13 Oktober 2003
Namja kecil berkulit pucat itu hanya bisa memeluk erat adiknya yang saat ini tengah menangis di dalam dekapan nya.
"Hyung, eomma dan appa kenapa dimasukan ke dalam peti itu hyung ?''tanya sang adik dengan suara bergetar.
Yoongi-namja yang memeluk adiknya itu- memejamkan matanya. Hatinya juga sangat sakit menerima kenyataan ini. Namja berkulit pucat yang berumur 11 tahun itu meneteskan air matanya sambil mendekap erat sang adik yang berumur 9 tahun itu.
"Jimin-ah, eomma dan appa sedang beristirahat "ucap Yoongi dengan suara bergetar.
'Tapi kenapa harus istirahat di dalam peti hyung ? Lagipula ini adalah hari ulang tahun ku. Apakah eomma dan appa tidak akan merayakan ulang tahun ku hyung ?"tanya Jimin dengan air mata yang mengalir dengan deras.
"Jimin-ah "lirih Yoongi tak tahan dengan situasi ini.
"Hiks...hiks...Hyung berbohong. Eomma dan appa tidak sedang beristirahat hiks..hiks.."ucap Jimin sambil menangis.
Tangan kecil Jimin memukul dada Yoongi untuk meluapkan perasaanya saat ini. Yoongi hanya bisa diam dan terus memeluk tubuh kecil adiknya itu. Dia juga sangat hancur, tapi dia mencoba untuk tetap bertahan demi sang adik, Jimin. Jika dia juga berontak maka apa yang akan terjadi kepada adiknya ? Siapa yang akan menguatkannya jika bukan dia sebagai sang kakak ?
"Jim jangan menangis "ucap Yoongi mencoba untuk tegar. Dia mengusap punggung Jimin lembut untuk menenangkannya.
Mata mereka tidak lepas dari tubuh kedua orang tua mereka yang saat ini sudah berada di dalam peti. Petugas yang mengurus jenazah kedua orang tua mereka hanya bisa menatap sendu kedua saudara itu.
"Hyung hiks...hiks..."
Jimin terus saja menangis. Namun tiba-tiba saja dia merasa dadanya terasa sangat sesak sekali. Jimin mengerang sambil mencengkeram kuat dadanya.
Bruk...
Jimin sudah tidak sanggup untuk menahan rasa sakit di dada nya itu pun ambruk sambil mencengkeram kuat dadanya. Yoongi yang melihat itu pun menjadi panik.
"Jimin-ah kau kenapa ? Jangan buat hyung takut "ucap Yoongi dengan suara bergetar.
"Ahk hy--hyung, ap---appo hiks..hiks.."ucap Jimin terbata-bata sambil menangis.
Yoongi panik saat wajah Jimin kini berubah menjadi pucat. Air matanya berjatuhan tak tahan melihat sang adik yang terlihat begitu kesakitan.
"Yoongi-ah ada apa ?"
"Samchon "ucap Yoongi dengan suara bergetar saat paman nya datang menghampiri.
Yongguk, paman dari mereka itu menatap khawatir Jimin yang kesakitan sambil mencengkeram dadanya kuat.
"Tolong Jimin samchon "ucap Yoongi dengan air mata yang deras mengalir.
Yongguk dengan segera mengangkat tubuh Jimin yang sudah lemah itu. Yoongi hanya bisa berlari mengikuti Yongguk yang membawa Jimin ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit.
"Yoongi-ah buka pintu mobil, dongsaeng mu sudah tidak sadarkan diri "ucap Yongguk panik. Yoongi membulatkan matanya lalu melakukan apa yang paman nya perintahkan.
Setelah Jimin di masukkan ke dalam mobil, Yoongi juga ikut masuk dan duduk bersama Jimin di bangku belakang sedangkan Yongguk di bangku kemudi langsung melajukan mobilnya.
*********
Beberapa jam kemudian...
Yoongi hanya bisa terdiam di samping ranjang rumah sakit. Menatap wajah sang adik yang pucat. Pandangan Yoongi terlihat kosong. Berkaca-kaca namun sepertinya dia tidak mau meneteskan air matanya.
"Kanker paru-paru, itu yang pasien derita "
Yoongi tertawa pelan. Dia menundukkan kepalanya.
"Kanker ? Kanker paru-paru ?''
Yoongi memang tidak tahu apa penyakit itu, tapi saat dia mendengar nama penyakit itu dia menyadari jika penyakit itu adalah penyakit yang parah. Apalagi saat melihat paman nya yang menangis saat dokter itu memberitahu penyakit yang Jimin derita.
"Kanker itu masih jinak, tapi secara perlahan kanker itu bisa menjadi ganas. Kami akan berusaha untuk melakukan yang terbaik demi pasien "
"Melakukan yang terbaik ? Bahkan menyelamatkan eomma dan appa saja mereka tidak bisa. Apakah bisa ?''gumam Yoongi dengan suara bergetar.
"Yoongi-ah "panggil Yongguk yang baru saja datang. Yoongi mendongakan kepalanya.
"Samchon "ucap Yoongi sambil tersenyum tipis.
Yongguk mendekati Yoongi lalu membawanya ke dalam pelukanya. Menepuk punggung keponakannya itu.
"Bagaimana dengan eomma dan appa samchon ?"tanya Yoongi dengan suara bergetar.
"Mereka sudah di makamkan Yoongi-ah. Immo mu yang mengurus pemakaman mereka tadi "ucap Yongguk pelan.
Yoongi mengeratkan pelukannya. Air matanya tidak bisa dia tahan sekarang.
"Wae samchon hiks..hiks..? Kenapa mereka harus pergi samchon ?''ucap Yoongi sambil menangis.
"Yoongi-ah, kau akan tahu nanti. Setelah kau dewasa "ucap Yongguk sambil menepuk punggung Yoongi pelan.
"Kenapa harus menunggu sampai aku dewasa samchon ? Aku bisa mengetahuinya sekarang "tanya Yoongi bingung.
"Karena belum saatnya kau untuk mengetahuinya. Kau masih kecil "ucap Yongguk sedangkan Yoongi hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Yoongi melepaskan pelukannya lalu menatap Jimin yang masih belum mau membuka matanya.
"Apa yang harus aku lakukan samchon ?"lirih Yoongi.
Yongguk mengusap kepala Yoongi lalu kembali memeluknya.
"Samchon akan berusaha yang terbaik agar Jimin bisa sembuh. Kalian berdua adalah tanggung jawab samchon, seperti apa yang di wasiatkan oleh kedua orang tua kalian "ucap Yongguk.
"Gomawo samchon"ucap Yoongi.
Yoongi masih bisa bersyukur karena meskipun dia sudah tidak memiliki kedua orang tua, tapi kedua orang tuanya masih peduli kepada mereka dengan menitipkan mereka kepada paman mereka yang sangat baik. Setidaknya dia bahagia karena ada orang yang akan menjaga nya terutama Jimin, adiknya. Karena hanya Jimin yang dia punya di dunia ini.
Bersambung.....
Halo, mian baru up FF ini 😊😊 FF ini request dari kakDewi2399, semoga suka yah kak😊😊😊
Semoga suka juga untuk Readers yang membaca FF ini juga. Saranghae😊😊😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Lie [ LENGKAP ]
Fanfiction"Manusia itu seperti bulan. Sisi luarnya terkadang membuat kita buta sehingga tidak melihat sisinya yang lain. Sama seperti bulan, kita hanya bisa melihat satu sisinya saja yang indah meskipun tahu jika bulan mempunyai satu sisi lain "