"Sajangnim "Jin yang dalam keadaan terluka dengan segera bangkit membukakan pintu mobil untuk Dongwoon. Dongwoon keluar dari mobil sambil tersenyum puas saat melihat sebuah mobil yang sudah dalam keadaan rusak, bahkan asap nampak keluar dari bagian depan mobil. Tentu saja yang membuat dia semakin senang saat melihat beberapa pengawal dari musuhnya itu sudah tergeletak tidak berdaya, ah tidak hanya itu, tapi melihat musuhnya sendiri sudah tak berdaya namun masih dalam keadaan sadar bersama istrinya.
"Saya dan yang lainnya sudah berusaha untuk melumpuhkan mereka, namun beberapa dari kami terluka dan tidak selamat"
Dongwoon menganggukkan kepalanya. Tatapan nya hanya tertuju kepada musuhnya yang saat ini tengah membantu istrinya bangkit.
"Gwenchanayo. Yang terpenting adalah mereka habis ditangan ku hari ini. Aku tidak peduli dengan mereka yang mati bahkan kau sekalipun "Ucap Dongwoon santai sedangkan Jin hanya bisa menundukkan kepalanya.
Dongwoon berjalan menghampiri Tuan Park yang saat ini tengah menatapnya tajam walaupun banyak luka yang menghiasi wajah serta badannya.
"Kau benar-benar licik "Ucap Tuan Park walaupun setelahnya dia kembali meringis menahan sakit.
"Wae ? Kau tidak menyukainya? Ck. Sayangnya aku tidak peduli"
Tangan Tuan Park mengepal. Namun kemudian dia segera membawa istrinya ke dalam pelukannya saat melihat Dongwoon yang mengeluarkan pistol dari saku jasnya.
"Ketakutan Park ?"Dongwoon tersenyum sinis. Dengan tangan yang bergetar Tuan Park juga mengeluarkan pistol yang berada di saku jasnya juga.
"Woahh, ternyata kau masih memiliki senjata "Ucap Dongwoon yang berpura-pura terkejut.
"Jika kau berani macam-macam, aku tidak akan segan menembak kepalamu itu "Ucap Tuan Park yang membuat Dongwoon tertawa.
"Tembak saja. Sebagai balasannya, aku juga akan menembak kepala istrimu itu"
Tangan Dongwoon terangkat, mengarahkan pistol itu ke kepala istri Tuan Park.
"Baiklah, kita lihat siapa yang akan menang "Ucap Dongwoon.
Dorr!
Dorr!
Dengan sadisnya Dongwoon langsung menembak tangan serta bahu kanan Tuan Park. Pistol yang dipegang oleh Tuan Park langsung terjatuh begitu saja.
"Suamiku" Pekikan panik istri Tuan Park membuat Dongwoon tersenyum puas. Jin yang menyaksikan tentu hanya bisa mematung bersama beberapa penjaga yang lain. Mereka tidak menyangka jika Tuan besar mereka akan berbuat sampai seperti ini.
"Sialan kau ahk!"Rintih Tuan Park. Dia memejamkan matanya, menahan rasa sakit dan panas yang menjalar di sekitar lengan kanan nya yang tertembak itu.
"Saya mohon, jangan sakiti suami saya. Bunuh saja saya "Ucap Istri Tuan Park dengan bercucuran air mata.
"Apa yang kau katakan!"Ucap Tuan Park dengan suara yang ditinggikan. Dia tidak menduga istrinya akan berbicara seperti itu.
"Saya mohon, bebaskan suami saya Tuan "Tanpa mendengarkan ucapan suaminya, istri Tuan Park tetap memohon kepada Dongwoon.
"Sayang sekali nyonya, aku tidak mau "Ucap Dongwoon sambil tertawa mengejek.
Jin yang melihatnya mengepalkan tangan nya, entah mengapa perasaan nya terasa membuncah sekarang. Maka tanpa sepengetahuan Dongwoon, Jin pun memundurkan langkahnya. Diam-diam dia mengeluarkan handphone nya lalu merekam aksi Dongwoon ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Lie [ LENGKAP ]
Fanfiction"Manusia itu seperti bulan. Sisi luarnya terkadang membuat kita buta sehingga tidak melihat sisinya yang lain. Sama seperti bulan, kita hanya bisa melihat satu sisinya saja yang indah meskipun tahu jika bulan mempunyai satu sisi lain "