk perlahan dengan genangan air mata di sudut mataku. Aku lihat Jaebum tersenyum tipis dan menjatuhkan kecupan lama di dahiku. Sebelum dia beranjak dan membenarkan letak selimutku.

Jaebum oppa telah keluar dari ruang lingkup kamarku. Aku masih mengikuti jejaknya sampai pintu tertutup. Kukerjapkan mataku pelan, disusul dengan air mata yang jatuh. Ini menyakitkan, sungguh.

Tanganku meraih bingkai foto yang ada di atas nakas. Disana, terlihat wajah Min Yoongi yang menatap kamera dengan tatapan khasnya dan senyuman yang nyaris tidak kentara, hanya aku yang bisa melihat senyumannya, bersama diriku yang tersenyum sambil mengalungkan lengan di lehernya.

Aku mengelus pelan bingkai foto itu, tepat di wajahnya.

"Min Yoongi, nan jeomal, neomu bogoshipda. Neo eodiga?" (Min Yoongi, aku benar-benar, sangat merindukanmu. Kau dimana?)

Aku merengkuh bingkai foto itu dengan air mata terus mengalir, seperti hari-hari yang lalu.

"People said you're a damn trouble, I said, you're a miracle." Desisku pelan. Seakan aku sedang berbisik tepat di telinganya.

Apa salah jika aku mencintai lelaki seperti dia? Lelaki yang jelas baik-baik di mataku, tapi dia tidak bisa mengekspresikan kebaikannya di muka umum, dia yang bilang padaku, di malam musim semi.

Berharap dirinya kembali adalah hal yang selalu terselip di setiap doaku.

21 Mei 2024

-

this story will be continous

Challenge: 25 Days of Flash Fiction - MygWhere stories live. Discover now