14. Dizzy

75 18 0
                                    

*

"Aku merasa lelah, tetapi seharian ini aku tidak melakukan apa pun."

-

"Darimana aku menceritakannya?"

"Semua. Aku bersedia mendengarnya."

"Baiklah. Min Yoongi. Dia punya seorang kakak lelaki. Kehidupannya menyedihkan. Ayahnya selalu membandingkan dirinya yang hanya bisa menekan tuts piano dengan kakaknya yang bisa menaklukan semua rumus kimia, fisika dan matematika. Dia tidak mendengarkan itu. Ibunya yang menjadi tempat berlabuh segala resahnya meninggalkannya sejak ia duduk di bangku dasar."

"Tunggu, berarti ibunya yang baru saja tiada itu bukan ibu kandungnya?"

"Ya... itu ibu kakanya. Ayahnya poligami. Tapi ibu Ahjin, kakaknya, menerima kehadiran Yoongi dan ibunya. Itu sebuah keberuntungan."

"Baik lanjutkan."

"Ibunya mengalami kecelakaan saat tur pertunjukan orkestranya. Ibunya pemain klarinet yang hebat, aku bahkan mengidolakan bibi Shin. Bukan hanya ibu Min Yoongi yang meninggal, banyak korban yang ada. Yoongi kecil mulai berontak dan masih belum menerima kepergian ibunya. Tapi bibi Han, ibu tirinya, mencoba membujuk Yoongi pulang. Ah aku melupakan satu part, Yoongi selalu pergi ke tempat latihan orkestra ibunya. Orang-orang disana menerima Yoongi karena permainan lelaki itu dalam menekan tuts cukup mahir. Yoongi itu otodidak, perlu unni ketahui."

"Oke, oke, lanjutkan."

"Sampai mana tadi? Ah... bibi Han berhasil membujuk Yoongi dan mereka, Ayah, Ibu, dan kakaknya, hidupnya mulai seperti dulu. Walaupun ayahnya masih membandingkan keduanya. Tapi Yoongi masih menutup diri, sampai ayahku mengajakku berkunjung ke keluarga Yoongi. Unni tahukan, aku orang yang cerewet. Yoongi awalnya risih dengan kehadiranku namun lama kelamaan ia menerimaku dan mau menceritakan segala luka lamanya. Bukan semua sih, tapi aku bisa meraba setiap sikap dan arah ceritanya."

"Hmm, lalu?"

"Kakaknya itu sakit. Mmm, semacam penyakit bawaan saat kecil. Tidak bisa disembuhkan. Kakaknya itu meminta Yoongi memainkan satu lagu untuknya saat kakaknya berada pada titik terlemah. Ayahnya selalu melarang Yoongi menuruti kakanya. Unni tahukan, permintaan aneh biasanya datang diakhir. Nah, ayahnya takut saat Yoongi menuruti permintaan kakaknya yang sama sekali tidak mengenal musik itu, kakaknya pergi. Hanya sesederhana itu. Sampai di suatu saat. Hanya mereka berdua. Sebenarnya kakaknya yang datang ke tempat Yoongi. studio orkestra."

"Apa yang terjadi?"

"Kakaknya memaksa Yoongi memainkan satu lagu."

"Jangan bilang,"

"Ya... kakaknya terus berbicara melantur saat Yoongi menekan tuts piano dengan pelan. Berbicara siapa saja nama orang yang ia sayangi. Menitipkan salam ini dan itu. Pokoknya banyak. Semecam pesan terakhir. Bahkan si bodoh Mi itu tidak sadar telah menekan tuts selama sejam lebih, dengan bungkam, tak bernyanyi sama sekali. Dia bilang kakanya tertidur tanpa nafas di bahunya."

"Apa Yoongi menangis?"

"Yoongi terlalu mahal untuk menangis. Dia hanya diam. Bahkan saat ayah dan ibunya memarahinya, menyalahkannya, ia hanya diam. Dia yang selalu bergaul dengan Ahjin dan teman-temannya, mulai muak karena teman-temannya juga menyalahkannya. Hingga ia mengenal Park Jimin, Kim Taehyung, Kim Namjoon, Kin Seokjin, dan yang satu Jung Hoseok. Ah ya, Jeon Jungkook juga."

"Mereka... nuguya?"

"Teman baru yang berdampak buruk untuk Yoongi sampai saat ini. Mereka yang memperkenalkan Yoongi dengan kehidupan keras. Perkelahian, kehidupan malam, karaoke, minuman keras, rokok, pergaulan bebas, bahkan sampai narkoba yang sampai membuat Yoongi terkena AIDS semacam ini."

"Kenapa tidak ada yang memperhatikan Yoongi? Ayahnya? Ibunya?"

"Tidak ada, Yoongi yang memilih pergi. Hanya aku, sesekali aku dan dia bertemu. Sebenarnya dulu aku yang meminta dia mengajari piano. Lama kelamaaan kita akrab dan dia mulai cerita ini dan itu secara perlahan."

"Terima kasih, Rose-ah."

"gwaenchana, unni. Setidaknya sekarang tugasmu untuk menjaga Yoongi. kau tidak keberatankan kalau dia kurang? Maksudku AIDS bukan hal yang sederhana. Kau tidak akan meninggalkannya kan?"

"Aku akan berusaha."

Yoongi

Yoongi

Dan Yoongi

"Sial, Ah tubuhku." Min Ah mengubah posisi tidurnya. Sudah beberapa hari ini cerita Rose terngiang di kepalanya. Semacam pengetahuan baru. Selama ini dia terlalu susah untuk mencari siapa yang mengenal Yoongi sedekat ini.

"Aku lelah, tapi aku tidak melakukan apapun hari ini. Argh!"

26 Oktober 2021
-

this story will be continous

Saranghae,.

52

Challenge: 25 Days of Flash Fiction - MygWhere stories live. Discover now