Sheila memasuki pintu rumah dengan langkah tak bersemangat. Ia merabahkan badannya di sofa sambil sesekali memejamkan matanya.
Ia teringat kejadian di gerbang tadi ketika Sheila ingin berbicara kepada Arvin, tapi cowok itu tak menghiraukan dan terus melangkah. Lagi-lagi gagal.
Sheila terus memikirkan perkataan Arvin bahwa cowok itu membencinya.
"Jauhin gue. Berhenti jadi cewek MURAHAN, gue benci sama lo."
Sheila sedih dan sakit hati, tapi entah kenapa dia tidak ingin menyerah. Ada satu hal yang membuatnya ingin terus berjuang, tapi dia tidak tau itu apa. Arvin, pria itu punya daya tarik tersendiri di mata Sheila. Mungkin Arvin terlihat kejam tapi di mata Sheila itu hanya seperti topeng untuk menutup luka yang entah di sebabkan oleh apa, Sheila yakin itu.
🌼🌼🌼
Sheila menuruni anak tangga dengan malas. Hari ini papanya tidak pulang lagi, jujur dia kesepian tapi dia mengerti papanya bekerja untuknya, Sheila sadar dia dapat hidup enak begini berkat papanya, maka dari itu dia tidak pernah membencu papanya.
"Non makan dulu, udah bibi siapkan," Seru bi Susi saat melihat Sheila menuruni tangga.
"Iya bi."
Sheila duduk di meja majan dengan tidak semangat. Ia mengambil minuman yang tersedia di meja makan lalu mulai meminumnya.
Ting
Ia mendengus kesal. "Siapa lagi sih, nggak tau apa gue lagi kesel."
Ia segera mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja dan melihat pesan yang masuk di hpnya, hampir saja ia tersedak oleh jus yang di minumnya. Sheila melototkan matanya tak percaya.
"Gue ggak salah liat nih?" tanya nya sumringah entah pada siapa.
"Mimpi apa gue, dia ngebales chat gue."
Ia membuka aplikasi hijaunya untuk membaca Chat tersebut.
Arvinyuan: ggak perlu minta maaf, lo ggak salah gue yang salah.
Sheila menatap tak percaya pesan yang dikirim oleh Arvin. Baru saja cowok itu marah dan mengabaikan nya, tapi sekarang dia sudah mendapat pesan dari Arvin. Sheila sangat senang, moodnya kembali.
🌼🌼🌼
Arvin mendudukkan dirinya di samping Rafa, ia meletakkan jus jeruknya di atas meja lalu melirik ke arah Rafa yang sedang memainkan ponsel nya.
"Ngapain sih lo di hp gue?" tanya Arvin bingung yang melihat Rafa yang sedari tadi terus tersenyum.
"Main game," jawab Rafa sekenan nya.
"Main game senyum-senyum? Kayaknya ada yang nggak beres nih," curiga Arvin berusaha merebut ponselnya dari tangan Rafa.
Arvin memelototkan matanya, ia menggeram kesal mendapati pesan yang di kirim Rafa untuk Sheila.
"Gila pala lu pe'a banget, ngapain lo chat dia," geram Arvin pada Rafa yang dengan tidak sopan beraninya membuka room chatnya dan mengirimi Sheila pesan, cewek yang di bencinya. Arvin berusaha merebut ponselnya tapi Rafa tak membiarkannya.
"Nggak pa-pa lah, gue yakin sekarang dia pasti lagi loncat loncat ggak jelas, secara gitu dia suka sama lo," tebak Rafa dengan nada bangga.
Sialan!
Arvin sudah bisa menebak bagaimana reaksi wanita itu, ia akan semakin besar kepala dan semakin gencar mendekatinya. Arvin benci ini.
"Lagian kenapa sih lo nggak buka hati aja."
Arvin mendengus kasar mendengar pertanyaan Rafa.
"Gue nggak suka sama dia," jawab Arvin kesal.
"Yakin lo? Sheila cantik loh, jangan nyesel yah kalau tiba-tiba di rebut sama yang lain," ucap Rafa mengejek.
"Nggak akan nyesel."
"Masa?"
Arvin berdecak kesal. "Lo ngapain sih ke sini? Bukan nya ngehibur malah ganggu" kesal Arvin.
"Wah, lo jahat. Ngusir nih?"
"Lagian lo nyebelin."
"Jangan marah, gue cuma bilang yang menurut gue bener,"
"Bener pantat lo. Gue nggak suka sama tu cewek. Gue nggak mau nyakitin hati Dania."
"Serah lo deh. Susah ngomong sama orang yang nggak bisa moveon, mending keluar. Ayok."
"Kemana?"
"Udah ayo."
Hay gengs... Gimana part kali ini? Apa pendapat kalian
Oh iya kalau kalian tetep suka sama cerita ini jangan lupa vomen dan tinggalkan jejak yah
Happy reading ❤
Salam
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Fiksi RemajaSheila datang bukan untuk membuat hari-hari Arvin berantakan. Ia hanya seorang gadis dengan rasa penasaran karena baru pertama kali merasakan jatuh cinta sayangnya dia bukan tipe mencitai dalam diam dan itu membuat Arvin kesal. Awalnya tujuan Sheil...