#8 뭐라구?

489 71 9
                                    

Chapter 8 ~ Apa?

.

.

.

Mendekapmu dalam pelukku
Seperti berteriak dalam gaduh

~~~

Kyungsoo mendatangi Suho. Jujur, di saat seperti ini ia butuh bantuan hyungnya itu. Sekedar teman untuk berbagi cerita namun agaknya Kyungsoo sudah menyerah dengan persoalan ini.

Trackk

Pria itu melemparkan kalung blackpearlnya pada sebuah meja. Sementara hyungnya yang sedang bersantai, tertidur di sofa sambil menutup matanya dengan sebelah tangan, belum menggubris sama sekali meskipun ia tahu kedatangan Kyungsoo di sana.

"Hyung.. maaf, tadi aku habis mengacak acak club malam itu." Ucap Kyungsoo seraya mengangkat kakinya ke atas meja.

"Mwo?!" Kini Suho beranjak dari tidurnya dengan kasar. Jangan lupakan juga wajahnya yang terkejut setengah mati itu.

"Aish,. Terserah kau saja! Aku menyerah menghadapimu. Kalau mereka datang menyerang, kau hadapi saja sendiri eoh?!" Suho benar benar marah sepertinya.

"Malam ini aku akan pergi, hyung mau ikut?" Tawar Kyungsoo mengalihkan pembicaraan tanpa merasa bersalah.

Seperti tahu tempat tujuan dongsaengnya itu, Suho mengangguk ragu. Ia takut Kyungsoo akan kesulitan mengontrol diri setelah datang ke sana.

"Baiklah, aku ikut. Tapi ingat! Kita hanya akan makan atau minum di sana jangan lakukan hal yang macam macam."

Nasihat Suho, nampaknya tak didengar. Kini Kyungsoo merebahkan diri di sofa terlihat sangat santai padahal sebenarnya, berjuta rasanya ingin ia keluarkan saat itu juga.

"Yak!! Neo araseo?!" (Apa kau mengerti?) Suho kembali berteriak pada pria di hadapannya itu.

"Ndee.. arasoyo sajangnim." Kyungsoo sedikit malas dan bermain main dengan nada bicaranya itu.

***


Tes tes

Kalau kau pikir itu adalah suara hujan, mungkin jawabanmu belum tepat.

Wendy,.
Gadis itu tak mau kalah dari Kyungsoo, ia pun mencurahkan isi hatinya pada seseorang saat ini.

Tapi apa yang membuat gadis itu perlahan menjatuhkan air matanya? membuat suara tetesan meski dengan frekuensi lemah.

Piiip piiiip 📈

Berkali kali layar monitor yang tersambung pada tubuh seorang wanita paruh baya itu mendengungkan suara nyaring yang stabil. Meski itu pertanda baik, namun Wendy lelah mendengarnya. Hatinya terkoyak berkali kali melihat ibunya terbaring lemah seperti ini.

"Eomma,." Suaranya sedikit bergetar, jangan lupakan siluet matanya yang digenangi air itu.

"Apa yang harus kulakukan?!" Wendy tak tahan untuk tidak menangis. Hanya saat tertentu gadis itu bisa meluapkan emosi kesedihannya seperti ini.

Wendy menangis bukan karena ia lemah justru karena gadis itu kuat dan sudah terlalu banyak menyimpan luka hingga harus berakhir dengan tangisan itu.

"Hiks." Ia menggigit bibir bawahnya dan sedikit terisak namun Wendy tetap ingat, kalau ia tak boleh berlarut dalam kesedihan seperti ini.

Puissance [Wensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang