Arvin berjalan pelan menuju kelas, walaupun badannya masih agak sakit, tapi ia bersikeras untuk berangkat ke sekolah. Keny mengalah dan mengantarnya, walaupun Arvin bersikeras ingin membawa mobil sendiri tapi Keny juga bersikeras melarangnya, Kedua manusia itu memang keras kepala.
Arvin memasuki kelas, ia melangkah menuju mejanya, tapi baru beberpa langkah ia kini mematung di tempat karena Sheila tiba-tiba memeluknya erat, membuat pria itu kesulitan bernafas.
"Eh..lepasin gue, sakit nih badan gue," teriaknya agak pelan, berusaha melepaskan pelukannya.
"Arvin lo nggak apa-apa kan. Gimana keadaan lo?" tanya meneliti badan Arvin setelah melepaskan pelukan nya dari badan Arvin.
"Gue baik-baik aja," jawab nya dingin lalu mulai melangkah ke tempat duduk nya tanpa menghiraukan Sheila yang mengikutinya.
"Minggir..., minggir gue mau lewat," suara teriakan dari arah pintu membuat beberapa pasang mata berbalik melihatnya, Nesta kini berjalan ke arah Arvin dengan wajah cemas.
"Ya ampunn.., oh my god, beb kamu kenapa. Katanya kemarin kamu sakit yah?" seru Nesta heboh memgambil duduk di sebelah Arvin setelah mendorong kasar tubuh Sheila.
Sheila mendengus kasar. Ingin rasanya ia menjambak rambut Nesta dan menariknya menjauh dari Arvin.
"Ngapain sih lo, bikin rusuh di kelas orang," maki Sheila kesal lalu menarik Nesta menjauh.
"Siapa sih lo. Pacar aja bukan. Arvin aja nggak masalah kenapa lo sewot," balasnya tak kalah nyolot.
Arvin menggeram kesal, adu mulut antara kedua gadis di hadapannya membuat mood nya rusak pagi-pagi begini.
"Nggak peduli. Ini kelas gue, gue berkah usir lo," cerca Sheila mengangkat dagunya.
"Gue nggak peduli. Kenapa sih setiap gue deket sama beb gue selalu aja ada penghalang. Dulu Dania, sekarang lo," ucap Nesta sinis lalu menunjuk Sheila. "Untung aja dia udah nggak ada," sambungnya.
"BERHENTI LO BERDUA, DAN LO NESTA SEKALI LAGI GUE DENGER LO SEBUT NAMA DANIA, GUE NGGAK AKAN SEGAN BIKIN PERHITUNGAN SAMA LO, SEKARANG KELUAR LO DARI KELAS GUE! " bentak Arvin kasar dengan tangan terkepal kuat. Ia sudah tidak peduli dengan tatapan aneh teman kelasnya yang baru saja datang karena mengamuk di pagi hari.
Sheila tak melawan lagi, sedangkan Nesta melenggang pergi dengan air mata yang sudah tidak tertahan lagi. Selalu seperti ini. Lutut Sheila seakan melemas, apa yang di dengarnya tadi. Siapa Dania yang dimaksud? Apakah Dania sahabatnya?
Ia kini berjalan mendekati Arvin, air matanya tak terbendung lagi, sedangkan Arvin masih mencoba menetralkan detak jantungnya yang naik turun karena emosi.
"Dania siapa yang di maksud Nesta? apa hubungan lo sama Dania?" tanya Sheila dengan suara bergetar.
Arvin tak bergeming, bahkan untuk melihat wajah Sheila saja ia tidak mau, Sheila mencengkram roknya kuat kuat menahan agar emosinya tidak meledak.
"Arvin lo tuli yah. Gue tanya apa hubungan lo sama Dania?" teriaknya keras.
Telinga Arvin kini memanas. Ada apa dengan gadis di sampingnya itu, kenapa tiba-tiba ia sangat marah mendengar nama Dania, bahkan Rafa dan kedua temannya pun ikut heran. Arvin mendengus kasar lalu berdiri dari tempatnya.
"Bukan urusan lo," ucap Arvin penuh penekanan di setiap katanya lalu melenggang pergi meninggalkan kelas.
Sheila merasakan dadanya sangat sesak, banyak pertanyaan di benaknya. Apa hubungan Arvin dengan Dania?, Dania siapa yang di maksud? Apakah Dania sahabatnya? Apakah mereka terlibat dalam kematian sahabatnya itu? Dia sangat bingung. Hampir saja ia lepas kendali ketika Nesta menyebutkan nama Dania dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen FictionSheila datang bukan untuk membuat hari-hari Arvin berantakan. Ia hanya seorang gadis dengan rasa penasaran karena baru pertama kali merasakan jatuh cinta sayangnya dia bukan tipe mencitai dalam diam dan itu membuat Arvin kesal. Awalnya tujuan Sheil...