28-KEJANGGALAN

38 6 1
                                    

Jangan lupa vote dan komen yah guys💕

Happy reading

°°°°°°°

Shela mempercepat langkah nya menuju loker, kini ia sudah menenteng beberapa kunci yang di dapat nya dari pak Furi.

Sekolah sudah sepi, karena memang sudah menunjukkan pukul 16.30 yang merupakan jam usai sekolah. Sebelum memasukan kunci loker tersebut, tangan Sheila menggantung di udara. Ia merasa ada yang janggal.

"Tunggu, bukan nya Dania udah meninggal dua tahun lalu. Kenapa bisa ada loker Dania di sini?" tanya Sheila merasa bingung. Tapi ia yakin itu nama Dania, karena ada nama 'Wiguna' di belakangnya.

Sheila mulai membuka loker bernama Dania tersebut dengan perasaan was-was. Ia takut ini hanya jebakan.

Pintu loker pun terbuka. Tidak ada apa-apa di dalam sana hanya sebuah kotak kecil berwarna biru di sudut loker.

Shela mengambil kotak itu dan membukanya dengan kening berkerut, ia menatap isi di dalam kotak itu. Tidak ada barang yang penting di dalam sana, hanya sebuah kunci kecil.

"Kunci apaan nih?" gumam Sheila menggatungkan kunci itu ke hadapan nya.

Sheila kemudian memasukkan kotak itu ke dalam tasnya. Ia menutup kembali pintu loker itu dan berjalan menjauh dari sana menuju ruangan pak Furi untuk mengembalikan kunci-kunci itu.

🌼🌼🌼

Sheila merabahkan badan nya di kasur empuknya, matanya menatap lurus ke arah langit-langit. Banyak hal yang menggelayuti fikiran nya saat ini.

Berapa lama lagi semuanya akan terus bersembunyi.

Sheila teringat kotak biru yang di dapatnya di loker Dania. Ia beranjak menuju tas nya, lalu mengeluarkan kotak itu. Sheila berjalan menuju lemarinya, ia juga mengambil kotak pink milik Dania.

Sheila meletakkan kedua kotak itu di kasur, ia mengamati lubang kunci kotak pink itu. Sheila mengambil kunci kecil yang ada di dalam kotak biru, ia mengamati kunci itu sebentar.

"Apa ini kunci kotak pink nya yah," tebak Sheila sambil mengguncang-guncangkan kotak pink di tangan nya.

Ia perlahan memasukan kunci itu ke lubang kunci kotak pink itu. Sheila tersenyum cerah. Kotaknya terbuka.

"Terbuka."

Ia menatap kotak pink di hadapan nya yang kini sudah terbuka. Sheila mengerutkan kening nya bingun. Ada banyak tumpukan surat di dalam kotak itu.

Rasa penasaran nya mencuat, ia meraih satu kertas yang terlipat rapih di bagian paling atas lalu mulai membacanya.

Wajah Sheila seketika memucat, bulir bening di kelopak mata nya mulai berjatuhan. Tanganya bergetar membaca surat itu.

"A-apa? Jadi dia pecundang itu?" geram Sheila.

Sheila menyeka air mata nya yang sudah mengalir tak ingin berhenti. Bahkan surat yang di pegangnya sudah basah oleh air mata, kekesalan nya mencuat. Sheila tidak akan membiarkan orang itu hidup tenang setelah ini.

Ia meletakkan surat itu, mengambil foto yang terselip di surat tadi. Foto Dania dengan Arvin. Sheila jadi teringat cowok itu.

Arvin? Bagaimana reaksi pria itu setelah ini?

"Arvin. Gue pasti bakalan lindungin lo," lirih Sheila menatap lekat foto cowok itu.

🌼🌼🌼

Sheila memasuki kelas dengan tergesa-gesa, matanya menerawang ke penjuru kelas. Ia mendengus pelan saat tidak menemukan orang yang di carinya. Sheila berjalan ke arah meja Arvin, cowok itu sudah ada di tempatnya.

"Arvin. Ivan mana?" tanya Sheila tanpa basa-basi.

Arvin mendongak menatap Sheila dengan alis berkerut. Wajah cewek itu terlihat serius.

"Ngapain nyari Ivan?"

"Ada hal penting yang harus gue omongin sama dia," jelas Sheila. Gadis itu menghembuskan nafas gusar.

"Hal penting apa-an?" tanya Rafa akhirnya bertanya. Ia dapat melihat kegusaran yang terpancar jelas di wajah cewek itu.

"Gue nggak bisa bilang sekarang, gue harus masti-in dulu sama Ivan." ucapan Sheila barusan sukses membuat kerutan di kening Arvin, Rafa bahkan Dio yang sedari tadi hanya diam saja, semakin jelas.

"Ada apa nih, pagi-pagi udah ngumpul," seru Ivan membuat semua pandangan mengarah kepadanya.

Sheila menatap Ivan dengan tajam, Ivan menaikkan alisnya seolah bertanya. Baru saja Sheila ingin membuka suara. Bel pertanda pelajaran pertama berbunyi, membuat Sheila mengurungkan niatnya.

"Istirahat nanti ketemu di taman belakang. Penting," ujar Sheila kemudian melangkah menuju tempat duduknya.

Ivan mengangguk kecil, ia kemudian mulai duduk di bangkunya mengabaikan tatapan heran dari ketiga sahabatnya.

"Lo ngapain sih, pagi-pagi udah ngumpul sama mereka?" tanya Kirana saat Sheila sudah mendudukkan bokong nya di samping Kirana. Kirana dapat melihat wajah sahabatnya itu sedang kusut.

"Bukan apa-apa Na," jawab Sheila pelan.

Kirana mendengus kasar. Ia yakin Sheila sedang menyembunyikan sesuatu kepadanya.

"Lo sahabat gue apa bukan sih Shel?" pertanyaan Kirana itu sukses membuat Sheila kini berbalik menatap cewek itu. Sheila menghela nafas pelan, ia belum fapat menceritakam semuanya pada Kirana. Sheila merasa waktunya belum tepat.

"Gue belum bisa cerita sekarang Na. Gue bakal cerita kalau waktunya udah tepat."

Kirana Diam tidak menanggapi. Apapun yang di sembunyikan Sheila, ia akan mencari tahu sendiri nanti.

Semoga suka yah guys
Maaf banget kalau ada tyipo yah😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang