Arvin merabahkan badannya di sofa, matanya menatap lurus ke arah layar segi empat di hadapannya tanpa minat.
"Rese', " gerutu Arvin pelan.
"Kenapa gue jadi mikirin si cewek nyebelin itu sih," oceh Arvin pada dirinya sendiri.
Ia agak terkejut saat melihat Sheila ikut dengan Dio tadi. Arvin tidak menyangka gadis itu akan ikut. Arvin juga diam-diam memperhatikan saat gadis itu duduk di antara mereka dengan gerakan tidak nyaman. Arvin jadi merasa bersalah sudah membentaknya tadi pagi.
Arvin menggeleng cepat berusaha menghilangkan fikirannya tentang Sheila.
"Nggak, Arvin lo apaan sih sadar." Arvin menepuk nepuk pipinya pelan.
"Pokoknya gue harus jauhin tuh cewek."
"Dania maafin aku, aku janji akan terus simpan kamu di hati aku, dan bakalan nemuin orang yang ngehabisin kamu," ucap Arvin sendu.
🌼🌼🌼
Sheila menuruni anak tangga, terdengar sayup-sayup percakapan Brukman dengan seseorang, Sheila mempercepat langkahnya menuju meja makan.
"Iya Ra, saya juga lagi sibuk sekali, sekarang juga saya ada di jakarta."
"Biasalah projek ku lagi banyak."
Kali ini Brukman tertawa kecil, Sheila mengernyitkan dahinya. "Papa ngomong sama siapa sih?" tanya Sheila dalam hati.
"Aku sama Sheila baik. Oh iya gimana kamu di pilifin, nggak mau balik ke jakarta?"
Sheila tersentak mendengar kata pilifin. Apakah itu Nara, mamanya Dania?
"Iya karena sibuk belum sempat mampir, ntar saya mampir sama Sheila."
"Iya, Sheila sekarang sekolah di jakarta."
"Oke Ra, see you."
Brukman mematikan ponselnya, dengan cepat Sheila langsung melayangkan berbagai pertanyaan yang sedari tadi mengganjal di benaknya.
"Itu siapa sih pa? Tante Nara yah?" tanya Sheila berbondong bondong.
"Iya sayang. Oh iya kata Nara sekali kali kamu mampir di rumahnya," ujar Brukman lalu mulai mencomot rotinya.
"Aku udah pernah ke sana kok pa. Kasihan banget, rumahnya gede banget tapi kayak ggak ada kehidupan di dalam sana pa," ucap Sheila prihatin.
"Yah mau gimana lagi, Nara banyak urusan di luar negri, dulu aja dia balik ke indonesia karena Dania tapi sekarang yah..." ujar Brukman sedih.
"Pa gimana kalau ntar sore kita jalan jalan ke rumah Dania," usul Sheila yang langsung di angguki Brukman.
🌼🌼🌼
"Pa cepetan dong ini udah jam 5 sore nih," Gerutu Sheila.
"Iya iya sabar, kamu nih ggak sabaran banget sih."
"Aku kangen banget pengen masuk kamar Dania," ucap Sheila antusias.
Sebenarnya ada satu alasan kenapa Sheila ingin sekali ke sana. Ia ingin menelusuri lebih dalam tentang kamar itu, dia akan mencari bukti lain kematian Dania.
"Yaudah yuk sekarang berangkat," ajak Brukman dan dengan cepat di angguki Sheila.
Selama perjalanan Sheila hanya diam ia terus saja memikirkan bagaimana cara menemukan bukti lebih banyak tentang kematian Dania.
"Lagi mikirin apa sih Shel?"
Suara Brukman menyadarkan Sheila dari dunia khayalan dan kembali tersadar.
"Eh?"
"Nggak kok pa."
"Oh iya pa, papa yakin nggak sih kalau Dania itu nggak sengaja kebunuh?" tanya Sheila tiba-tiba.
Brukman mengernyitkan dahinya. "Maksud kamu apa sih?"
"Yah iya pa, aku bingung aja. Aku ngerasa ada orang yang emang sengaja mau ngebunuh Dania."
"Kok kamu ngomong gitu sih, kamu tahu sendiri kan Dania itu orang baik, siapa coba yang berniat jahat sama Dania? Polisi juga bilangkan hari itu kalau dia nggak sengaja tertabrak."
"Nggak yakin juga sih pa, masih dugaan," cengir Sheila, sedangkan Brukman hanya menggeleng pelan.
🌼🌼🌼
Sheila merabahkan badanya di atas kasur, kini fikirannya kembali di gelayuti oleh kematian Dania.
"Ini kotak punya Dania, tapi kekunci lagi, gue yakin banget di sini ada apa-apa nya?" Ucapnya pada diri sendiri.
Sheila meletakkan kotak pink milik Dania yang berukuran 5×2 itu di atas dadanya. Saat masuk kamar Dania tadi, ia tak sengaja membuka lemari Dania dan menemukan kotak itu di antara tumpukan baju milik Dania.
"Di sini pasti ada petunjuk lain, atau siapa tau di dalam sini ada nama penerornya," gumam Sheila pelan.
Kepalanya pusing memikirkan kasus Dania. Perlahan ia mulai memejamkan matanya dan mulai terlelap di dalam kamar Dania.
Baru update lagi nih
Happy reading gusy❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Genç KurguSheila datang bukan untuk membuat hari-hari Arvin berantakan. Ia hanya seorang gadis dengan rasa penasaran karena baru pertama kali merasakan jatuh cinta sayangnya dia bukan tipe mencitai dalam diam dan itu membuat Arvin kesal. Awalnya tujuan Sheil...