Arvin menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia tak sengaja melirik ke arah spion mobil, sepertinya ada orang yang mengikutinya.
"Siapa tuh. Kayaknya tuh orang ngikutin gue?"
Ia mempercepat laju mobilnya sesekali melirik ke arah spion mobil, dan benar saja orang itu masih mengikutinya.
Ia hampir saja terjuntai ke arah stir, karena tiba tiba dari arah depan sudah terdapat beberapa pengendara motor yang mencegatnya.
Orang itu kini berjalan menuju mobil Arvin dan mengetuk kasar kaca pintu mobil.
"Keluar.. Cepat " teriaknya dari luar.
Arvin membuka seatbelt nya, lalu melangkah keluar. Tak ada tatapan takut yang terpancar dari wajahnya. Cowok itu terlihat cuek saja.
"Ngapain lo ngalangin jalan orang, mau sok jagoan," bentak Arvin kesal.
"Jangan banyak bacot deh lo. Hajar aja dia sekarang."
Seruan dari pria itu sudah cukup membuat anak buahnya mengangguk dan mulai menyerang Arvin.
Arvin berhasil melumpuhkan semuanya dengan mudah, tapi ia lupa seorang pria kini berdiri di belakangnya. Dengan sigap pria itu memukul kepala Arvin keras sehingga membuat pria itu terjuntai ke aspal sambil memegangi kepalanya.
Dengan sekuat tenaga ia masih berusaha melawan, tapi kini perlawanannya tak sekokoh sebelumnya sehingga dengan mudah para penjahat itu menghajarnya tanpa ampun.
🌼🌼🌼
Sheila berjalan lemas menuju komplek perumahannya. Kenapa di saat seperti ini, ia malah di suruh omanya untuk keluar membeli martabak. Mau tak mau ia harus menurut saja tak ingin membantah orang tua itu.
Sheila menajamkan penglihatannya, ada orang yang sedang di hajar oleh preman di jalanan sana. Tanpa fikir panjang ia segera berlari menuju tempat itu.
"Berhenti...., tolong.., tolong ada kroyokan," teriaknya sekencang mungkin.
Segerombolan pria itu segera menghentikan aksinya. Merasa puas dengan tindakannya, mereka kini melaju kencang meninggalkan Arvin yang kini terbaring di jalanan.
Sheila segera berlarih ke arah orang yang kini terbaring itu, ia terduduk lemas saat mendapati pria itu ternyata Arvin.
"Arvin? Arvin.., Arvin bangun.., tolong.., tolong," teriak Sheila histeris. Nihil keadaan jalan sangat sepi tak ada orang berkendara yang biasanya lalu lalang padahal malam belum terlalu larut.
Sheila sangat panik tak tahu ia harus apa sekarang. Dengan cepat ia mengambil ponselnya yang ada di saku celana dan langsung menelpon Dio.
"Halo" suara Dio terdengar dari seberang sana
"Arvin di kroyok. Tolong Dio," Seru Sheila tanpa sapaan.
"A-apa? Di mana?"
"Di jalan kenari. Cepetan."
"Ok. Gue kesana, lo tunggu."
Sheila mematikan ponselnya. Ia menunggu beberapa saat masih mencoba membangunkan Arvin, hingga sebuah mobil akhirnya berhenti di samping mereka. Dio keluar dari mobil setengah berlari segera menghampiri Sheila yang sedari tadi masih terisak.
"Arvin kenapa? Kok bisa kayak gini?" tanya Dio, Sheila hanya menggeleng pelan berusaha meredakan isakannya.
"Ok. Gue anter dia pulang. Mending sekarang lo balik juga, gue anter," ujar Dio mulai mengangkat Arvin ke mobilnya, Lagi lagi Sheila menggelang.
"gue mau anter Arvin."
"Nggak usah Shel. Mending sekarang lo naik. Gue anter lo balik. Besok gue anterin lo liat dia, please lagian ini udah malem Shel," mohon Dio.
"Yaudah, tapi gue pulang sendiri aja."
"Ini udah malam. Bahaya."
"Rumah gue udah deket Dio."
"Yaudah. Lo hati-hati yah Shel. Gue pergi dulu."
Kini Sheila mengangguk membiarkan mobil Dio melaju pergi.
🌼🌼🌼
Dio mengetuk pintu rumah ber cat coklat itu. Tanpa menunggu lama pintu sudah di buka oleh Keny dengan wajah bingung.
