Arvin mengetuk pintu kelas, membuat atensi para murid beralih dari bu Titin kini mengarah ke padanya.
"Arvin? Kamu terlambat?" tanya bu Titin tak percaya. Arvin adalah salah satu murid teladan di sekolah dan tidak pernah terlambat. Hal ini membuat bu Titin jadi heran.
"Maaf bu. Saya kesiangan," jawab Arvin sekenannya.
"Yasudah masuk."
Arvin mengangguk kecil, kamudian mulai berjalan menuju bangkunya dengam cuek mengabaikan tatapan beberapa teman kelasnya yang menatapnya aneh dan juga tatapan Sheila yang terlihat.., kecewa. Arvin tidak tahu.
"Tumben banget nih lo telat, abis dari mana?" tanya Rafa saat Arvin sudah duduk di samping nya.
"Kayak yang gue bilang tadi. Gue kesiangan," jawab Arvin cuek lalu mulai mengeliarkan bukunya dan memperhatikan bu Titin yang mulai menjelaskan materi di papan tulis.
"Abis ngapain lo semalem?"
"Maksud lo?" tanya Arvin memutar kepalanya ke arah Rafa.
"Maksid gue, lo nggak habis ke club kan?"
"Gue nggak se-sialan itu. Gue emang pure kesiangan."
Rafa mengangguk kecil, lalu mulai merabahkan kepalanya di atas lipatan tangan. Arvin menatap teman sebangkunya dengan tatapan prihatin. Dasar tukang tidur.
🌼🌼🌼
"Fa, ntar pulang sekolah lo ajak anak anak ke rumah gue," Kata Arvin saat mereka berjalan menuju kantin.
"Kenapa nggak ngomong langsung aja sama anak-anak."
"Males gue ngomong sama Dio, lo aja yang bujuk dia supaya ikut." Arvin menghela nafas malas.
"Yang ada tuh anak nggak mau ngikut kalau kayak gitu Vin, masih berantem aja lo. Udah kali, emang enak apa diem dieman kayak gitu," Ucap Rafa berusaha membujuk.
"Serah kalau dia nggak mau, bodo amat."
Rafa hanya menggelengkan kepalanya.
Arvin yang berjalan memdahului Rafa tiba tiba tersentak kaget mendapati Sheila yang entah muncul dari mana berada di hadapannya.
Ia berusaha menghindar tapi kali ini Sheila tak membiarkannya lewat, Rafa yang melihat itu langsung memajukan langkahnya agar sejajar dengan Arvin.
"Ok. Gue duluan dulu deh, selesaiin aja dulu tuh masalah lo." Rafa menepuk pelan bahu Arvin kemudian berlalu.
Arvin mendengus kasar, cobaan apalagi yang akan dia terima.
"Mau ngapain lagi sih lo?" tanya Arvin kesal.
"Gue cuma mau ngomong bentar," Ucap Sheila agak pelan.
"Ngomongin apaan," Ucap Arvin malas.
"Kenapa lo ja-""Gue nggak peduli sama lo, gue ingetin sama lo untuk terakhir kali." Arvin mengambil nafas kasar lalu kembali melanjutkan kata-katanya.
"Jauhin gue, Karena sampai kapan pun gue nggak akan pernah suka sama lo, biar pun lo berusaha sekeras apapun, gue nggak akan pernah suka sama lo. Inget," Sinis Arvin kemudian berlalu dari hadapan Sheila.
Sheila hanya diam mematung, pandangan nya mulai memburam, sebisa mungkin ia menahan agar air mata yang berusaha ia tahan tidak jatuh.
"Mau lo bilang apapun, gue nggak akan nyerah. Gue yakin suatu saat lo bakalan tarik kata-kata lo yang tadi Arvin," Ucap Sheila penuh keyakinan, lalu menghapus air mata yang entah sejak kapan sudah mengalir di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen FictionSheila datang bukan untuk membuat hari-hari Arvin berantakan. Ia hanya seorang gadis dengan rasa penasaran karena baru pertama kali merasakan jatuh cinta sayangnya dia bukan tipe mencitai dalam diam dan itu membuat Arvin kesal. Awalnya tujuan Sheil...