Kirana berjalan menuju kantin dengan langkah cepat. Ia khawatir dengan sahabatnya itu sejak melihat nya di tarik paksa oleh Arvin, dan yang membuat Kirana geram saat Arvin memasuki kelas dengan santainya tanpa merasa bahwa ia baru saja melakukan kejahatan. Sejak tadi Kirana tdak bisa fokus belajar dan terpaksa harus mengabari Ben saat Sheila tidak kembali ke kelas.
Ia berdiri di pintu kantin mencoba mencari sosok Sheila di dalam kantin, sampai akhirnya matanya menangkap tiga orang yang sedang duduk santai di bangku pojok.
Ia berjalan cepat menuju tempat Sheila, Devan dan juga Ben. Kirana berdecak kesal, ia khawatir terhadap gadis itu dan dia melah enak-enakan makan sambik ketawa-ketawa.
"Ya ampun Shel, lo kemana aja sih? Gue khawatir banget tau sama lo waktu tu si es batu tiba-tiba nyeret lo keluar kelas. Eh, lo nya malah asik-asik makan di sini nggak ngajak gue," seru Kirana saat sudah duduk di sebelah Devan dan di hadapan Sheila.
Sheila menyeruput es tehnya pelan mengabaikan kirana yang mengomel membuat Kirana mendecak kesal.
"Ishh, ngeselin lo yah. Lo nggak papa kan?" Kirana kembali bersuara, menatap ke arah Sheila.
Sheila mengangguk singkat. "Nggak papa, nih gue udah di hadapan lo tanpa lecet sedikit pun kan."
"Si es batu itu nggak ngapa-ngapain lo kan?
Sheila hanya diam dan kembali menyantap makanan nya. Ia tidak ingin membahas itu dulu.
"Yee, diem lagi."
"Lo nggak laper apa Na, dari tadi ngoceh mulu," timpal Devan malas.
"Laperlah, kalau nggak laper ngapain ke kantin."
"Yaudah sana pesen," usir Devan. Kirana mencebikkan bibirnya kesal lalu segera beranjak dari tempat duduknya. Ben yang melihat itu hanya menggelengkan kepala.
🌼🌼🌼
Sheila melirik jam yang bertengger di pergelangannya, menunjukkan pukul 15.50 WIB. 10 menit lagi sebelum bel berbunyi.
Ia mengambil hp dari sakunya lalu membuka aplikasi Line nya, ia sedang sibuk mencari nama seseorang untuk di kiriminya pesan.
Sheilaadera.w : gue minta maaf kalau lo benci sama gue, gue cuma mau berteman aja kok.
Sheila mematikan hpnya setelah mengirimkan pesan itu, ia sudah bertekad kembali berjuang dan mencoba tak mempedulikan kata kata pedas pria itu. Siapa lagi kalau bukan Arvin.
"Ngapain sih Shel, main hp mulu lo. Di lirik pak Bio tuh," bisik Kirana yang melihat Sheila sedari tadi sibuk dengan hp nya.
"Eh?"
"Lo ngapain sih?"
"Nggak ngapa-ngapain," ujar Sheila lalu meletakkan hp ny di bawa laci. "Eh Na gue mau nanya deh."
"Apaan?"
"Kenapa yah Arvin nggak suka sama gue?"
Kirana menepuk jidatnya sendiri kesal. Pertanyaan macam apa itu? Harus yah di tanyakan pada Kirana.
"Lo belum sadar juga Shel?"
"Sadar apa?"
"Lo itu cuma nyakitin diri lo sendiri," omel Kirana pelan sambil melirik sinis ke arah Arvin yang duduk tenang memperhatikan pak Bio yang sedang menjelaskan.
"Tuh liat dia, masih banyak kok cowok ganteng di sekokah kita selain dia," ujar Kirana.
"Gue nggak liat dari kegantengan kok."
"Trus apa? Kebaikan?"
Sheila bungkam tidak tau harus menjawab apa.
"Gue akan berusaha."
"Sampai kapan?"
"Sampai bapak nya khon guan balik, gitu," Ledek Kirana yang membuat Sheila mengerucutkan bibirnya.
"Ish liat aja nanti."
"Gue liatin."
"Doain juga."
"Ogah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen FictionSheila datang bukan untuk membuat hari-hari Arvin berantakan. Ia hanya seorang gadis dengan rasa penasaran karena baru pertama kali merasakan jatuh cinta sayangnya dia bukan tipe mencitai dalam diam dan itu membuat Arvin kesal. Awalnya tujuan Sheil...