"Loh? Dio malam-malam kesini ada apa yah? Arvin dari tadi keluar, belum pulang."
"ini tante Arvin di kroyok. Dia ada di mobil saya," ucap Dio sedikit takut.
Keny tersentak kaget lalu segera berjalan ke arah mobil Dio, tak lupa ia memanggil satpam yang kebetulan berkeliling di komplek rumahnya untuk membantunya mengangkat putranya.
"Kenapa ini bisa terjadi?" tanya Keny pada Dio setelah membaringkan Arvin di tempat tidur.
Dio menganggkat bahu. "Saya juga nggak tahu tante. Saya tadi di telpon sama Sheila, katanya dia di kroyok orang."
"Sheila?" Keny menautkan alisnya.
"Temen sekalis kita tante, dia nggak sengaja lewat dan nemuin Arvin di kroyok."
"ini pasti pekerjaan pembunuh Dania. Sudah di bilangin jangan menyelidiki tapi dia tetap nekat. Gini kan jadinya," Geram Keny.
"Yaudah tante kalau gitu saya pamit yah. Besok saya mampir lagi," pamit Dio yang di sertai anggukan dan senyum Keny.
"Makasih yah. Kamu hati-hati nak," Dio mengangguk dan bergegas pergi dari kamar Arvin.
🌼🌼🌼
Arvin mengerjapkan matanya beberapa kali, matanya kini menerawang ke langit langit kamarnya, lalu melihat ke arah jam dinding. Pukul 03.00 Dini hari.
Ia sempat berfikir kenapa ia sudah ada di kamarnya. Siapa yang membawanya ke sini? Siapa yang menolongnya dari sekumpula bajingan itu?
Ia mengingat sesuatu, ia sempat melihat seorang gadis berteriak dan berjalan ke arahnya tapi samar-samar dan akhirnya ia tak sadarkan diri, entah apa yang terjadi setelah itu, dia tidak tahu.
Ia berusaha membangunkan dirinya walau badannya masih terasa sakit. Ia merasakan tangannya berat, ternyata Keny masih menggenggam erat tangan putranya hingga tertidur.
Ia mengusap kepala mamanya penuh sayang lalu kembali membaringkan tubuhnya kembali terlelap.
🌼🌼🌼
Sheila menuruni anak tangga dengan malas, tak ada minat untuk sekolah hari ini. Ia hanya ingin cepat cepat ke rumah Arvin untuk melihat keadaan pria itu, ia masih saja terbayang kejadian semalam sampai tidurnya benar-benar terganggu.
Biny Omanya kini sudah duduk di meja makan sambil mengoles selai coklat di atas rotinya. Omanya memang sengaja menginap karena melihat cucunya yang pulang dengan keadaan menghawatirkan. Ia juga tidak tahu apa yang menimpah cucunya di luar sana karena gadis itu bahkan tak ingin bercerita. Akhirnya Biny membiarkan saja sampai gadis itu tenang.
"Pagi cucu oma. Kok pagi-pagi muka kamu udah kusit gitu," sapa Biny dengan senyum ramah.
Sheila tersenyum tipis lalu mengambil posisi duduk di sebelah omanya.
"Nggak kok oma, kurang tidur aja. Banyak tugas," jawabnya lalu mulai menuangkan susu coklat ke dalam gelasnya dan meneguknya tanpa minat.
"Oma aku berangkat sekolah dulu yah," ucap Sheila setelah meminum susu coklatnya.
"Kok cuma minum susu? Kamu nggak makan sandwich nya?" tanya Biny menunjuk sandwich yang masih utuh tak tersentuh.
"Nggak deh oma. Nanti aku makan di kantin aja. Aku berangkat yah," pamit Sheila lalu mencium pipi Biny lembut.
Biny menggeleng pelan, tak biasanya cucunya menolak sandwich buatannya.
"Entah apa yang menimpah gadis itu?"
Terimah kasih yang sudah baca
Aku harap kalian suka yahJangan lupa vote,komen,dan saran yah..
Makasih😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Genç KurguSheila datang bukan untuk membuat hari-hari Arvin berantakan. Ia hanya seorang gadis dengan rasa penasaran karena baru pertama kali merasakan jatuh cinta sayangnya dia bukan tipe mencitai dalam diam dan itu membuat Arvin kesal. Awalnya tujuan Sheil...